AKU LINTINGANKU DAN KAMU (II)

Foto : penulis : ilustrasi
Masih dengan kisah yang sama
Aku masih disini
Menemuimu di pembaringan abadi
Di atas hamparan tanah merah bekas orang ramai mengantamu kemarin

Aku masih menunggu mu di sini sayang
Bersama lintinganku menuai segala peristiwa dan kenangan bersamamu
Disini di atas pembaringan abadimu
Aku bersama air mataku tersedu sedan meratapi jiwa liarmu yang masih hidup
Yang akan terus aku hidupkan sampai kau aku menyatu dalam kanvas surga bersama kenangan dan seutas kertas lintinganku

Aku mengantuk
Langit datang menghambakan diri
Bumi tak lagi ku pijaki
Semua suara tak ada lagi
Aku hilang di antara bintang-bintang yang indah
Bersama mu pun lintinganku aku mencari keberadaanmu di balik semak pandangan imajinasiku

Kamu di mana sayang
Matahari tak lagi kulihat
Bulan apalagi
Gelap jawaban yang ku dapat
Bisu dari segala suara
Kau kemana sayang
Jangan kau matikan lintinganku
Aku masih ingin membelai wajahmu di atas ini
Bersama cakrawala yang sedang ku nikmati
Aku rindu sayang
Peluklah aku

Seekor burung gagak hinggap di atas nisan
Bersorak teriak bingarkan telinga
Hingga ku tersadar dari lamunan
Adzan subuh kini mulai sayu terdengar
Aku pulang bersema lintinganku
Memberikan bekas kaki di atas tanah merahmu

Bangsat...!!!!!

Foto : ilustrasi puisi
(sumber : megatron)
Aku bahagia hari ini
Aku di ajarkan menjadi seorang yang bangsat
Aku di ajak berdansa dalam sebuah bualan keputusan sepihak
Aku di tuduh meniduri sebuah untain bermakna dalam sebuah komunitas
Yang bahkan aku tak mengerti tentang bagaimana sakralnya kata tersebut

Aku coba menerka makna yang tersampai
Dengan uraian kata-kata tanpa makna yang ku ucap
Namun kata tersebut adalah cambuk bagi lidah dan hidupku
Karena tanpa tau makna aku mengucap tanpa izin

Bangsat...!!!
Bangsat...!!!
Bangsat adalah kata yang sangat indah untuk di sandang saat ini
Saat memaknai bahasa indah yang kau maknai
Tanpa etika kau tuangkan rangkaian kata penusuk sukma
Yang membuat mata hati kini makin buram

Aku tak butuh kumpulan setan
Aku tak butuh kumpulan anjing
Aku tak butuh kumpulan orang-orang tak beretika
Aku tak butuh ikatan tanpa kemerdekaan berpikir dan berekspresi

Jika kau tak suka ucapkan dengan indah di telingaku
Jika kau muak sampaikan lewat suara amukanmu
Bukan adab tanpa etik yang kau coret lewat sebuah pesan singkat
Ahhh.... Aku lupa
Kau tidak pernah di ajarkan etika oleh bapak dan ibumu

AYATKU AYAL DALAM RONAMU

Foto : ilustrasi puisi
Semoga mimpi ini jauh dari kata tumbuh untuk sebuah asa yang hambar
Karena bermimpi tentang sosokmu adalah hambar adanya
Jangankan dalam nyata
Dalam hayalpun kau enggan mengunjungi dunia liar imajiku

Ayatku ayal dalam ronamu
Menumbuhkan resah di ujung pekat sang lilin
Menjumpai hitam tanpa cahaya
Di balik sunggikmu tersimpan makna yang tak dapat ku cerna
Hingga pagi datang
Membisikkan pada tiap embun dengan kata lembut
Agar menghilang tanpa paksa
Sebelum panasnya menyakiti setiap jiwa

