Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Kenalan Di Dunia Ghoib

Foto : ilustrasi puisi
Dalam malam yang gelap, kulewati hutan-hutan kota yang telah tersulap menjadi tempat muda-mudi bermadu kasih.
Ku temui seorang gadis yang memanggilku dengan siulan mesra di balik batang pohon lebat, sedang aku adalah pemyda kolot yang baru saja pindah ke kota.
Aku mendekati arah gadis yang bersiul dengan mesra, bersama keberanian yang terkumpul sedari tadi dengan rasa gemetar ku selami tangannya, dengan wajag yang di pasang se so sweet mungkin.
"Ujang" ucapku sambil menyodorkan tangan kepada gadis tersebut.
sang gadis menjaeab dengan suara yang seakan mendesah
"Laras"
Percakapan dimulai, dari sabang sampai merauke habis sudah di bahas, lalu kami terdiam karena telag kehabisan kalimat untuk di bicarakan.
Si laras kbali membuka suara dengan nada yang sedikit dipadukan seperti para penyanyi Jazz
"Ujang nama panjangnya apa"
Dengan sedikit tersipu coba ku rangakai maksud pertanyan, yang kemudian ku tepis dengan mimik muka yang mengajak untuk bercanda.
"Bujangan ras" jawabku
Laras tak mau kalah, rupanya ia lagi sensitive, tanggapannya sangat menakutkan hingga bulu kuduk mulai berdiri.
Ia tak segan membuka sabuknya sambil memasang muka garang yang seajan melahap, kemudian berkata.
"Laras panjang" Sambil memperlihatkan senjatanya di balik selangkangan.
Perasaan takut yang tak terduga menyerang diriku, keringat dingin berkucuran di malam dingin membasahi bajuku. Dengan seribu alasan tanpa pikir panjang yang melebihi laras panjang mengambi langkah lalu berlari.
Laras tak mau kalah, ia mengejarku dengan senjata yang tak kembali di masukan dalan sarung, lalu berteriak "jangan lari" sambil mengejarku dan terus mengejar.
Aku kelelahan, tak ada tenaga, tak ada ide, dalam situasi gawat darurat bahkan melebihi tanda plus yang ada di atas ruang operasi.
Laras masih berteriak sambil mengejar dari belakang, sedang aku telah masuk kedalam semak-semak berduri guys.
Malam gelap yang hanya di tertawakan oleh bintang, si laras yang tengah mengejar dan terys mengejar berada di belakangku, aku terus berlari, di tengah nafas yang tersengal-sengal, konsentrasi rada buyar, aku berlari dengan kecepatan tinggi hingga membawa aku pada jurang kematian.
Aku terjatuh dan berteriak minta tolong dengan suara yang lantang. Kemudian aku terbangun dengan suara yang masih tergaung dalam ingatan juga gerakan mulut.
06 September 2019
Ginanjar_Gie
^Kopi_kenangan

Menghukum Masa Depan Karena Luka Masa Lalu

Foto : ilustrasi tulisan
Seseorang yang membuat aku sadar bahwa cinta seharusnya tak perlu di salahkan dalam segala hubungan namun hasrat yang meng-ingin-kanlah yang seharusnya kita singkirkan agar tidak datang rasa kecewa yang teramat dalam mencekik aliran darah hingga diri lupa akan keberadaan diri untuk melanjutkan hidup dengan sepi.

Pergulatan diri dalam memaknai sunyi selama ini telah tercoret dan terhapus oleh lekukan senyuman wanita yang mempesona, seakan memberi isyarat untuk menyumbui namun jauh di dasar jiwa wanita yang di kagumi telah tergoles luka legam yang membuatnya hancur lebur dalam memaknai arti kehadiran sesosok hati yang ingin memberi kasih sayang yang untuk menyemai luka dari masa lalu.

"Kata-kata dan do'amu adalah kebencianku" sebuah kalimat yang mewakili intrik sunyi dalam hati kita, yang kemudian menjadi sandaran untuk tetap bertahan pada kesepian. Kata-kata tersebut adalah ungkapan yang mewakili rasa sakit karena kisah masa lalu yang sakit.

Mungkin sebuah riwayat dan adegiu yang selalu di ucapkan di tiap-tiap mimbar dakwah dan yang di kutip oleh para motivator  bahwa " Yang paling mengecewakan ialah berharap pada manusia". Ada kalanya aku harus percaya dan mengimani ini meski motivator-motivator itu adalah pembual besar bagiku karena memberi motivasi dengan syarat membayar dengan mahal agar dapat mendengarkan kata-kata yang sudah tak asing kita dengar tapi anehnya kita tetap menikmatinya. Ya mungkin kata-kata yang sudah sering kita dengar dan kita tetap menikmatinya ini sama seperti yang 'ku rasakan saat ini.

Rasa sakit yang tersayat dalam-dalam yang di bungkus dengan senyuman. Berusaha tak terlihat oleh siapapun sebab ini adalah rasa sakit yang menjadi aib diri kare tak mampu move on dari rasa sakit dan kenangan yang telah di beri oleh seorang yang kejam meninggalkan tanpa rasa.

"Orang-orang kesepian sengaja bersikap dan bertingkah aneh agar kesepian yang ia rasakan tidak pernah di rasakan oleh orang lain." itulah gambaran yang bisa ku katakan untuk kehidupanku saat ini, yang mungkin kau juga merasakan akan hal demikian dengan penjelasanmu di tiap kata-kata yang kau ucapkan saat menuturkan kekecewaanmu atas luka itu.

Kita memang sama-sama terhanyut dalam kekecewaan yang begitu dalam ketika panca indra tak mampu menghalau dan menyingkirkan apa yang telah di dengar dan dilihatnya untuk tidak di sampaikan pada otak agar tidak memberi tahukan pada hati bahwa yang di kagumi dan yang di cintai adalah ketiadan kata-kata tanpa bualan.

Sejuta kiasan yang terlontar dengan tafsiran penolakan yang 'ku maknakan bermain dalam pikiran yang hendak ingin membungkam lalu membuangnya kelautan, namun bisikan lembut dari bibir merah tanpa pewarna itu selalu bergeming dan bergema selaksa sang ifrit membisikan angin surga keabadin dalam rongga siti hawa hingga mengharuskan keduanya terbengkalai dalam memendam rindu karena terpisahkan jarak antara marsyik dan magrib.

Ya......
Seharusnya sedari dulu aku sadar bahwa ada nilai yang harus di bayar dengan harga ketika memberi harapan besar pada hati untuk meminjam hati untuk bersandar demi hasrat yang ingin menyatukan antara hati ini dengan keindahan luka yang telah lama kau rawat dalam dendam kesumat yang kau bungkus dengan hijrah ataupun yang kau umpan dengan nama cita-cita.

Aku seharus nya tak memupuk rasa ini hingga tumbuh terjang di atas tanah tandus dan kering tanpa humus-humus rasa yang termetamorfosis dari bangkai-bangkai rindu yang telah kau sekap dalam-dalam pada dinding ilalang yang menghalau antara kebenaran cinta dan kebenaran luka yang kau rawat dengan indah sebagai hasil dari kepercayaan yang telah di khianati.

Kau pernah berkata padaku bukan?
"Cinta tak seharusnya hadir disini, menghardik batin yang ingin membangun hubungan tanpa keselarasan rasa."

Lalu aku menjawab dengan lirih "Luka apa yang telah kau telan hingga aku kau jadikan sebagai tumbal atas tirani hati yang telah me-majazikan diri dalam ingatan sakit?"

"Aku sebenarnya tak mengutuk maut pun jua takdir namun aku hanya mengutuk waktu yang telah salah menulis skenario takdir untukku"

"Bukankan segala masa lalu adalah guru yang baik untuk bersikap bijak jika kita mau merununginya?"

Kau tak bersuara. saat itu kau bungkam, kau diam dalam kata-katamu. Kau memilih menyembunyikan semuanya lalu pergi tanpa pamit dengan derai air mata yang entah apa akan di tafsirkan dengan buliran mutiara yang telah membasahi indahnya lesung pipimu.

***
Waktu terus berlalu, Sang surya telah berkali-kali mengatupkan matanya lalu datang menawarkan sejuta lembaran baru di setiap pagi demi mengusir embun pagi di atas rerumputan pagi dan juga mengusir bulir mutiara yang meniti ke dalam hati saat rintihan seorang lelaki rapuh yang tengah menanti cinta terjabat oleh tangan yang penuh dengan kesumat dendam karena luka.

Sampai pada suatu ketika di saat jingga menghiasi pelataran langit barat. Kita bertemu. Ya pertemuan yang tanpa perencaan dan kesepakatan. Kita bertemu dalam satu waktu dimana kau di ajak menikmati kopi bersama teman satu ruangan mu di meja kuliah. Dan aku? Tak usah tau aku sama siapa dan kenapa aku berada di taman amahami saat itu, karena setiap senja pekerjaanku adalah menunggu gelap datang sambil berharap ada raut dan tanganmu yang melambai untuk 'ku raih di ujung cakrawa semesta pikiranku.

Belum sempat ku nikmati imaji yang tertata dalam penantian yang entah sampai kapan akan berakhir dan entah sampai kapan kalimat Jalallufin Rumi berfungsi, karena yakinku bermunajat "Tangan yang satu tak akan mungkin bisa bertepuk tanpa tangan yang lain."

Ya...
Saat pikiranku menjumpai langit-langit atmosfir dan belgulat dengan rindu yang membuncah namun tempat sandarannya telah menutup katup seumpama lubang cacing yang di paksa oleh kekuatan Zeus untuk kembali tertutup karena roh jahat dari dewa kegelapan harus di musnahkan dan tidak boleh melewati lapisan ozon karena akan merusak stabilitas energi dan kehidupan di Bumi.

Saat itu kau datang menyapa dengan lembut hingga diri antara sadar dan tidak antara percaya atau tidak, namun kehadiranmu begitu membuatku bahagia meski sunggik senyum dan lesung pipimu sekarang sudah tak tulus lagi (dalam tafsiranku). Namun rasa kaget mampu di kuasai oleh kebahagian karena betapapun hati ini sakit karena kebisuanmu namun kehadiranmu bersama senyum sang penyihir mampu menghipnotis pikiranku hingga dalam waktu yang cukup lama perasaan ini tercampur antara rasa kagum dan ketidak percayaan bisa melihatmu kembali di tengah kerinduan melanfa jiwa sepiku.

Kau datang dengan sedikit malu-malu, lalu mengajak dan meminta waktuku
"Abang aku minta waktu. Aku ingin bicara, abang punya waktu?"

Antara gugup dan gagap, antara iya dan tidak menyelimuti, antara percaya dan tidak, pikiran saat 'ku dengar ucapanmu yang meng-inginkan dan meminta waktu untuk mengobtol denganku, tentunya perasaanku sangat senang mendengar itu, namun ketakutan untuk mendengar kata tiada harapan lagi diriku untuk membuka hati untuk cinta yang lain dari mulutmu-lah yang membuat diri ini merinding dalam ketakutan bahkan mengalahkan rasa takut saat bertemu wewe gombel bahkan maklampir sekalipun.

"Ya ada bahkan sangat luang jika untukmu"

"Hehe iya abang" jawabmu sambil menggeser pipi indahmu hingga lesungnya terlihat sempurna.

Lalu kau berucap dengan bahasa yang saya sama.
"Abang aku minta waktu"

"Iya aku punya banyak waktu luang untukmu"

"Bukan itu maksdku abang"

"Lalu?"

"Aku minta waktu untuk bisa menjawab dan menata kembali hatiku"

"Aku ingin hijrah dan aku ingin meraih cita-citaku"Lanjutmu setelah terdiam dengan jeda yang cukup lama.

Aku tak lagi mampu menjawab, semua ketakutanku menjelma nyata bagai ramalan Ki Joko Boyo yang meramalkan nasib dan pembangun Negara Indonesia kedepanya. Semuanya, semua yang terlitas dalam benakku sebelum berbicara denganmu sempurna terlaksana dengan baik hingga tanpa sadar bulir mutiara menetes tanpa tau rasa malu dan harga di depanmu yaa.... di depanmu.

Aku terdiam dalam durasi yang cukup lama, mengembalikan perasaan yang cukup sakit karena di rajam kalimat saktimu, namun tak bisa ku paksakan karena saat kau ucapkan itu aku berusaha mengendalikan diri untuk berbijaksana dalam diri bahwa masa depan lebih utama dari pada segalanya, termasuk cinta buta dan perasaanku terhadapmu.

Dengan perasaan kikuk kucoba mengalihkan pembicaraan dengan menutupi segala pergulatan yang ada di kepala.
"Lalu rencana dan cita-citamu kedepan bagaimana?" Jawabku setelah bisa mengendalikan diri dari perasaan kecewa karena terlalu berharap.

