SELAMAT ULANG TAHUN ANA

Foto : yang lagi ulang tahun
Tak terwakilkan kata untuk di ucap
Telah kehabisan kalimat untuk ku untai
Semua bahasa indah tak mampu menggambarkan inginku
Untuk mengungkapkan semua keluhku untuk hari ulang tahunmu

Sekuntum bunga mungkin bisa menguraikan isi hati
Sebuah kado berbentuk hati mungkin akan mewakilinya
Namun rasa ku bukanlah sebuah benda
Yang harus di wakili oleh semua itu

Aku adalah lelaki yang ingin memberimu sebuah harapan dan doa
Semoga engkau dan aku kelak akan berjalan di atas altar keabadian
Menuju mimbar saksi ikrar sang wali
Yang memberi restu padaku dan juga keikhlasan merelakanmu untukku miliki

Puisi ini sengaja ku rangkai untukmu
Untuk mewakilkan isi hatiku padamu
Semoga di hari jadimu kau lebih dewasa dalam menilai dan menerimaku apa adanya
Doaku untumu sayang

Selamat ulang tahun Anastasyia
Semoga selalu sehat dan selalu bahagia
Doa dariku untukmuntuk cintaku
yang selalu berkeluh tentang namamu di ujung doaku
Di tiap aku bertemu dengan tuhan di hamparan sajadahku


#NB
Dari : Fans
Untuk : Ana

Penulis : Gie

KUTUKAN SUMBER DAYA NTB

Foto : Ilustrasi Puisi
Selaksa mengulum bratawali
Kepahitan datang mencerca hinggapi jiwa
Runyamkan hati pada titian rinjani
Membesuk papan hantamkan gejolak rengguti jiwa
Kau tau maksudku bukan?
Ibu pertiwi, maafkan aku
Kali ini aku mengusikmu lagi
Aku tak tau harus mencurahkan pada siapa lagi

Sebab presiden sudah tak bisa lagi melihat dan mendengar jeritan kami
Kami anak negeri dari timur yang kini di timpa bencana.
Ibu Pertiwi inikah kutukan punggungmu
Kutukan Sumber Daya yang kau lahirkan
Hingga negara lebih mementingkan Asing dari pada Bumi Putera

Ibu pertiwi adakah hilang tawamu ketika NTB di guncang malapetaka?
Ataukah kau sibuk mencari elektabilitas buat anak-anakmu yang telah sukses??
Buat anak-anakmu yang mengerti tentang aturan?

Ibu pertiwi harus Kepada siapa lagi aku beradu?

Wahai bung karno
Nyenyakkah tidurmu?
Negara yang kau merdekakan sekarang dilanda bencana
Ia sekarang sedang di hujam nestapa
Namun negara mu enggan memberi wajahnya untuk itu
Itukah yang kau cita-citakan?

Dimana sila-silamu bapak pfoklamatorku?
Dimana keBhinekaan yang kau rilis?
Apakah itu hanya berguna bagi orang-orang barat??
Sementara kami yang kau merdekakakn di timur
Harus mengulum senyum dengan deraian air mata

Pak presiden
Kami telah membuatkan surat terbuka
Kami telah meminta kepada wakil kami yang ada di legislatif
Namun itu hanyalah alugoro
Kami dimatamu hanyalah candala yang dikara

Bangsaku!!!!!!

Semestamu telah lalai mengukir sejarah baru
Ia lupa membuat sebuah naskah untuk bisa dikenang oleh NTB, Bahwa ia pernah menjadi sesuata yang sangat bermakna dalam hidup

Hidup Kami
Hidup lombok
Hidup NTB

Sekali Lagi bapakku
Bapak Presiden
Tolong jadikan Bencana NTB sebagai bencana nasional

TANGISAN ANAK NEGERI DARI TIMUR INDONESIA

Penulis:Ginanjar Gie

RINDU TAK BERTEPI DI ATAS LANGIT

foto : ilustrasi puisi
Wahai rindu yang membentang di atas langit yang tak bertepi
Ku ingin menggapai dirimu di atas sana
Kuterbangkan apolo-apolo kepastian untuk menggapai hatimu yang tergantung di atas langit yang tak bertiang
Agar aku bisa meraih hatimu dalam keabadian pena takdir yang tengah di tilis di atas arasy-Nya