Aku memilih menghilang
Sebab auman mu begitu ganas memanggil sukma liarku
Hingga aku takut dalam memaknaimu adalah murka ku yang tumbuh
Aku lebih memilih pergi sebelum kewarasan ku hilang

KAU MERAWAT LUKA KU DENGAN INDAH

Foto : ilustrasi puisi
(sumber : @sepatah rindu)
Aku tak pernah bisa menerimanya
Yakinlah aku akan mengingatnya
Aku akan menulis setiap kata-kata itu dengan kataku
Yakinlah sobat

Lingkaran kemarin subuh adalah pertanda bahwa kita satu
Tapi kau merawat luka ku dengan indah
Hingga sukma tertusuk pilu yang menyayat
Membawa ku pada kata yang di sayangi setan

Dendam........
Ya itu
Itulah
Itu saja
Itu yang ada dalam pikiranku
Kau harus paham sobat
Aku akan menuangkannya
Aku akan merawat bahasa indahmu dalam pikiranku
Hingga lupa bisa ku tepis di tiap lingkaran waktu yang ku lalui
Ini janjiku
Aku akan ada di puncak dimana aku kembali membutuhkanmu
Untuk menjadi penonton dari sekian list catatan hitamku

AKU TERTAWA BERKALI-KALI

Foto : penulis puisi
Sampah
Sumpah serapah
Seni adalah kebebasan berekspresi
Seni adalah pembebasan hak-hak untuk mengurai
Egosentris di dalamnya tertuang begitu tajam
Menilai dan memahami adalah cara makna tertuang di dalam tersirat bahasa yang tersurat

Hahahaha
Hari ini aku di ajarkan untuk bernegosiasi dengan laku yang sudah lama ku buang
Memaksa jiwa liarku saat hitam kembali mencuat
Meramunya kembali menjadi sebuah puisi radikal
Hingga mata para tetuah berikut mata hatinya terbuka

Menghargai sampah lebih indah lalu mengolahnya menjadi berguna lebih indah
Dari pada membakarnya hingga membuat polusi dan sesak bagi para pengguna jalan
Bunyi suara tak berupa di ujung puisi yang tengah ku tulis

Ah belum selesai
Aku masih ingin mengurai
Aku masih ingin bercerita banyak hari ini
Untuk semua penghinaan dan penghianatan ini
Aku akan menguraikan semuanya
Percayalah.......!!!!!

Tanya di ujung petaka kembali menghardik pikiranku
Seni bermain yang indah bukan?
Kita sama-sama telah kembali hitam
Memahami segala intrik dari muara kapitalisme berikut borjuasi
Yang tertanam pada jiwa penguasa organisasi

Sekali lagi aku tertawa
Hahahahaha
Orang-orang yang berteriak melawan pemberontakan
Kini melakukan marginalilasi dengan kekuatan kekuasaan yang mereka miliki
Mencap
Memvonis
Menghardik
Membunuh jiwa dari segelintir penikmat
Dengan dogma lisensi salam seni yang tertuang di dinding gedung yang megah katanya

Jika ingin tidak di ucap
Jika memang tak ingin di ambil
Kau tulis saja dalam buku diari
Agar orang tak sembarang mengambil apa yang menjadi semboyanmu

Lagi-lagi aku tertawa
Hahahahaha
Aku di ajarkan berorganisasi di jalanan
Memahami tata krama dan kode etik beretika
Namun dalam AD-ART mereka berbeda
Bahwa semua yang mutlak adalah presiden tertinggi
Mengenai rekrut-perekrutan anggota persetan anjing
Karena mereka adalah hewan peliharaan yang patuh terhadap keputusan

Hahaha berkali-kali aku tertawa
Atas pesan terindahmu kawan
Kau kau kau...!!!!
Kau kuasa kawan
Kau kawanku kawan
Kau ku akui kawan
Kau terjang merdeka ku kawan
Kau penjajah?
Bukan kawan
Kau kawanku
Jiwa yang tercipta dalam aliran darah kita sama
Jiwa seniman untuk sebuah kebebasan