"Aku ingin fokus belajar dan mendekatkan diri kepada-Nya, agar semua yang aku butuhkan dan yang aku cita-citakan bisa berjalan sesuai rencana"

"Baguslah, fokuslah pada tujuanmu karena Proses tak akan mengkhiati hasil dan begitupun sebaliknya"

"Lalu cita-cita abang apa?"

"Cita-citaku sederhana sesederhana fajar yang selalu berjanji untuk tetap memberi mimpi pada siang dengan cahaya kehidupan"

"Wihhh, soscuiiitt" jawab sambil menyunggingkan pipimu yang selaksa bakery jepang.

"Maknanya apa abang?" lanjutmu

"Cita-citaku sederhana yaitu bisa menikah denganmu dan hidup berdua sampai hari tua, sampai akhirnya di kemudian hari aku akan setia kalau sudah ada gerhana bulan, matahari kembar lima, bintang kecil berderet di bumi. Salah satu tak ada yang hidup, kecuali aku dan kamu. Suatu saat nanti, mati pun kita bertemu di surga, dan neraka pun kita tempati bersama. Kemudian aku hilang, dan kamu hidup
sempurna." Jawabku namun dalam hati yang tak sempat terucap oleh lisan sebab keluh kesah batin antara menjadi pribadi yang bijak atau menjadi pribadi yang egois yang mementingkan hasrat untuk mendapatkanmu berkecamuk dalam pikiranku (Catatan kaki). Dan yang bisa ku lakukan ialah tersenyum sambil memandang wajahmu yang polos dan alami tanpa polesan modernisasi kecantikan.

Waktu sudah larut, aku kamu dan teman-temanmu telah menunggu sedari tadi karena jam tutup gerbang kos-anmu segera tiba (cieeehhh kaya menunggu gebyar BCA aja, segera tiba). Dan kita? Ya kita yang kutulis dalam cerita biografi cintaku segera berpamitan sambil meminta tanganku untuk kau letakkan di dahi sebelum berangakat bersama teman-temanmu.

***
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, kita? Ya aku dan kamu yang 'ku tulis dalam cerita kehidupanku. Masih berhubungan dengan baik layaknya tak ada apa-apa dan seharusnya tak apa-apa karena aku tak bisa juga bersikap egois lalu memutuskan hubungan pertemanan kita lantaran kau menolakku dengan tujuan untuk meraih masa depan dan cita-citamu. Justeru aku memaksakan diri untuk men-suport dan memberi motivasi agar kiranya kau tetap fokus pada tujuan hidupmu.

Kita tetap saling menghubungi antara satu sama lain dan saling meminta pendapat jika ada satu persoalan atau satu tugas yang di berikan dosen untuk di kerjakan. Kit saling memberi masukan dan saling mengisi satu sama lain layaknya mahasiswa pada umumnya. sampai suatu hari yang cerah di depan kampus orange, saat aku sedang menikmati pahit dan manisnya kehidupan yang tercampur di dalam putihnya cangkir dan hitamnya kopi. Menyadarkanku bahwa luka itu masih ku rawat dalam bingkai tali persahabatan yang masih menyisipkan kata harap.

Sebuah tanparan halus tepat mengenai wajah kusamku yang tak terurus (memang dari dulunya selalu begitu) saat kau bergandengan tangan dengan seorang lelaki yang sangat ku kenal, dan panggilan akrabku padanya ialah "Sang Seniman". Kau datang padaku dengan alibi bahwa dia adalah teman satu organisasi dan yang sudah kau anggap sebagai kakak kandungmu (Celotehmu). Namun sangat ku ingat dan kulihat dan 'ku rekam riak tautmu yang menyrmbunyikan kebohongan di dalam sandiwara murahan yang kau sebut dengan cita-cita.

Lalu aku kau dan dia saling berjabat tangan untuk sekedar saling menyapa karena berjabat tangan meruoakan kebiasaan dan rutinitas dan yang telah membudaya dan di budayaka di depan kampus pun didalam kampus.

Kita? Ya lagi dan lagi ku sebut bersama sang seniman sobatku yang kumasukan dalam cerita kita (sebenarnya aku membencinya lantaran dia membuatmu sakit dan sengsara, karena kamu adalah wanita pujaanku, kau wanita yang pertama kembali membuat aku percaya akan cinta).

Kita layak adik kakak seperti yang kau ucapkan dalam bualan terindahmu namun aku yakinkan hati untuk selalu percaya dengan apa saja yang kau ucapkan meski  itu sangat menyakitkan bagi hatiku. Ya... inilah resiko mencintai dan membuat diri di hambakan oleh cinta, namun aku menikmatinya selaksa prajurit kerajaan pada jaman pra sejarah yang telah bersumpah mengorbankan hidup dan matinya demi sang raja dan ratu. Namun aku demi kamu. Ya demi kamu yang memberi ku energi menikmati kehidupan meski dengan balutan luka. (Hanya untukku)

Sore telah tiba, canda tawa bersama kita yang entah siapa saja yang masuk dalam kata kita aku tak lagi menggubris, namun waktu telah mengantar matahari ke peraduannya, sang seniman mohon pamit bersama dirimu yang di ajaknya untuk duduk goncengan di atas sadel motor ninja yang mewah.

Mungkin itu yang membuatmu jatuh hati padanya, yaitu motor mewah dan penamoilan yanv menarik serta sepadan dengan penampilan sang seniman yang cukup wibawa. Tapi pikiranku tak berkata demikian karena aku percaya bahwa kamu wanita yang baik, yang tak memandang segi materi untuk berhubungan dan yang sangat mencintai kekasihmu dengan cinta yang tulus

***
Hari yang cerah, panas matahari dalam keadaan normal (sayangnya aku gak bawa termometer, untuk menuliskan suhunya sampai berapa), namun lingkungan sekitar terasa sejuk dengan di belai oleh siulan angin yang sepoi-sepoi yang seakan berbisik tidur dalam buaian mimpi bualan sang waktu, karena bagaimanapun masa lalu yang telah memberi luka akan bisa terobati jika racunnya di obati oleh sang pemberi racun.

Aku sadar dan sangat sadar, bahwa seniman itu ialah orang yang telah memberi warna hitam pada masa lalumu dan datang membawa obat penawar yang kembali memberikan kesucian dan jiwamu kembali pulih dan putih (bukkan so clean yah). Karena terlalu naif rasanya ketika diri ini percaya akan bualan yang kemarin kau ucap.
"Aku takut asumsi publik berbeda dengan apa yang telah aku inginkan, aku ingin hijrah dan ingin sukses menggapai cita-cita-cita, setelah mendapat dan meraih cita-citaku baru aku punya rencana untuk berpacaran atau menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis." ucapmu dalam satu percakapan yang menghanyutkanku pada satu dunia yang sempat aku lupakan bahwa cinta adalah sakit yang pernah menggorok nafsuku untuk hidup. Namun saat itu "Ijrail hilang saat lukaku." (Baca puisinya dengan pasword dalam tanda petik di atas). Adalah benar kau berkata jujur namun kau masih mengharapkan dia yang telah menjadi idaman hatimu.

Aku masih sadar, aku tak bisa menepis suara hati dengan logika karena sejati cinta tak harus memilik. Bahwa tak ada hubungannya mencintai dengan ikatan pernikahan. Bahwa hanya orang-orang yang beruntunglah yang kebetulan menikah dengan dan atas dasar yang bernama cinta.

Berulang kali aku menepis dengan logika bahwa aku harus mencari kebahagianku sendiri tanpa diri dan cintamu namun aku masih saja selalu kalah dalam rindu meski dustamu menyakitkan. Meski bualanmu menghujam nuraniku, tapi hati ini tak dapat terkendalikan oleh pikiran.

Aku masih berharap dan terus berharap, berdoa pada setiap malam agar bisa melupakan mu namun bayangan mu masih selalu saja menghantuiku. Bahkan dalam pikiran ku kau terlihat sangat utuh namun tak dapat ku jangkau pun kau membisu dalam kehadiranmu hingga sempurnalah kesepianku.

Sampai suatu malam yang indah, bintang-bintang bernyanyi menyaksikan alunan waktu yang membawa takdir kehidupan setiap manusia pada ujung penyatuan yang dimana tak ada manusia yang tidak ounya jodoh sebagaimana di dalamnya tertulis jodoh maut dan takfir sudah di tentukan.

Aku terhanyut di dalamnya, di dalam doa dan keyakinanku bahwa semuanya sudah tertulis di lauhil mahfudz-Nya, akan di berikan sesui kebutuhan hambanya bukan keinginan hambanya. Begitulah caraku merayu diriku dalam kehening sepertiga malam.

Di tengah senandung do'a yang ku panjatkan pada langit agar tangan Tuhan mengirimkan sang pujaan hati yang bisa menepis rasa cinta dan sakit yang telah di gores dan di beri luka bertubi-tubi, tetiba nada ponsel berbunyi.
"Hallo, Assalamualaikum" ucapku setelah ku pencet tombol hijau di layar handphone

"Waalaikum salam" balasmu dengan isak tangis

"Kenapa dinda sulam?" Tanya ku sambil selidik

"Sang seniman"

"Kenapa dengan dia?"

"Dia telah pergi"

"Kemana?"

"Ke hati yang lain"

"Kok bisa?" Jawabku dengan bulir intan yang entah datang dari mana jatuh berderai membasahi pipi, karena bagaimanapun aku telah merasakan sakitnya di campakkan dan di khianati

"Dia selingku, dan sulam memergokinya saat dia mengajaknya brrkencan di bolly dan membelikan segala keperluan cewek tersebut" lalu kau menutup telephonnya tanpa salam.

Aku kecewa
Kau meradang dalam kehampaan luka
Kita sama-sama sakit.
Ginanjar Gie
20 Agustus 2019
23: 59
#kisah dari langit
#inspirasi dari bumi
^Kopi_kenangan



JIKA ENGKAU MERASA MISKIN MAKA MENIKAHLAH

Foto : Ilustrasi tulisan
Kisah ini berawal dari, ketika saya berkunjung ke karib dulu, kenalan waktu merantau di jakarta. Berawal dari pertemuan tak sengaja di sebuah minimarket yang ada Jakarta Selatan, waktu membeli akhirnya saya dengan teman lama yang akrab di panggil juang bertemu dan mulai bernostalgia kembali mengenang masa lalu waktu bersama-sama menimba ilmu di sebuah fakultas di Jogja.
"kamu dah lama di jakarta mas" tanya dia membuka percakapan di antara kami
"saya di Jakarta hampir setahun mas" jawab ku.
"tinggal dimana?"
"di cikini mas"
"oh iya, saya sering kesana, kalau jemput istri yang pulang kerja, dari stasiun manggarai ke cikini"
"oh ya??" dengan nada bertanya aku melajutkan pertanyaan, "emang mas tinggal di mana?"
"saya tinggal di daerah salemba mas" jawabnya lagi. Akhirnya setelah berbincang lama dan bercerita tentang masa-masa jadi orang akademisi di jogja kami pun berangkat menuju rumahnya ujang karena di tawarin sama ujang untuk berkinjung sekalian melihat buah hatinya yang baru seminggu lahir.

Berangkatlah kami menuju rumah mas ujang yang berada di salemba, laju roda empat di tengah keramaian jalanan kota yang tiap titik merupakan sumber petaka macet, yang sellau menjadi warna kehidupan masyarakat jakarta. Menyusuri jalan salemba yang padat oleh roda dua dan roda empat. Jam 20:23 akhirnya kmi tiba di sebuah rumah sederhana, namun mempunyai halaman luas. Di sebelahnya terparkir 4 unit mobil avanza, 2 unit Agia dan 3 unit feroza.

Kami berdua pun masuk kedalam rumah sederhana tersebut, terlihat seorang eanita cantik yang menyambut suaminya dengan senyuman ramah. Menyiapkan baju ganti lalu menyiapkan air putih seperti biasanya. Lalu seorang pembantu rumah tangga datang menawarkan dan menanyakan minuman apa yang mau di suguhkan padaku.
Minum apa Tuan?"
*Kopi Hitam saja mbak" jawabku
Sellang beberapa waktu, sang bedinde datang memabawa kopi hitam dengan setoples makanan ringan. Sambil menunggu mas ujang yang ganti pakaian. Aku menikmati kopi yang di suguhkan oleh mbak minem yang menjadi pembantu di rumah mas ujang tersebut.