Betapa pun hati ini telah terpaut oleh sosok yang bersemayam dalam jiwamu
Merangkai sejuta makna yang tengah terengah ku selami
dalam diammu yang membungkam suara penaku
Yang ingin menulis namamu dalam kesucian kertasku

Aku tengah di atas langit saat ini
Di balik awan pun di dasar laut
Menyelami semua milik molekmu yang indah
Yang terpancar dari setiap lekukan tubuhmu

Aku berbicara pada langit
Aku berbicara pada bumi
Aku berbicara pada awan
Aku berbicara pada samudra
Agar kau tau segala milik molekmu adalah candu rinduku

ENGKAU SELAMAT DARI KEBENCIANKU

Foto : ilustrasi puisi

Hari ini harusnya aku membuat mu liar
Melepasmu tanpa beban
Hingga tak ada sesiapapun tersakiti
Dalam satu keputusan yang tengah ku ambil

Namun untuk keberkian kalinya
Aku menepis ego dalam diri
Menjuntai juta dalam kenangan manis
Yang tertoreh di tiap senja bahkan di tiap waktu saat kita bersama

Aku ucapkan selamat untukmu
Untuk kesekian kalinya kau selamat dari kebencianku
Yang memilih tetap bertahan pada khatulistiwa yang sama
Agar tak ada sesiapapun yang merasa kecewa
Atas lirik lagu glooming sunday di ujung pekat

Kau dan aku tetap akan menyatu
Membina mahligai dalam satu
Sebab komitmen adalah hal yang paling mahal
Jika itu dalam persoalan hubungan dalam cinta

MASIH TENTANG INDAHNYA BINAR MATAMU

Foto : ilustrasi puisi

Segala makna telah coba ku pahami
Ibnu arabi bahkan Jalaludin rumi hampir semua telah ku pelajari
Ku maknai semua bahasa yang tertuang di dalamnya
Kahlil gibran bersemboyan "Racun di dalam debu"
Sedang Supardi Djoko berkeluh dalam curahan "Aku ingin"

Sudah semua ku maknai bahasa-bahasa indah para penyair dan sastrawan
Namun tak jua dapat ku maknai indah binar matamu yang menatapku dengan sendu saat itu
Saat ku tuangkan rasa dalam diam dan keluhnya bibirku untuk berucap

Masih dalam memahami indah sorotan matamu
Aku bersama kesaktian kata menuangkan dalam sebait puisi
Agar kau tak melihat ketakutanku
Dan cukup kertas yang menjadi peutan kasih ketakutan ku

Aku bertanya pada carik yang sedang ku gurat dengan pena
Apakah matanya mengandung candu hingga aku terbuai oleh keindahannya
Apakah dia adalah malaikat hingga jarak tak jua mau bersahabat dalam rasa ini

Apa yang membuatmu jauh
Sementara kau begitu dekat dari jarakku
Apa yang membuatmu tak mendekat sedang gravitasi kita sama
Apakah kau adalah sesuatu yang sulit di nikmati cintamu
Hingga semua ciut nyali dalam keberanianku
Yang selalu sigap pada setiap wanita
Namun begitu kaku dan layu saat sorot matamu menikam jiwaku

Kau bagai angkara murka
Bahkan menatap matamu dengan lama aku tak sanggup dan tak kuat.

Ohhhhhh
Kau ku
Kau mu
Kau kita
Kau kau penjajah tanpa senjata
Menyambukku saat terkulai lemah dalam hasratku
Yang inginkan kemerdekaan untuk meraih tanganmu
Namun di saat yang sama
Kau menggulingkan keberanianku dalam satu ketakutan yang hambar
Kau angkara murka asmara
Menakutiku dalam segala hal tentangmu
Aku muak
Muak dalam menyelami mata dan hatimu
Yang tak kunjung memberi arti dari sorot matamu yang indah yang ingin ku geluti

Kau selaksa sukma dendam yang terpendam
Menebarkan racun dalam sarafku

Sekali lagi matamu menakutiku dalam mencintaimu