"Sorry mas Gie, agak lama menunggu"
"iya gak apa-apa mas, santailah mas"
"Iya, sorry di suguhin makanan seadanya"
"Waduh, ini sudah lebih dari cukup mas, lagiankan silaturahmi tidak di ukur dengan makanan bukan"
"Iya memang mas Gie"
"Tapi kehidupan mas sudah meningkat jauh yah?"
"Alhamdulillah di percayakan oleh Allah untuk sebuah tanggung jawab yang sabgat besar ini"
"Iya juga, tapikan ini bukanlah sebuah hal yang mudah untuk di dapatkan Mas"
"Butuh perjuangan dan pengorbanan yang besar untuk mencapai ini semua mas"
"Iya mas, tapi tidak lepas dari doa seorang istri yang saleh kalau menurut yang biasa saya dengar"
"Jika engkau merasa miskin maka menikahlah"
"Maksudnya gimana mas?"
"Saya percaya dengan ayat tersebut dan saya meyaikini dan mengimaninya hingga yang Esa memberikan apa yang kita ingin dan yang kita butuhkan"
"Bisa ceritakan kepada saya b
Apa ayatnya dan bagaimana perjuangan nya mas"
"Bisa"
Bolehlah saya dengarkan sebagai motivasi hidup saya, karena saya lihat, berbeda sekali kehidupan mas waktu kita pertama kali bertemu di masjid waktu mas menjadi penjaga masjid dengan kehidupan mas ujang sekarang"

"iya jadi begini ceritanya :"

Ayat ini mungkin banyak sekali yang telah membuktikan dan menceritakan bagaimana   manjurnya khasiat ayat ini jika kita berpegang teguh terhadap apa yang menjadi janji Allah SWT dalam firmannya. Ini merupakan kebenaran dari Agama yang saya anut, untuk terus saya pegang dalam meraih kebahagiaan dunia dan juga kebahagiaan akhirat.

Di dalam (QS. An-Nur : 32) :
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Di dalam arti dan makna ayat tersebut, terdapat makna yang Ustadz saya uraikan "Jika engkau merasa miskin maka menikahlah." dari situ saya selalu memegang teguh kalimat tauhid tersebut hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk menikah.

Namun sebelum saya menikah, saya melewati banyak kisah dan peristiwa yang coba saya uraikan dalam tulisan ini. Saya mencoba menggagas tulisan ini supaya teman-teman, saudara-saudari yang ingin menikah namun merasa minder untuk kemudian menikah di karenakan keterbatasan finansial atau belum punya pekerjaan yang layak untuk menghidupi pasangannya.

Sungguh tak ada niat untuk menyebarkan aib atau memuji diri dalam tujuan menulis kisah ini, saya hanya menceritakan sebagian perjalanan hidup saya, agar mungkin kiranya teman-teman tidak menunda atau mengingkari apa yang telah di sunahkan oleh rasullah dalam sebuah riwayat :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮﻥ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺧﻠﻘﻪ ﻓﺰﻭﺟﻮﻩ ﺇﻻ ﺗﻔﻌﻠﻮﻩ ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ
ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻓﺴﺎﺩ ﻛﺒﻴﺮ

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi).

Menikah juga menjauhi kita dari keinginan berzinah, karena bagaimanapun ketika kita mulai masuk pada aqil baligh, mau tak mau, suka tak suka, sadar tak sadar bahwa nafsu syahwat remaja cenderung ingin melakukan hubungan intim.
Faktor biologis menurut para ahli mengatakan demikian. Menurut dokter Nugroho dalam satu artikel online di "detik health.", "Remaja ini organ seksualnya sudah matang, tetapi secara psikoseksual belum sehingga memperbesar kemungkinan melakukan perilaku seksual yang berisiko ataupun seks pra nikah,". Bahkan dalam hal ini, seorang remaja yang tidak terkendali oleh pemahaman agama dan ditanamkan ilmu aqidah yang sepadan maka cenderung melakukan masturbasi sendiri, hal itu juga di kemukan dokter Nugroho ahli spesialis andrologi dalam artikelnya
"Biasanya anak-anak menemukan sendiri  bermasturbasi". Saat itulah orang tua perlu menjelaskan kepada anak apa yang sebenarnya dia alami. Orang tua harus terbuka kepada anak dan sebaliknya, jadi orang tua sebaiknya menjadi teman anak-anaknya agar anak mau berkomunikasi secara terbuka,"

 Saya adalah seorang sarjana muda lulusan dari sebuah universitas jogja yang hidupnya pas-pasan dan tak ada apapun harta yang harus saya banggakan atau untuk sekedar mencukupi kebutuhan hidup dalam keseharian saya.

Saya adalah seorang sarjana muda yang tak lagi punya orang tua, saya yatim piatu, bahkan untuk kuliah dan mendapat gelar sarjana, saya harus banting tulang untuk membayar iuran SKS dan Pembayaran kampus lainnya.

Setiap hari setelah pulang dari kampus, saya menjual es cendol dengan gerobak milik seorang tetangga kos. Setelah sore, sekitar ba'da ashar saya pulang mengembalikan gerobak tetangga. Lalu saya pergi ke majelis untuk mengikuti kajian islam rutin setiap habis ashar sampai menjelang magrib. Bergelut dengan buku, mengikuti kajian-kajian islam adalah aktifitas keseharian saya.

Meski kehidupan yang serba pas-pasan dan harus banting tulang setiap hari, saya berusaha bertawakal dan yakin dengan janji Allah, sebab salah satu Sifat Allah SWT adalah tidak pernah berbohong dan tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya yang taat.  Dalam ayatnya Allah berfirman dengan tegas bahwa orang yang sabar akan diberi ganjaran Kemuliaan di sisiNya.

والصابرين في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka mengintegrasikan orang-orang yang benar (imannya), dan mereka menghubungkan orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah: 177].

Sebab itu, aku selalu ingin terus menjaga kesabaran dan ketabahan hati ini untuk tetap istiqomah di jalan-Nya, agar menjadi hamba yang selalu bersyukur atas keputusan dari takdir yang telah di tentukannya.

Setelah sekian lama aku berusaha dalam menggapai gelar sarjana ku, meskipun penuh perjuangan dan keringat untuk mendapat gelar itu. Dan pada akhirnya, di tanggal 27 september 2014 akhirnya aku yudisium dan seminggu setelahnya. Aku memakai toga dan di sah kan menjadi seorang sarjana.

Lalu aku mencoba beradu nasib di Ibu kota, aku mencoba mencari kehidupan dan penghidupan di tengah kejamnya ibu kota yang tanpa peduli memperdulikan orang-orang di sekitarnya.

Beberapa bulan setelah hidup di jakarta, namun tak juga aku mendapatkan pekerjaan. Aku akhirnya berada di ujung tanduk, uang tabungan makin menipis dan lowongan pekerjaan belum juga ada.

Hingga pada suatu hari di saat aku menyelesaikan kewajiban empat rakaatku saat matahari tepat di kepala, di masjid istiqlal kota jakarta, seorang imam masjid menghampiriku dan mengajak untuk duduk berdiskusi di beranda masjid. Hingga akhirnya ia menawarkan diriku kepada seorang gadis yang menitipkan tanggungjawab kepadanya agar di carikan calon imam yang baik untuknya.

"Aku telah melihat dan memperhatikanmu setiap hari, kau sangat taat kepada Allah, karena yang ku lihat kau selalu tepat waktu melakukan sholat jamaah di masjid ini.
"iya ustadz, semua yang ustadz lihat belumlah tentu itu adalah kebenaran, karena setiap perbuatan manusia hanya Allah Azza wazalah yang bisa menilainya."
"tapi bukankan setiap manusia punya hak untuk menilai orang lain?"
"memang begitu adanya, namun harus kita tahu, bahwa semua dunia itu semu, yang kita lihat sebagai permata dengan mata telanjang, tapi masih asa juga yang imitasi ketika di periksa dengan alatnya untuk mendapatkan kebenaran dari keasliannya."
"Tapi aku percaya kau untuk mendampingi dan menjaga keponakanku, karena dari perilakumu bahwa kau adalah sosok imam bagi wanita muslimah.
"Tapi pak." ujarnya sambil tak percaya bahwa yang telah di dengar olehku.
"Sudahlah, hargailah keinginanku dan hargailah aku."
"Insyaallah pak." jawabnya

Sesuai waktu yang telah di tentukan akhirnya kami pun menikah dan di nikahkan. Dengan mahar 1/2 gram cincin dan 250.000,- uang tunai, aku di depan penghulu mengikrarkan janji suci, dengan di saksikan oleh puluhan orang kampung setempat. "saya terima nikahnya niara binti mahmud dengan mahar seperangkat alat sholat di bayar tunai" jaeabku setelah wali nikah dari sang istri mengucapkan "saya nikahkan dan kaein engkau dengan anakku dengan mahar seperangkat alat dholat di bayar tunai". Setelah ikrar berpautan kedua saksi nikah serentak mengucapkan sah, dan di iringi oleh doa penghulu. Bahagia seluruh hadirin undangan yang menghadiri acara ramah tamah kami pun terpancar dari rona wajah tiap-tiap insan yang datang. Rahmat Tuhan dalam rahman dan rahimNya menguraikan kasih bersama sorak dan teriak syukur yang di lafazkan dengan kata Aamiin setelah penghulu selesai melafazkan Doa.

Di tengah kebahagian yang tengah asyik di nikmati, suara motor yang di paksa stater lalu ketika menyala, motor itu dengan suara besar dan berlari kencang keluar dari masjid yang membuat orang yang berada di masjid kaget, yang pada saat itu tengah asyik menikmati jamuan makanan ringan karena waktu telah masuk sesi istirahat, suara motor tersebutpun tak ada lagi yang hirau katena telah jauh dari kebisingan suaranya, katena mereka tengah berbicara, dan entah lagi ngegosipin mempelai wanitanya yang teramat cantik dan keberuntunganku yang bisa menikahi gadis secantik dia.
"Ah.... Sungguh bahagia tak terkira bagiku hari ini" ucap syukurku di dalam hati.

Setelah acara di tutup oleh "MC", para tamu undangan berhburan pulang dan kami dengan keluarga baru juga bersiap-siap untuk pulang kerumah, tapi bukan main terkejutku, ketika tiba di tempat parkiran masjid, kudapati motor yang baru seminggu ku beli tidak ada di tempat yang tadi ku simpan buat parkir. Tapi aku tak sesudzon itu, aku masih mencari siapa tahu aku lupamenyimpannya di tempat lain atau karena motor ramai dan banyak di tempat parkiran masjid, mungkin saja motorku di pindahkan oleh orang ke tempat yang lain karena motor yang memarkir paling belakang, supaya mereka bisa juga mengeluarkan motornya. Namun setelah berkeliling mencari dari ujung ke ujung masjid, kudapati kehampaan yang sesak, motor yang ingin ku jadikan sebagai alat untuk mencari modal ternyata telah hilang.

Sesak itu hadir, dan kudapati istriku datang memeluk dan mengusap bahuku dengan perkataan lembut yang membuat pikiran sedikit tenang.
"Yang sabar sayang, Mungkin Allah punya rencana lain dalam episode kehidupan dan garis tangan takdir yang harus kita jalani dalam menjalani bahtera rumah tangga ini."
"Terima kasih istriku"
"Terima kasih Ya Allah telah memberikan sesosok bidadari yang penuh perhatian dan kelembutan hingga aku yang tengah dalam kegelisahan ini menjadi tenang dengan kelembutan kata-kata dan belaian kasih sayangnya" gumamku.
"Ia suamiku sama-sama  mari kita pulang, mama papa menunggu untuk pulang"
"Ayo kita pulang" ajakku pada istriku.
Kami pun pulang dengan di gonceng oleh sanak saudara istri karena tidak punya lagi motor untuk menggonceng istriku.

Perjalanan panjang dengan hidup yang di selimuti kata miskin menghantui, tak ada pekerjaan dan motor hilang adalah cobaan Allah padaku tak membuat aku berpaling dariNya, justru aku semakin percaya bahwa ini adalah ujian untuk mencapai sebuah kesuksesan karena ada pepatah mengatakan "Di balik kegagalan kecil selalu tersimpan dan terselip kesuksesan besar"

Mas ujang kembali menyeruput kopi yang di bawakan oleh mbak minem, lalu melanjutkan cerita awal kesuksesannya padaku. Aku yang sedari tadi menyimak dan berusaha mengingat semua kata-kata yang di ucapkannya. Sambil menyerut kopi yang mulai dingin, dan membakar rokok yang ku mintai ijin sama mas ujang, karena mas ujang di samping menjadi pengusaha rental sukses dia juga tidak merokok.

"selama berbulan-bulan saya bersileweran mencari dan terus mencari pekerjaan namun tidak ada, karena pada saat itu terjadi pembengkakan ekonomi nasional hingga menyebabkan perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya. Akhirnya saya memutuskan untuk meminta kepada istri saya untuk di gadaikan emasnya untuk modal"

Lalu saya pun pergi ke pegadaian untuk menggadaikan emas pemberian orang tuanya kepada istri saya, karena memang soal harta dan benda-bebda berharga seperti itu. Dengan perasaan yakin untuk membuka usaha dan tekad yang kuat akhirnya saya beranikan diri menggadai benda kesayangan istri ku tersebut.

Setelah mendapat modal sebanyak Rp. 1.750.000,- dari hasil gadaian emas istri di pegadaian, akhirnya kami pun bersepakat untuk membeli gerobak somai dan membuka usaha dagang somai keliling dengan gerobak. Kebetulan istriku jago dalam hal membuat dan membikin somai, akgirnya kami pun memulainya dengan penuh tawakal dan mengucap bismillah. Kami membuka usaha dagang kecil tersebut.

Berjalan dua tahun, akgirnya kami bisa membeli motor dari hasil jualan somai tersebut. Kemudian kami membuka warung somai di depan kontrakan dan membayar satu karyawan untuk membantu karena pada saat itu, istri saya sedang hamil tua. Seiring berjalannya waktu dan sekitar 3 tahun kami buka cabang di ousat pasar, lalu akhirnya kami mencoba untuk sebuah cabang usaha yang besar, alu kami membeli sebuah tanah lapang ini. Sebelum di romvak menjadi garasi mobil semuanya dulu kami sempat membuka warnet dan juga rental PS. Namun karena kebetulan saya punya banyak kenalan dengan bos-bos besar dan teman-teman tersebut di usulkan oleh teman-teman saya untuk mengkredit mobil untuk di rentcar. Dan alhamdulillah kami hidup dari hasil dari mobil-mobil tersebut.

Malam telah larut, sekitar jam 3 pagi. Tak terasa karena asyik mendengar cerita kesuksrsan seorang penjaga masjid yang telah menjadi bos rentcar di wilayah jakarta pusat tersebut. Akhirnya kami menutup pembicaraan dan aku berpamitan pulang, karena jam 7: 00 harus standby di kantor.


Gie
13 April 2019
Pena langit di kota tepian air

CINTA DAN PENYESALAN

Penulis
Siapa yang tak ingat masa SMA, masa di mana kita berproses untuk menemukan jati diri dalam beproses di bangku menengah atas dan masa puber kita untuk saling mengenal satu sama lain antara lawan jenis.

Masa SMA ialah masa yang paling bersejarah bagi kita, dimana kita membuang masa kanak-kanak kita dan menuju kedewasaan berpikir, berbeda dengan dunia kampus yang begitu membosankan.

Demikianlah yang dirasakan oleh seorang anak yang baru naik ke kelas dua SMA ini, dia menjalani hidup berbeda dengan teman sebaya nya, di usianya yang di haruskan untuk belajar dan bermain, dia harus meninggalkan dan membuang masa-masa indah bersama temannya guna untuk bekerja dan menafkahi hidup ibunya dan untuk membayar sekolahnya,

tiap hari sepulang sekolah, ia selalu pergi ke sawah untuk memikul rumput atau jerami untuk dijual pada tetangga yang punya sapi dekat tempat tinggalnya.
ia tinggal di sebuah rumah kosong yang tak di huni oleh yang punya, karena orang yang punya rumah tersebut, sudah tinggal di luar kota.
Lantaran istri pertamanya meninggal, dia pun meninggalkan rumah dan semua kenangan di dalam rumah tersebut dan memilih untuk membangun rumah baru dan juga menikah lagi. orang itu ialah kerabat dekat mendiang ayah nya yang sudah lama meninggal, dia tinggal sendirian di dalam rumah tersebut, Dia tinggalkan ibunda yang sudah tua, guna untuk menimba ilmu di rantauan.

pagi-pagi sekali ia datang ke sekolah hari itu, dan melihat beberapa orang yang memakai seragam putih hitam, satu persatu iya melihat rona wajah yang familiar ia temukan di pagi itu. kemudian ia mencari tau orang-orang tersebut lewat teman-teman satu kelasnya,
ken (nama samaran temannya), itu orang-orang yang di depan kantor kepala sekolah siapa? tanya nya pada salah satu temannya.
oh itu, guru-guru PPL, kenapa? tanya nya balik
gak apa-apa jawabnya.
kamu suka yah ma ibu PPL? kembali ia lontarkan pertanyaan sambil menggerakan bola mata nakalnya.
huss kamu ngawur aja pagi-pagi, mana mungkin mereka-mereka mau sama kita yang masih kecil begini.
kan cinta gak mengenal umur, nabi muhammad saja istrinya berbeda jauh umurnya dengan istrinya siti khadijah. kembali temannya menjawab dan memotivasi dia.

dari motivasi tersebut ia pun membulatkan tekadnya untuk mencintai dalam diam, seorang ibu PPL yang sedari pagi telah menggugah hatinya sejak pandangan pertama.
hari demi hari ia lewati dalam kenestapaan dan memaki dirinya karena ia rasa belum cukup kekuatan untuk mengungkapkan perasan cinta yang menyelimuti tiap detakan nafasnya.

Suatu hari kembali ia menatap sang pujaan hati berlenggak lenggok indah di samping kelasnya, di tatapnya lewat jendela tak berkaca di kelasnya, tubuh sexi, gigi mentimun dan mata malaikat yang melekat dalam diri wanita yang berbeda jauh umur dengannya.

jika hanya dalam mimpi aku bisa bertemu dan bisa hidup dengan dirimu, aku berharap hari ini, aku hanya hidup di alam mimpi hingga ajal menjemputku, karena di alam sadar ini sungguh tak ada sedikitpun kesempatan itu ada, bukan karena aku tau kau tidak mencintaiku, tapi aku tau diri ini, aku tau jarak dalam kehidupan yang memisahkan kita.
ungkapnya dalam teman yang selalu menemani hari-harinya, ia tuangkan semua keluh kesahnya dalam buku catatan hariannya.

Lagi nulis apa brow, tanya teman sekelas nya.
ahh aku aku tidak menulis apa-apa.
dia jawab dengan muka malu dan langsung menutup bukunya, dan memasukkannya di dalam tas.

"tidak ada yang mudah dalam hidup ini, tidak ada yang seperti hayalan yang selalu indah di tiap ending kisah kita.
Hayalan hanyalah tetap akan menjadi ilusi dalam hayalan.
harapan dan hayal mu tak akan terwujud jika hanya kau berpangku tangan di sini, meratapi semua duka mu sendiri tanpa kau ungkapkan pada nya.
hayalan itu tak akan terwujud dengan mudah kecuali dalam hayalan itu sendiri" ucap lagi temannya dengan kata-kata yang begitu bijak.

kemudian dia meninggalkan temannya tanpa sepatah katapun,
iya pergi mengasingkan diri di tempat sepi, dimana ia bisa merenung dan berpikir untuk bisa mendapatkan cintanya.

Terbayang dengan jelas suara motivasi temannya tadi, memaksa pikirannya kembali berimajinasi.

Bagaimana ini bisa tumbuh dengan megahnya
bagaimana ini bisa terjadi, kau datang mengusik tanpa setau setan penjaga hatiku.
kau penjarakan hati ku yang kemarim bebas
kau jajah hidup ku yang kemarin merdeka,
siapakah kau wahai jelita indah yang namanya pun ku tak tau.
apakah ini hukuman untukku karena mencintaimu dalam diam.
Duhai tuhanku
Cukuplah langit berbintang yang menjadi punyamu
cukuplah semua galaxi kau miliki
sementara keindahan dan kecantikannya biarkan menjadi milikku
molek dan imutnya biar terpuaskan hasrat ku tuk memandangnyA
jelita penawar semu ku yang hilang
biarkan ku baca dari pendengaran ku yg tuli
atas sunggik malaikat dalam doa ku
jangan lagi kau turutkan aku
dalam pekatnya mahsyar antartika
putih kosong tak bernuansa
yang terbungkus mesra dengan kebekuan
sementara segala penghuni
merinding dalam penat

aku hendak menulis untukmu
namun
entahlah
doaku

sungguh mukjizat yang paling sempurna, disaat ia mengakhiri tulisannya, tiba-tiba dari belakang terdengar orang yang memanggilnya.
"hy kamu" kata suara itu,
dengan sontak terkaget ia menoleh ke arah suara itu, dengan perasaan kaku dan tak tentu, ia menjawab suara itu,
"iya saya bu" katanya.
Kenapa kamu tidak masuk kelas, teman-teman mu yang lain sudah pada masuk semua" sambung ibu PPL yang selama ini ia impikan.
dengan gagap tertatih iya menjawab pertanyaan yang membuat ia bingung, dengan bahasa apa iya harus menjawabnya, ia pun memilih diam seribu bahasa, di tambah jantungnya yang berdebar kencang karena baru pertama kali melihat dan bertatap muka dengan sosok yang sangat ia cintai.
"Ayo masuk kelas bareng ibu" lanjut ibu itu
iya bu, ta tapi suaranya terpotong-potong, belum selesai ia mengeluarkan kata-katanya, ibu PPL tersebut sudah menarik tangannya dan bergegas bersama masuk kelas.

Di dalam kelas yang memang belum ada guru pembibing yang masuk itu, Ibu PPL mengisinya dengan tahap awal yaitu mengenal kan dirinya lalu mengambil absen, untuk memanggil siswa-siswi guna untuk memperkenalkan dirinya di depan kelas.

PENA LANGIT

Pahlawan Transacts Untuk Menggunakan Berat Tangan Orang Dewasa Dari Bisnis Fountain-Pen Untuk Buku Penyalinan Untuk Mengirim Pria Kotak Hadiah Untuk Pak Tinta Pena Gratis Mengukir Kata-Intl November 2018
Foto : Ilustrasi Puisi (Sumber : tambah.co.id)


Pena adalah mimpi keabadian bagi setiap jiwa manusia, pencetus sejarah peradaban dunia, hanya saja sebagian manusia tak menyadari bahwa apa yang di inginkannya adalah sebuah keabadian nama dalam sebuah guratan aksara yang terangkai dan yang bertuliskan namanya di mata peradaban dan sejarah. Setiap manusia ingin abadi dan di kenang oleh orang lain namun seiring perjalanan waktu keabadian nama yang di idamkan akhirnya menjelma sebagai perbudakan jiwa yang telah menafsirkan bahwa harta dan finansial kebutuhan yang tercukupi adalah tujuan akhir untuk mengabadikan dirinya, dan agar anak-anak dan keturunannya mengingat keabadian namanya. Namun itu akan sementara hanya dalam waktu yang cukup sedikit dan kurun waktu sementara saja, namanya kemudian di lupakan oleh anak dan keturunannya, lewat pergejolakan pembagian harta warisan yang ia tinggalkan. Namun itulah kenyataan yang terjadi, semua nilai keabadian nama hanya mampu di abadikan oleh pena, meski kau menafikannya, tetap nilainya esensialnya tetap demikian.
Sebagaimana socrates termaktum dalam sejarah, ia abadi di mata sejarah sebagai guru dari bapak filsafat dunia yang kita kenal dengan nama plato yang bernama asli aristocles, dialah yang mengabadikan nama socrates dan pikiran socrates, meskipun socrates sendiri tidak punya buku maupun tulisan dalam sejarah dan jamannya. Tapi pena plato mampu menghadirkan sejarah guruya yang meninggal dengan memilih mati demi membela kearifan dan kebijakan pikirannya.Dari situlah kita bisa menyimpulkan bahwa keabadian sejarah dan keabadian nama hanya bisa di abadikan dengan tinta pena.
Sebuah cerita kehidupan berawal dari sebuah pena langit, pena itu nun jauh di  atas sana, di dalam nirwana Tuhan bagi yang percayaakan adanya sebuah agama dan berkeyakinan kepada alam akhiratdan duani ghoib, karenaberbicara tentang dunia ghib dan akhirat adalah erat kaitannya dengan surga dan neraka, bagi yang pecaya tentang itu, pastinya akan melakukan hal-hal baik agar bisa mencapai surga dan pena Tuhan akan menulis takdirnya dengan tinta emas dalam kertas takdir hisab tersebut. Sebuah buku yang berjudul Menuju Tangga Langit seorang sufismen sekaligus gerbang ilmu bagi para pencari Tuhan dalam diri, yang bernama “Ibnu Arabi”, mengatakan bahwa di langit ketujuh tersimpan sebuah pena tuhan yang akan menulis dan menceritakan setiap perjalanan hidup setiap manusia. Ia menjelaskan bahwa setiap perjalanan hidup manusia ini tidak terlepas dari catatan-catatan amal yang menggunakan pena tuhan untuk di pertanggungjawabkan di hari pembalasan kelak.
Semua yang ada di bumi dan di langit ini tidak lepas dari pantauan pena yang akan menulisnya, seorang astronom menulis tentang bagaimana bentuk dan tata letak galaxi, seorang anatomi bercerita tentang sel-sel yang hidup dan mati dalam sebuah tubuh makhluk hidup, seorang dokter kandungan bercerita tentang sperma berikut ovum yang melakukan pembuahan di dalam rahim, berikut bayi tabung yang pernah di lakukan percobaab dan sekarang sudah di praktekan, seorang penyair bercerita tentang kisah-kisah percintaan dan penindasan hati yang pernah terjadi dan yang pernah di lalui oleh manusia yang ada di bumi. Semua tidak terlepas dari sebuah pena yang di tunjukoleh Tuhan sebagaijalantercipta dan terlestarinya sebuah peradaban yang ada di dunia ini,bahkan Al-qura’an umat islam, dan kitab-kitab suci lainya tidak akan pernah sampai pada kita saat ini, jika tidak di tulis dan di abadikan oleh pena.
Sebuah cerita di anatara peperangan meteor dan lapisan atmosfir yang mebuahkan ledakan dan memercikan api hingga dengan mata telanjang manusia mampu meliah sebuah bintang berekor berlari, dan itu kita kenal dengan bintang jatuh yang setiap pasangan muda mengungkapkan harapannya kepada tuhan agar hubungannya tetap langgeng selamanya bahkan sampai ke pelaminan. Hujan terjatuh dan membawa semua kenangan dan sampah-sampah kota, hingga menyebabkan bajir adalah semua rencana Tuhan untuk membuat semua pena berbicara di deadline berita, agar pena berbunyi menceritakan dan mengabadikan setiap kejadian yang adadi bumi,dan gejala-gejala alam yang akan terjadi di atas dunia ini. Laku yang kita buat tak juga bisa lepas dari pantauan pena rakib dan atid untuk menuliskan semua perbuatan baik dan buruknya semuayang kita lakukan, semua pena adalah cerita dan semua cerita adalah pena, tanpa pena maka semua akan hampa dan mati, dia tak akan lama hidup di matasejarah, sebelum ia di abadikan oleh tinta pena.
Reunian terjadi karena pena sejarah tertulis dalam sebuah ijazah, yang mengakuisisi hingga yang memiliki dapat mengakukan diri untuk merasa memiliki semua kenangan saat duduk di bangku sekolah, maupun bangku kuliah. Semua terjadi dan direncanakan oleh Tuhan agar peradaban manusia tak pernah punah untuk mengingat sejarah, sebagaiman bapak revolusioner kita yang kita sebut dan yang kita kenal dengan nama “Jas Merah”. Didalam ayat pertama Al-alaq, menyuruh dan mewajibkan kita untuk membaca, maka lahirlah sebuah adekiu yang mengatakan “membaca adalah menulis dan menulis adalah membaca”.dan pesan yang tertulis di dalam mimpi seorang yang dikucilkan terlahir dalam mimpi, “menulislah, maka engkau akan abadi”.
Keabadian sebuah nama adalah yang paling di agungkan oleh banyak orang,bahkan di dalam peradaban negari china, di haruskan untuk tetap memakai nama sekte ataupun nama ayahnya untuk mengenang jasa orang tua dan nama para leluhurnya yang telah memberiya kehidupan ataupun yang telah melahirkan dan merawatnya hingga ia menjadi sesuatu yang berguna bagi dirinya dan orang lain.
Dalam dekap doa dan mimpi yang makin menjelma, semua lekukan dari indahmu kembali hadir, berikan sebuah pesona pada jiwa yang hampir mati, karena kerontang akan cinta yang kini tenggelam bersama hilangnya cinta dari dirimu yang tengah aku rindukan. Hamparan sajadah tak mampu membendung semua luka yang tengah ku reguk, disaat semboyan cinta menghantam kepala di sudut malam yang tengah terjengah mengelabui setiap pikiran manusia yang tertunduk dalam satu romansa kisah percintaan. Karena malam adalah penjara hati bagi para insomnia yang menaruh rasa pada sosok yang jauh, yang entah di sebuah pulau keabadian ataupun nirwana Tuhan. Berjuta kiasan para jiwa memaknakan kehadiran malam, di ujung pulau seorang berandal tengah asyik mengisap tembakau surga di balik nikmatnya kamar kontrakannya, semenatar di ujung cakrawala seorang anak manusia hampir mati karena takut akan kehadiran malam yang tengah memberinya kenangan pahit dalam hidupnya yang payah, atas kisah intrik sunyi yang tengah ia lalui waktu demi waktu. sementara aku disini bersama malam menguraikan semua peristiwa dalam hidupku, inci demi inci waktu berputar memberi kenangan berbeda bagi setiap insan.
Perkara malam adalah perkara lilin yang rindu akan pijarnya sebuah cahaya meski itua dalah cahaya bintang kejora di ufuk timur sana, yang memberi isyaratbahwa pagi telah datang kepadaembun agar ia bersiap sedia di sapu oleh panasnya terik matahari yang menghilangkan nilai kesuciannya di atas ilalang-ilalang alam. Hadirkan prosa-prosa sunyi bagi para penyair,menuangkan segala luka dunia kepada sehelai kertas lalu meleburkan semua penat hidupnya lewat curhatannya pada ujung pena. Hingga tertuang sebuah bait keabadian di mata penanya yang berbuny mengalunkan senandung fungsi pena

“Bagaimana pena berbunyi?
Apakah semacama lagu goyang dua jari?
Ah tidak
Cara pena berbunyi ialah kata tanpa suara
Ia mengalir dari pikiran para intelek
Yang ingin merubah alam bawah sadar si pembaca

Pena adalah pasangan hidup bagi suami atau istri
Ia mewakili semua keistimewaan berpikir
Menuangkan segala suka duka
Tanpa ampun menguraikannya laksa banjir bandang melanda hunian warga

Pena adalah pedang
Yang mampu menikam tanpa bersentuhan
Ia bisa mematikan jiwa
Meski jarak berada di cakrawala
Ajiannya mampu memenjarakan setiap manusia
Meluluhlantakkan istana laksana pancasona legenda karmapala

Pena adalah sahabat terbaik
Yang selalu mendatangi setiap kau mau berkeluh kesah
Tanpa bising ia mendengar semua kisah
Hujatan kritikan rayuan bahkan penghambaan
Ia adalah tempat penampung semua kata-kata pun sampah

Sementara para sufismen bercerita
Bahwa di lauhil mahfudz berbunyi suara pena
Penulis takdir bagi setiap jiwa yang bernaung di dalam semesta
Menguraikan jodoh dan semuanya
Sebab itu pena sangat indah
Ia mampu menelanjangi tubuh bahkan dengan satu guratan”
Berbicara tentang pena tak hentinya kita berbicara tentang keabadian kisah, tentang keabadian mimpi pada setiap jiwa yang setiap hari mencurahkan suara hatinya di dalam buku diari, tentang keabadian biografi bahkan oto biografi para tokoh-tokoh revolusi, tentang abadinya ide-ide liar manusia, hingga pikiran teringat akan sebuah kisah di sebuah pulau terpencil yang memberikan kenangan yang sama dengan kisah yang tengah aku rasa saat ini. Kisah itu adalah kisah abadi para pemuja cinta, para pendamba hati, para optimisme pada waktu dan keputusan takdir Tuhan. Guratan-guratan pena yang telah mengabadikan kisah-kisah manusia, kitab-kitab telah mengabadikan banyak kisah manusia. Hingga terpikir olehku menuangkan semua kenangan dari kisah tersebut untuk jua ku abadikan dalam penaku.
Air mata pada keabadian kasih langit kepada bumi kembali tercurah sebagai rahmat bagi penghuni bumi.

“Air mata langit hadirkan pesona pada tiap helain daun pepohonan jati di samping kuburan tua, hingga sang melati memekarkan bunganya sebagi simbol ia telah belia dan memberi tumpuan pasti pada lelaki bujang tanpa ayah di sebuah gubuk samping jalan-jalanan
Sembari melihat pelukan nestapa pada hati yang tengah nelangsa pada kenangan, lelaki itu jauhkan harap pada langit, karena mimpi kini hanyalah sebuah angan di tengah duni yang kini semakin tua
Karena hujan baginya adalah cambuk nostalgia yang sangat mengerikan berikut kenangan pada ayah dan bunda yang telah lama tiada karena terseret banjir tahun lalu

Kenangan itu kembali hadir dalam kenangan pikirannya, ia berandai dalam hati agar di dalam hujan ia berteriak mengutuk langit yang teleh merenggut kebahagiannya dan yang telah membawa kedua orang tuanya terbaring lesu di balik papan yang telah di semai oleh manusia-manusia sosialis
yang tengah asyik berbincang dan memberi ucap kasih pada jiwa mungil yang di tinggal oleh kedua jasad tanpa nyawa yang tengah mereka kuburkan.

Kedua mayat yang sekaligus adalah ayah dan ibu si laki-laki malang itu di kubur di sebelah timur kampung
Ternama kuburan tua yang keramat lagi angker karena di sana adalah tempat berkumpulnya jiwa-jiwa arwah penasaran yang meninggalkan kasih sayangnya di atas hamparan tanah merah yang tengah menguburinya

Kuburan tua tanpa hiasan bunga dan pohon kamboja kuyup di lumuri air mata tangisan kerinduan awan
Batu kapur dan batu nisan sebagai tanda bahwa masih ada bekas kehidupan yang tertanam di dalam perut bumi yang tengah di banjiri luapan kesedihan
Banjiri semua makam-makam tua, bekas-bekas sampah dan fosil dedaunan yang telah busuk kini telah di aliri dan di bersihkan oleh kesucian hati yang menumpahkan air mata
Air itu adalah air suci, Rahmat Tuhan yang tersalur lewat bersenggamanya kerinduan dua alam
yang telah tertakdir tak akan bisa bersatu

Air itu kemudian kembali ke muara kemana dan dimana ia berasal
Sebagian meresap ke lubang-lubang tanah dan sebagiannya mengalir ke hilir lalu bermuara di lautan tanpa tepi meski pantai adalah sandaran bagi sebagian jiwa yang tercerai
Lalu air itu kembali hadir di gubuk peot milik seorang petani yang tengah menunggu hasil panen di esok pagi yang tanamannya telah di satukan dengan hilir air kasih sayang yang bermuara ke samudra
Air itu adalah air mata kesakitan petani, karena banjir dan air melimpah ruah sedari pagi telah menenggelamkan padi bawang cabe dan semua hasil taninya

Di seberang pulau seorang gadis belia tengah berdiri di pinggir pantai, dengan mata di lumuri air mata darah
Sempat tertanya olehku lewat mendung yang menghiasi pelataran langit dan juga raut wajahnya
bahwa ada hikayat alam yang tengah ia pecahkan dan sempat harap tertanam dalam hati bahwa ayah yang tengah di nanti di tepi pantai kembali hadir bawakan kebahagian dengan kehiodupan masih bersama raganya
Namun angin laut bertiup angkuh hingga badai di samudra antartika hadir mengajak menari ombak yang ada di tiap muara lautan
Hingga hadirlah duka pada hati si gadis belia yang tengah menanti ayahnya yang telah tenggelam di dasar lautan bersama hujan dan badai yang di bawa oleh kesedihan langit dan kecemburuan awan pada bumi

Gadis malang datang dengan segala harap kepada langit, berpanjat pada setitik harap yang hampir punah karena sakit itu adalah kepedihan yang membawa keyakinan hampir hilang pada ketuhanan
Lalu dengan sedikit yakin yang masih membekas pada kholbu, ia bangkit terperanjat dari keterpurukan karena kepedihan hati karena di tinggalkan oleh ayah dan bunda
Ia berharap di sepertiga malam semoga cinta yang abadi akan terwujud dalam satu fase kesempurnaan pasangan dari alam kejadian ia menjadi seorang jelmaan Hawaniah

Gerakan tangan Tuhan kemudian kembali membelai keduanya, tanpa peduli pada jarak dan waktu, mereka bertemu dalam satu gubuk seorang petani yang tengah meratap karena hasil panen yang seharusnya menjadi penunjag hidupnya di beberapa bulan yang akan datang, kini ludes terbawa oleh alir air ke hilir yang menuju hulu tanpa nurani.
Jiwa-jiwa yang tersakiti oleh hujan kenangan pembawa petaka kini berpaut dalam satu gubuk kecil seorang lelaki tua tanpa istri di tengah hutan yang jauh dari hunian warga
Hingga terciptalah sebuah masa depan baru yang akan memberi warna cerah di masa yang akan datang

Lelaki malang dan si gadis malang itu kemudian bertemu pada satu nasib yang sama dan takdir yang menyamakan untuk di pertemukan, meski mereka adalah jiwa yang terpisah oleh pulau dan  air mata langit dan juga lautan luas yang membentanginya
Mereka adalah satu jiwa yang takdirnya tertulis rapi untuk sebuah ujian jiwa yang di beri kehilangan untuk orang-orang yang mereka kasih dan sayangi berikut yang paling berharga dalam hidup dan kehidupannya
Jiwa-jiwa mereka tengah melalang buana di atas langit, di tengah hamparan samudra, di dalam surga sambil berpelukan dengan kedua orang tuanya, juga sedang merana di atas ranjang yang sudah kusut karena di makan waktu yang tak mau tau akan kepedihan dan kesdihan yang di berikan air mata langit pada kisah mereka

Dengan di wakili walimahan dan wali nikah seorang petani tua di gubuk peot
Kedua jiwa yang di obrak-abrik oleh masa lalu kini menjadi satu, berpaut dalam satu hubungan abadi dalam kesaksian burung-burung yang berkicau di pagi hari dan bunga yang bermekaran tanda kemarau telah tiba dan musim gugur telah sampai dan kebahagian mereka tak akan mungkin bisa di gugurkan oleh musim apapun, karena janji jiwa yang pernah di hina oleh waktu, di sakiti oleh masa adalah benar tak akan menyia-nyiakan orang yang telah memberinya kebahagian setelah badai duka telah terlewati bersamanya.”

Masih tentang malam yang menguraikan segala cerita, dalam bentuk aksara-aksara yang tak terangkai berikut tak pernah tertulis, karena malam adalah penjara jiwa, namun kebebasan bagi pikiran untuk menerawang sesuatu yang bahkan malaikat tak mampu menjangkaunya hadir dalam kepekatan malam. Karena benar adanya bahwa para sufismen menghadirkan setiap sajak-sajak rindunya pada Tuhan, ialah ketika jiwa-jiwa anak manusia tertidur dan terbuai oleh mimpi mati sesaaatnya, maka hadirlah rahmat bagi jiwa yang inginkan wajah-wajah yang tengah di idamkan di pelupuk matanya,meskipun semua itu semu adanya. Ibnu Arabi menilai malam adalah tertutupnya jiwa bagi para manusia yang tak ingin memperdalam dalam perkara Tuhan dan rahasia-rahasia yang di sembunyikan di dalam alam, sementara bagi yang manusia yang mau berpikir malam adalah tempat di bukanya semua pintu surga,berikut rahmat-rahmat Tuahn yang telah di janjikan. Sementara lailatul qadri adalah malam seribu bintang yang di riwayatkan dalam kitab suci bahwa adalah malam yang lebih baik dari seribu malam.
Maka dari itu, waktu sepertiga malam adalah tempat yang paling indah untuk bercumbu dengan Tuhan, meminta dan meluapkan segala keluh kesah sang hamba kepada pencipta. Terangunlah dan bercumbulah dengan doa dan harapan kepada Tuhan semoga apa yang teruntai di aminkan oleh malaikat, agar bisa menerawang semua peristiwa mana yang hendak tangan tuhan kasih untuk kita jumpai dan perkara apa yang akan kita lakukan untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Aku sendiri mencintai malam yang di cintai oleh para wali Allah dan para ahli sunnah wal jamaah, agar kiranya rahmat tuhan tetap terjaga dalam jiwaku, meski memori otakku sedikit amnesia karena terlalu lama terpuruk akan kehilangannya.
Taukah kau, aku disini, di tempat biasa kita merenung dan bercanda ria. Di tempat kita melepas penat saat senja, berpuisi, melantunkan sajak-sajak cinta. Aku disini berusaha mengingat semua rentetan peristiwa suka-duka kita, menguraikannya lewat lagu sambil mengingat masa lalu yang penuh romansa indah. Sampai pada sebuah kenangan masa lalu, dimana kita melakukan sebuah percakapan indah. Di sini adalah segala kenangan kita tertulis dengan indah, terangkai segala peristiwa yang membuat hati ini selalu ingin kembali kala masa itu.
Itulah keabadiansejati oleh pena, mengurai segala yang terurai dalam bentuk rumus bahkan simbol, ia adalah keabadian sejati para jiwa yang ingin tenang meninggalkan nanam dan sejarah peradaban untuk dunia. Dan pikiran adalah senjata utamanya bahkan ia mampu menguraikan semua peristiwa dengan guratan pena langit nya.


SAJAK UNTUK PENITI DAN SOPIR BUS

Masa aksi

Oleh : Ginanjar Gie

Aku terlahir untuk ini, memandang semua yang terjadi tanpa sesuatu yang harus di selesaikan bersama tukang peniti yang merangkul bawahannya untuk mengecam para pembawa sampah di hadapan menara megah yang berwarna biru. Mereka berteriak dengan lantang lalu tukang peniti menyambutnya dengan suara senjata, dengan berteriak selaksa petir menyambar : datanglah kesini kauuuuu, agar ku gelitik otakmu dengan tumitku, otak kalian teracuni, sini ku bersihkan semua sampah yang ada di kepalamu agar semua sistem bekerja dan berjalan dengan baik ujarnya sembari mengarahkan moncong senjata kepada penindas elit yang tertindas, yang sangat membutuhkan nilai keadilan.

Tukang peniti itu penyulam yang bagus bahkan dalam situasi yang pengap mereka tetap menjahit kain untuk menyumpal mulut para komunal dengan paksa, merah padam muka para peniti berdiri di gerbang gedung megah, dengan suara gagah berani sang komando berkata : perisai komando tegapkan senjata, hancurkan para tikus-tikus kecil itu, mereka hanyalah sampah bagi negeri maka tenggelamkan saja.
Sambut sang jenderal dengan komando yang tak kalah lantang : lakukan sesuatu yang kalian anggap benar...!!!

Sebuah tragedi besar pun tercatat oleh sejarah, sang orator di bungkam dengan moncong senjata, batu dan kayu tak lagi punya nilai sebab letusan senjata dari para wajah beringas mulai fi dengungkan, seirama alunan musih k-pop korea yang di dengar oleh seorang ayah ketika seorang ayah tengah menderita sakit gigi.

Peniti mulai beringas di arena laga ia berteriak dengan seraya memerintah : hancurkan semuanya, kemarin kalian yang menduduki gedung ini, mari sini ku ajarkan bagaimana berada di tanah yang menjadi dasar bangunannya agar kalian tau bagaiman sakitnya di siksa oleh kata-kata atau sakit yang kalian inginkan adalah moncong senjata yang akan memberikan keadilan dan ketenangan. Lalu sang peniti menarik paksa seseorang yang kurus kering tanpa rasa manusiawi dalam diri memandang ia sebagai seekor domba para gembala yang akan di kurbankan saat idul adha tiba, kemudian ia lemparkan tubuh tak berdaya itu, sebelum bagian-sebagian dari peniti itu memukuli dan menyerangnya bagai srigala kelaparan. Seorang wanita berjas hijau memeluk tubuh kurus itu, membelainya dengan mesra sambil membisiki seuntai kata di telinganya "Kawan inilah bagain dari perjuangan, Revolusi belum usai, kami pasti menyelamatkanmu, Bersabarlah." sebelum ia di tarik paksa oleh peniti bengis. Perempuan itu tetap memeluk dan menenangkan dirinya, tapi wajah bengis tanpa ampun menariknya dengan paksa. Di angkutnya tubuh kurus kering itu di atas mobil bak terbuka, lalu seorang peniti datang menjemputnya sebelum mereka telanjangi bajunya. "Dasar sampah" sinisnya sambil memungut rambut panjang si tubuh kurus kering .

Kemudian satu per satu mereka datang dengan tangan di belakang punggung, dan di pegang dengan kuat oleh para peniti tangannya, lalu memaksa para jalang jalanan itu untuk melepaskan pakainnya lalu di buat paksa untuk duduk di atas aspal yang panas karena di terpa matahari sedari pagi. Sempat para komunal itu berteriak berontak hendak memprotes apakah ada aturan di atas aturan yang membuat mereka harus melepaskan bajunya laksana maling ayam di kampung-kampung tanpa listrik di sudut ibu kota.

Hampir semua dari komunal itu di babat habis oleh asap air mata, hingga cair mencairkan semua yang hadir dalam aksi, hadirkan tafsir dan makna bahwa mereka yang berdiri di depan gerbang adalah sampah sumpah serapah para elit. Orang seorang dari peniti hadir kembali membawa orang per orang  tuk di jatuhkan hukuman di atas meja hijau. Keadilan yang di perjuangkan kini berbalik menyerang bagai ibu tiri yang takut kehilangan kasih sayang suami dan takut kehilangan warisan sang suami lalu menghardik anak kandung dari lelaki yang mempersuntingnya hingga ia tewas dalam fhobia yang mengerikkan. Kasian mereka yang berjiwa merdeka, mereka telah lihai dengan kekuatan revolusi hingga lupa bahwa taring dan moncong senjata masih tegap berdiri di gerbang istana.

Setelah mobil membawa para komunal ke pengasingan, lalu hadir sebuah bus sewaan dengan tulisan di depan kaca "Berkedok Almamater (berwajah preman) di gedung berwarna biru. Mereka hadir bawakan makanan untuk para komunal, dengan daging dan ayam di bungkusi oleh plastik nasi sebelum mereka bubuhi semua makanan itu dengan racun. Racun itu lahirkan kematian bagi para jiwa perindu keadilan.

Racun-racun itu adalah obat untuk kebijaksanaan ucap seorang jendral dari kumpulan tertindas, karena racun itu adalah setidaknya mampu membawanya kepada keabadian hingga tak lagi melihat dunia yang begitu kacau oleh ulah manusia-manusia kerdil. Kematian adalah perebahan abadi yang membuat jiwa tenang karena tak ada lagi sisi yang dapat membantu menghancurkan sistem yang terstruktur oleh para peniti. Setidaknya kematian dapat mengantarku pada surga maka akan ku raih itu, namun sebelum nyawa terenggut oleh racun itu, ijinkan aku bersuara di depan istana itu lagi dan menghancurkan para penghuninya, kemudian ku ikhlaskan jiwa ku kalian ambil, tubuhku kalian cincang, dan setiap dagingnya kalian berikan saja kepada anjing-anjing kampung yang kelaparan. Karena bagiku kemerdekaan yang tertindas adalah mati bagiku. Ucapnya dengan air mata darah.

#Suara hati para aksioner

ADA SURGA DI MONTA

Foto gie : Ilustrasi Puisi
Di sebuah jembatan samping masjid tempat penikmat senja melihat indahnya sang surya yang turun di balik gunung, sebuah lahan pertanian terpampang sangat luas, petak-petak tanah yang di pisahkan oleh pematang begitu indah.
Asri hijau sang padi tumbuh di atas tanah subur nan sejuk, di pinggir jalan-jalanan, pohon pinang berjejeran dengan indah sebagai pagar sawah yang di tanami petani, sementara di sebelah timur sebuah kebun milik seorang warga tumbuh berbagai macam pepohonan yang bikin mata tak henti memandang akan asri dan hijaunya.

Burung pipit dan burung gereja terbang di antara rerimbunan pohon, seakan berucap padaku selamat datang di negeri simpasai, ia berucap dengan nada tanpa kata pada bahasa-bahasa yang tak di mengerti oleh insan selamat datang di surga simpasa. Sementara ruh agung para leluhur membisiki nun jauh didalam nurani agar jangan melihat pada satu titik tapi lihatlah jauh lebih dalam lagi, agar kau mengerti bahwa di dalam surga selalu ada neraka yang berdampingan dengannya.

Sempat ku ucap terima kasih atas sambutan alam yang begitu damai dan santun, lalu tertuju mata pada hamparan gunung yang sedang mengepulkan asap-asap ganas yang membuat pepohonan lereng gunung menjadi polusi, hingga hijaunya tak mampu lagi berfotosintesis dengan baik, Semua bukan hanya tentang surga saja kata hasutan dan bisikan para ruh leluhur itu, tetapi tentang neraka yang di rangkul dan di jemput dengan indah oleh penduduk.

Kembali ucap lagi kata tak berwujud, sesungguhnya surga dan neraka itu terpisahkan hanya sejengkal, lihatlah kedepan ucapnya, pada akhirnya melahirkan musim gugur berkepanjangan dan penebangan di awali oleh kehausan akan materi untuk menyeimbangi lajunya globalisasi yang tak pernah mau tau akan datang dan dapat dari mana sesuatu yang akan menutupi segala kebutuhan. Tanpa mereka berpikir bahwa kegundulan hutan akan membawa dunia ini pada musim kekeringan yang berkepanjangan. Sungguh itu adalah neraka yang di perlihat dalam bentuk nyata dalam dunia, ketika kita mau berpikir.!!!!

AIR MATA LANGIT KEPEDIHAN

Foto : ilustrasi puisi (sumber foto : Barry kusuma)

Air mata pada keabadian kasih langit kepada bumi kembali tercurah sebagai rahmat bagi penghuni bumi
Hadirkan pesona pada tiap helain daun pepohonan jati di samping kuburan tua, hingga sang melati memekarkan bunganya sebagi simbol ia telah belia dan memberi tumpuan pasti pada lelaki bujang tanpa ayah di sebuah gubuk samping jalan-jalanan
Sembari melihat pelukan nestapa pada hati yang tengah nelangsa pada kenangan, lelaki itu jauhkan harap pada langit, karena mimpi kini hanyalah sebuah angan di tengah duni yang kini semakin tua
Karena hujan baginya adalah cambuk nostalgia yang sangat mengerikan berikut kenangan pada ayah dan bunda yang telah lama tiada karena terseret banjir tahun lalu

Kenangan itu kembali hadir dalam kenangan pikirannya, ia berandai dalam hati agar di dalam hujan ia berteriak mengutuk langit yang teleh merenggut kebahagiannya dan yang telah membawa kedua orang tuanya terbaring lesu di balik papan yang telah di semai oleh manusia-manusia sosialis
yang tengah asyik berbincang dan memberi ucap kasih pada jiwa mungil yang di tinggal oleh kedua jasad tanpa nyawa yang tengah mereka kuburkan.

Kedua mayat yang sekaligus adalah ayah dan ibu si laki-laki malang itu di kubur di sebelah timur kampung
Ternama kuburan tua yang keramat lagi angker karena di sana adalah tempat berkumpulnya jiwa-jiwa arwah penasaran yang meninggalkan kasih sayangnya di atas hamparan tanah merah yang tengah menguburinya

Kuburan tua tanpa hiasan bunga dan pohon kamboja kuyup di lumuri air mata tangisan kerinduan awan
Batu kapur dan batu nisan sebagai tanda bahwa masih ada bekas kehidupan yang tertanam di dalam perut bumi yang tengah di banjiri luapan kesedihan
Banjiri semua makam-makam tua, bekas-bekas sampah dan fosil dedaunan yang telah busuk kini telah di aliri dan di bersihkan oleh kesucian hati yang menumpahkan air mata
Air itu adalah air suci, Rahmat Tuhan yang tersalur lewat bersenggamanya kerinduan dua alam
yang telah tertakdir tak akan bisa bersatu

Air itu kemudian kembali ke muara kemana dan dimana ia berasal
Sebagian meresap ke lubang-lubang tanah dan sebagiannya mengalir ke hilir lalu bermuara di lautan tanpa tepi meski pantai adalah sandaran bagi sebagian jiwa yang tercerai
Lalu air itu kembali hadir di gubuk peot milik seorang petani yang tengah menunggu hasil panen di esok pagi yang tanamannya telah di satukan dengan hilir air kasih sayang yang bermuara ke samudra
Air itu adalah air mata kesakitan petani, karena banjir dan air melimpah ruah sedari pagi telah menenggelamkan padi bawang cabe dan semua hasil taninya

Di seberang pulau seorang gadis belia tengah berdiri di pinggir pantai, dengan mata di lumuri air mata darah
Sempat tertanya olehku lewat mendung yang menghiasi pelataran langit dan juga raut wajahnya
bahwa ada hikayat alam yang tengah ia pecahkan dan sempat harap tertanam dalam hati bahwa ayah yang tengah di nanti di tepi pantai kembali hadir bawakan kebahagian dengan kehiodupan masih bersama raganya
Namun angin laut bertiup angkuh hingga badai di samudra antartika hadir mengajak menari ombak yang ada di tiap muara lautan
Hingga hadirlah duka pada hati si gadis belia yang tengah menanti ayahnya yang telah tenggelam di dasar lautan bersama hujan dan badai yang di bawa oleh kesedihan langit dan kecemburuan awan pada bumi

Gadis malang datang dengan segala harap kepada langit, berpanjat pada setitik harap yang hampir punah karena sakit itu adalah kepedihan yang membawa keyakinan hampir hilang pada ketuhanan
Lalu dengan sedikit yakin yang masih membekas pada kholbu, ia bangkit terperanjat dari keterpurukan karena kepedihan hati karena di tinggalkan oleh ayah dan bunda
Ia berharap di sepertiga malam semoga cinta yang abadi akan terwujud dalam satu fase kesempurnaan pasangan dari alam kejadian ia menjadi seorang jelmaan Hawaniah

Gerakan tangan Tuhan kemudian kembali membelai keduanya, tanpa peduli pada jarak dan waktu, mereka bertemu dalam satu gubuk seorang petani yang tengah meratap karena hasil panen yang seharusnya menjadi penunjag hidupnya di beberapa bulan yang akan datang, kini ludes terbawa oleh alir air ke hilir yang menuju hulu tanpa nurani.
Jiwa-jiwa yang tersakiti oleh hujan kenangan pembawa petaka kini berpaut dalam satu gubuk kecil seorang lelaki tua tanpa istri di tengah hutan yang jauh dari hunian warga
Hingga terciptalah sebuah masa depan baru yang akan memberi warna cerah di masa yang akan datang

Lelaki malang dan si gadis malang itu kemudian bertemu pada satu nasib yang sama dan takdir yang menyamakan untuk di pertemukan, meski mereka adalah jiwa yang terpisah oleh pulau dan  air mata langit dan juga lautan luas yang membentanginya
Mereka adalah satu jiwa yang takdirnya tertulis rapi untuk sebuah ujian jiwa yang di beri kehilangan untuk orang-orang yang mereka kasih dan sayangi berikut yang paling berharga dalam hidup dan kehidupannya
Jiwa-jiwa mereka tengah melalang buana di atas langit, di tengah hamparan samudra, di dalam surga sambil berpelukan dengan kedua orang tuanya, juga sedang merana di atas ranjang yang sudah kusut karena di makan waktu yang tak mau tau akan kepedihan dan kesdihan yang di berikan air mata langit pada kisah mereka

Dengan di wakili walimahan dan wali nikah seorang petani tua di gubuk peot
Kedua jiwa yang di obrak-abrik oleh masa lalu kini menjadi satu, berpaut dalam satu hubungan abadi dalam kesaksian burung-burung yang berkicau di pagi hari dan bunga yang bermekaran tanda kemarau telah tiba dan musim gugur telah sampai dan kebahagian mereka tak akan mungkin bisa di gugurkan oleh musim apapun, karena janji jiwa yang pernah di hina oleh waktu, di sakiti oleh masa adalah benar tak akan menyia-nyiakan orang yang telah memberinya kebahagian setelah badai duka telah terlewati bersamanya.

PENANTIAN TERTUNDA SANG PERINDU

Dirimu

Langkah akhir adalah ikhlas. Ketika sebuah ketulusan dipatahkan begitu saja. Dekat namun tak harus terikat,adakalanya kita mengikhlaskan sesuatu yang belum tentu kita miliki, dan mungkin memang bukan milik kita. Mengungkap rasa memang cara yang baik untuk saling mengetahui rasa masing-masing,namun disisi lain, akan ada kecanggungan dalam diri masing-masing. Afwan,ketidakjujuran tak akan kulakukan,baik ditempat ramai maupun sunyi. Tentang rasaku padamu biarlah kusematkan dalam Do’a,dan mungkin akan ku kubur dalam perasaanku padamu sedalam rasaku padamu.
Aku duduk merenungkan kembali kenangan-kenangan yang tlah lalu. Kenangan bersama seorang kawan yang menjadi pahlawan tiap aku butuh bantuan dan lainnya. Seorang kawan yang tak kusangka aku akan menaruh hati padanya.
“Zahra,kenapa melamun nak?” suara bunda mengagetkanku, “egkk,aku gak melamun kok bun” suara bunda mengagetkanku ,aku mencoba menutupi lamunanku.“lah,trus kalo ndak melamun kamu mikirin apa hayoo? Ngaku deh sama bunda..” “ ndak ada bunda,” tambahku menutupi. Pipiku akan memerah jikalau terus berada didepan bunda. “ Zahra ke kamar dulu ya bunda,ngantuk soalnya” aku melangkah pergi meninggalkan bunda yang masih dengan raut wajah bingung dengan tingkah ku tadi.
Ggggrrrrrrr… getar hp ku mengagetkanku yang sedari tadi memperhatikan lapisan halaman buku yang tersusun rapi di perpustakaan kampusku pagi ini, (ternyata sms dari temanku ukhti nita),  “Assalamu’alaikum,zah lagi dimana? Udah denger beritany nggak?” isi pesan itu membuatku bingung,berita apa maksudnya ini? Pikirku. “afwan ya ukh,berita apa maksudnya ini? Ana gatau ukh?” jawabku polos. Ukhti Nita menjelaskan dengan panjang lebar padaku,meski aku dengan capeknya membaca sms dari beliau, yang isinya tiada lain dan tiada bukan tentang Rahman,yah,dia keluar kota hari ini,meneruskan studynya diluar kota,entah dengan alasan apa ia mau melanjutkannya keluar kota,pada hal ia sudah meyakinkan diriku bahwa ia akan melanjutkan studynya disini saja denganku. Apa mungkin ia malu denganku karena pernah menyakiti hatiku? Yaah,ia pernah mengatakan padaku bahwa ia hanya menyukaiku saja,namun disisi lain ia dengan senang membonceng wanita lain yang sama sekali belum menjadi mahromnya, meskipun aku bukan mahromnya,dan kudengar kabar bahwa ia menembak wanita tersebut. Apakah ia merasa bersalah padaku? Kurasa tidak. Mungkin ia memang berubah pikiran,namun,dengan berubahnya pikirannya membuatku sakit,ia pergi tanpa ada sepatah katapun yang ia ucapkan padaku,bahkan bertemu atau mengirimkan pesan singkatnya yang keluar kota pun tidak,ia pergi tanpa alasan. “Jika seseorang dalam hidupmu pergi tanpa alasan,maka jangan biarkan ia kembali dengan penjelasan” aku tersenyum kecut mengingat kata-kata Ustadzahku dulu.
Rahman keluar kota hari ini,Sedangkan aku? Aku disini saja memilih melanjutkannya dikota kelahiranku,dan kurasa ini memang sudah takdirku untuk tidak bersamanya lagi.  Yaaah,begitulah pikirku.    Memang,sudah beberapa bulan ini aku tak berjumpa dengannya lagi,aku disibukkan dengan tugas-tugas kampusku, dia pun begitu. Walaupun kampusnya berbeda, namun sama-sama sibuk.
Berbulan-bulan aku melewati hari tanpa dia,hanya focus pada kuliahku saja,tak seperti dulu, pulang perginya jelas tiap waktu bersama dia, karena dulu kami satu sekolah. Ahhhh,sudahlah.
Hari-hariku kini aku lewati tanpa ada pesan singkat yang menyapaku dipagi hari. Tak ada pesan singkat yang mengingatkanku untuk makan, dan lain sebagainya.
Sudah 1 tahun lamanya aku menjalani hari hariku tanpanya, bahkan belum ada yang menggatikannya dihatiku meski itu hanya sebatas teman. Hmmmm.. aku tersenyum kecut saat memikirkan hal bodoh itu. Yang terpenting sekarang, aku harus memperbaiki diriku agar kelak mendapatkan yang baik pula. Karena jodoh adalah cerminan diri. Dalam renungan itu terlintas dalam pikiranku seperti ada yang berbisik dan berkata “jika ia menyakitimu, bersyukurlah. Karena Allah sedang memberitahu bahwa kau telah menjatuhkan hatimu pada orang yang salah, segera ikhlaskan, karena penggantinya telah Allah siapkan”. Ungakapan itu seakan mencambuk diriku yang tengah terlena dengan masa bodoh ku dulu. Aku berkeyakinan “untuk sekedar memisahkan Adam dan Hawa saja Allah bisa. Pun menyatukan keduanya Allah memiliki kehendak. Apalagi kita yang baru jumpa beberapa saat”. Akhir-akhir inipun aku disibukkan dengan tugas kuliahku serta kegiatan ini, itu dan sebagainya.
Hari ini,tepatnya hari jum’at . Aku mengikuti kajian Remaja Muslimah.
“pacar itu bukan siapa-siapa kita,ia hanya orang lain yang mencoba memasuki hidup kita dan menghancurkannya. Termasuk yang perempuan,banyak perempuan yang menjadi sasaran sadisnya pacaran . Betapa banyak yang kehilangan masa depan dan kehormatannya akibat sadisnya pacaran.”
  Tak lama  setelah pemateri menyelesaikan materinya, terlihatlah seorang Akhwat disampingku mengangkat tangan untuk bertanya,kelihatannya ia memang belum mengerti sama sekali dengan apa yang disampaikan oleh Pemateri. “kalo gak pacaran,gimana kita saling kenal mengenal?” Tanyanya dengan penuh polos. “loh,’kan ada ta’aruf tuh. Artinya saling mengenal. Bukan hanya kelebihannya saja,tapi juga kekurangannya” jawab Akhwat pemateri tadi.
“tapi aku gak suka, nanti dibilang gak laku” yang lain lagi menimpali. Aku langsung saja menjawab dengan spontan “ justru mereka yang pacaran yang gak laku, mengapa? Karena mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan hubungan yang tanpa ikatan dan berusaha untuk menjadi laku”. Kemudian lanjutku “akan ada waktunya kita menggelar sajadah bersama berdoa diatasnya sahut-menyahut “amin” tanpa saling bertanya didalam ikatan yang diridhoinya”
Aku tanpa sadar menjawabnya, meski sesudahnya aku menyadari bahwa sebelumnya akupun  pernah mempunyai rasa seperti yang mereka rasakan.  “tapi gimana kita dapat jodoh kalo kita gak pacaran?” tanyanya lagi. Akhwat pemateri pun menjawabnya dengan sopan dan santun “ wa khalaqnaakum azwaja,artinya, dan kami ciptakan kamu dengan berpasang-pasangan, (qs. An-naba ayat 8). Dan apakah ada syarat-syarat dapat jodoh itu harus dengan pacaran? Gak ada dalam Al-Qur’an. Laa taqrabuzzina,jangan deketin zina sis,dan jodoh itu ada dalam diri kita,karena jodoh adalah cerminan diri,paham InsyaAllah?”  “InsyaAllah paham” jawab semuanya. 
Setelah puas dengan jawaban dari pemateri dan saya, akhwat tersebut menerimanya dengan senyuman dan mengucapkan terima kasih. Setelah kegiatan selesai, kami saling bersalaman dan pulang menuju rumah masing-masing . Sepanjang perjalanan,aku merenung kembali apa yang tadi disampaikan oleh Akhwat pemateri,bahwa syarat-syarat jodoh harus dengan pacaran itu tak ada dalam Al-Qur’an dan jodoh adalah cerminan diri.. “Wahai zat membolak balikkan hati,teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu” gumamku dalam hati..
Setelah beberapa tahun saya tidak mendapat kabar dari Rahman, dan saya berpikir bahwa sudah  watkunya saya berhenti memikirkan semua tentang laki-laki. Dan saya sangat bersyukur telah mengikuti banyak kajian juga yang berkaitan dengan Wanita pada umumnya. Satu hal yang selalu aku ingat dari seorang ustadzah yang pernah aku ikuti kajiannya dulu “simpanlah apa yang kau rasa dalam diam, serahasia mungkin. Hingga debarannya hanya engkau dan Tuhanmu yang  dapat mendengar suaranya”.
2 tahun sudah aku berada didunia kampus, singkat sekali rasanya. Waktu berjalan begitu cepat bagaikan anak panah yang keluar dari busurnya. Sebentar lagi aku akan melakukan KKP/KKN seperti senior-seniorku yang lain. Akan sibuk mengurus Skripsi dan lainnya.
Tak terasa  aku telah melewati banyak waktu dan kenangan indah di dalam bangku kuliah ku, dan ternyata sebentar lagi aku akan menyelesaikan pendidikanku.
Hufffftt… Aku menghela nafas panjang,sebentar lagi aku Wisuda,sementara kegiatan-kegiatan yang membuatku sibuk akhirnya terselesaikan dengan mudah oleh bantuan-Nya.. 1 minggu berlalu ,aku Wisuda dengan IP yang Alhamdulillah, memuaskan,berkat dorongan dari Ayah dan Bunda. Selesai Wisuda aku memutuskan untuk menjadi guru disebuah Madrasah yang tak jauh dari kampungku sendiri. Jadi,pulang dan perginy gampang. Gak harus ngerepotin ayah yang ngantar.(gak apa-apa curhat dikit).
“besok ada yang ingin menemui mu nak,bersama keluarganya..” “siapa bunda?” aku memotong pembicaraan bunda, “sepertinya bunda tak usah memberitahumu lebih dulu,”.aku hanya terdiam tanpa mengomentari perkataan bunda.
Adzan isya pun berkumandang,dengan segera aku mengambil air wudhu’ dan melaksanakan sholat isya,, selesai sholat isya,aku meraih Mushaf kecil warna biruku,mushaf dari Rahman dulu,aku masing menyimpan sampai sekarang,bahkan kemanapun aku membawanya, hhh? Baru ingat tuh anak. “Gimana kabarny dia?” pikirku .. sudah. Aku tiak memperdulikannya,aku langsung membuka surah Thaha..
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Thaha... Maa anzalnaa ‘alaikal qur’aana litasyqa… Illaa tadzkiratan liman yakhsya…
Thaha…
Satu persatu persatu kucoba pahami…
Thaha…
Tak memiliki arti dalam terjemahan Al-Qur’an.
Itu merupakan rumusan Rahasia Allah,rumusan yang tersimpan rapi dimega silver (Lauh Mahfudz) hanya Allah yang tahu. Sama seperti kehidupan kita,hanya Allah yang tahu apa makna dibalik semua itu .. Entah siapa yang akan menemuiku besok.
Aku tak bisa berkata apa pun, mataku berkaca, ada kesedihan dimata hatiku. Siapa yang ingin bertemu denganku besok? Aku hanya bisa berdoa “semoga Allah mempertemukanku dengan seseorang yang saat memandangnya saja, jiwa ini merasa tenang karena Allah sepenuhnya berada dalam hatinya”.
Pagi hari jum’at, tepatnya Jam 9 pagi, aku sudah bersiap-siap untuk menyambut tamu ku pagi ini.
Tok tok.. Suara  ketukan pintu membuyarkan lamunanku yang sedang berkaca,apa mungkin itu adalah tamu ku?  Aku segera melangkah membukakan pintu depan.
 “Assalamu’alaikum”  aku mengangkat kepalaku yang sedari tadi tertunduk, dan betapa kagetnya aku ternyata Rahman,ia tepat berada didepanku sekarang. Entah aku merasa bahagia atau bingung, dan sedikit bertanya, apa tujuannya kesini ?? entahlah.. aku mempersilahkan dia masuk. Bunda langsung saja keluar dengan teh hangat, rupanya ibu memang sengaja mempersiapkan semuanya, aku hanya diam membisu,hanya bisa berkata dalam diam. “kamu bagaimana kabarnya?”  Rahman memulai percakapan, aku hanya terdiam dan tertunduk antara bingung dan malu, dalam hati aku selalu mempertanyakannya, apakah ini nyata atau hanya sebatas mimpi?? Orang yang sudah lama aku kubur kenangannya kembali hadir dan sekarang sedang berada di depanku bahkan dirumahku. “kok kamu diam??” Rahman menyambung pembicaraanya. “eeeeeehhhh…. Mmmm ndk apa-apa kok..!!” “kamu sakit??” lanjutnya.. “aku ndk apa-apa kok Man, kenapa memang?? Jawabku,  “kamu kelihatan lagi ndak enak badan, kamu lagi ndak kenapa-kenapa kan?? Lanjutnya, “ndak apa-apa kok beneran deh..!!!” jawabku lagi. “ aku minta maaf dulu telah meninggalkanmu tanpa memberikan sepatah katapun, karena aku sangat malu dan takut sehingga aku tak mudah mengungkapkannya, khawatir kamu terluka dan melukai sebelum waktunya” tanpa aku bertanya tentang hal itu dia tiba-tiba mengatakannya. Aku berpikir “mungkin dia merasa bersalah dulunya, tapi biarkanlah aku sekarang tidak membutuhkan penjelasan itu”, “ndak apa-apa kok man tidak usah dibahas lagi aku juga udah ndak mikirin itu lagi kok” jawabku dengan tenang, sehingga terlihat dari wajahnya rasa tenang.  “apalah yang sanggup aku pendam lagi selain rindu, jika pada akhirnya sang pemilik semesta memberiku kesempatan untuk bersujud dan mengadu” betapa kagetnya aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulutnya. Hal itu membuat ku semakin bingung dan bertanya-tanya akan kedatangannya hari ini.
Ternyata tanpa kami sadar, kami telah mengobrol cukup lama sampai teh yang di siapkan oleh bunda telah dingin. “silahkan diminum tehnya Man..” Ucapku.
Entah bahagia atau apa yang aku rasakan sekarang, kenangan bersamanya yang sudah lama aku kubur kini hadir kembali. Ia tepat berada di dekatku sekarang.
“zah… kamu udah dikasih tau bunda belum tentang tujuan kedatanganku kesini?” ucapnya, “mmm.. belum,ada apa memang?” jawabku polos. “sebenarnya.. tujuanku kesini ingin mengajakmu kesurga bersamaku..!!!”…. entah apa maksud dari ucapanya, aku sedikit tak paham dengan ucapanya itu. “Maksud kamu apa Man?, aku ndak ngerti dengan maksudmu itu..!!”  Dengan sedikit rasa malu saya bertanya balik kepadanya. “Aku sebenarnya masih malu untuk mengatakan hal itu.. A..a.. aku mau mengkhitbah mu…” dengan sedikit kaku dia mengungkapnya.
Aku terdiam seribu bahasa mendengar ucapannya, dan hatiku mulai berkata “apakah ini nyata?? Ataukah aku tengah berkhayal ditengah penantian dan perinduanku?? aku sangat bahagia bahkan merasa menjadi orang paling bahagia di dunia ini, rasa yang selama ini telah lama aku nantikan, akhirnya tersampaikan juga..!!” aku tersenyum simpul dibuatnya.
“… itupun jikalau kamu bersedia menerimaku seperti dulu lagi..!!!” ujarnya lagi.  “kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah kesegala hal” ujarku. “maksud mu?? Apakah kamu ingin mengatakan tidak terima, atau kamu telah memiliki seseorang yang sudah kamu nantikan??” desaknya, “Bukan itu maksudku, aku hanya takut melanggar Cinta-Nya yang telah aku jaga selama ini. Aku tidak ingin merusak itu dengan rasa yang nantinya hanya akan membuatku menyesal”
Tiba-tiba Bunda datang menghampiri kami, dan duduk merangkulku yang sedari tadi  menguping pembicaraan kami, “ Nak Rahman, Zah itu bukan ndak terima, cuman dia masih malu-malu, maklumlah masih muda, bawaannya suka mengelak.. Hehe..” tuturnya. “Bunda kok gitu??” dengan tersipu malu aku berusaha mengelak dari ucapan Bunda. “Baik tante, insya Allah besok aku akan datang lagi bersama kedua orang tuaku, untuk membuktikan keseriusan dari ucapanku tadi.” Ujarnya kembali.
Hari itu aku merasa terbang dalam anganku, aku ingin menjelajahi dunia saat ini, dan mengabarkan kepada alam bahwa penantian panjangku akhirnya tersampaikan. Malam menjadi saksi akan rindu yang selama ini aku nantikan, hati  ini sebagai bukti akan penantian yang aku impikan. Itulah rasa yang bisa aku ungkapkan saat ini, dengan hati yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan, saat ini yang bisa aku lakukan hanyalah bersyukur kepada-Nya atas apa yang telah dikaruniakan kepadaku,  penantian ku yang tertunda kini telah tersampaikan dengan dia yang dijanjikan.
Aku mengenal mu lewat doa, bukan lewat ucapan.
Aku menulis namamu lewat hati, bukan lewat ikatan
Wahai engkau yang selalu terlindungi, ucapanmu terjaga pasti dan kewajibanmu terpenuhi. Aku tak berharap banyak untuk dipertemukan denganmu.
Cukuplah kau yang mencintai Allah, sebelum nantinya kau mencintaiku. Cukuplah kau yang mampu membimbingku, dan cukuplah bagiku dipertemukan dengan seorang yang selalu menyelipkan namaku didalam doa.
Semua rasa yang telah lama terpendam, semua mimpi yang pernah terbayang penantian panjang yang pernah terukir, kini kita akhiri bersama.
Kini aku menemukanmu, seorang yang telah ditakdirkan untukku.

Ya Tuhanku…
Teguhkanlah kekuatanku dengan adanya dia. Dan jadikanlah dia teman dalam urusanku. Agar kami banyak bertasbih kepada-Mu,dan banyak mengingat-Mu. Sesungguhnya Engkau maha melihat keadaan kami..
(Qs. Thaha ayat; 31-35)

Penulis : sofyan