SAJAK WAKTU

Foto : penulis bersama pecinta jalanan
Sajak waktu yang tergores dari tangan kasar
Kini membekas di ulu hati para pecinta aksara
Hadirkan imaji dalam tiap bait
Bait-bait suci berikut nista
Tercampur baur dalam alunan cangkir kopi

Cinta adalah air yang mendidih
Molekul-molekul tetap utuh dalam penjara neraka
Menyisakkan buih tanpa dosa
Hilang lenyap di telan waktu

Rindu adalah bunga yang subur di lembah bukit
Hidup dalam kesunyian suara
Merebut cahaya-cahaya di sela jemari pepohonan
Dapatkah hidup tanpa pemancar rindu
Tanya dalam jiwa selalu terbesit
Adakah tanya di dalam tanya
Tanpa jawaban adalah rindu sang laila
Tanpa penghulu namun selalu mengulum

Cinta dan rindu adalah ketiadan jika tanpa jiwa
Sebab penggerak adalah rasa
Rasa frasa pada tiap insan
Percayalah
Cinta dan rindu adalah penghambaan kepada yang di rindui dan yang di cintai

PERGI

Foto : Ilustrasi puisi
Kita pergi dari kata pergi yang menyesakkan
Hilang dari kata hilang yang di tiadakan
Tak tau arah kita beranjak
Hingga suatu Hari kita hilang dalam perjumpaan

Tumpuan puisi tak pernah terbaca di atas meja
Hanya pikiran yang berandai yang mengangani tuk kembali
Hingga kata pergi saling berpautan
Menyatukan hati pada satu kata pertemuan kembali
Tersimpul dalam hati kepergian hanyalah kehilangan sebelum kembali menyatu dan bertemu
Itulah irama kepergian yang di lantunkan puisi saat senja dan sang surya yang menepi di ufuk barat

Perangai perangkat sedang berperang
Pikiran tak tentu adalah muara hilangnya komitmen
Hingga teraksa dalam hati
Aku ingin pergi dan menghilang
Selesai

SYAIR MINUS

Foto : lagi berpikir dan menulis
Menerjang batas
Dengan kopi di dalam gelas
Menyisakan hitam berikut ampas
Dalam hikayat suara hati yang tak terbalas

Hati adalah tempat lepas landas
Bukit tempias tanpa impas
Di menara pissa terpendam cadas
Angkuh jiwa untuk rasa malas
Mengenal hamba tanpa tau balas

Sombong sialan sadis sang gadis
Di ujung malam yang amat manis
Tatapan itu terlihat begitu sadis
Menggoyahkan hatiku yang di pandu miris
Hingga teraksa wujud balqis
Dalam rona jelmaan rengganis

Sialan sang judes
Ia terduduk di depan pintu kos
Mengeram jiwa pada satu kata egois
Mengeram egois pada titik nol celcius
Merawat lupa pada kenangan yang tak pernah mulus
Selaksa saturnus menyapa pinus
Cinta yang selalu punya siklus
Namun tak punya penghulu di ujung syair minus
Luluh lurus
Hatiku mampus

LOLONGAN MALAM BERCERITERA (eka)

Foto : wanita pemberi inspirasi
Lorong waktu yang terangkai
Sakuntala terkulai layu
Bubuhan aksara menyemai di atas pembaringan
Semoga lekas
Semoga membekas

Lolongan malam berceritera
Tentang ruh suci yang tertanam dalam jiwa gadis sunyi
Hendak apa
Kau siapa
Hilang tanya tanpa tanda
Tanpa jawab
Ia lenyap
Hilang
Mati

Sakuntala saku sakura
Keindahan tanpa tanda baca
Berimajinasi di atas cangkiran kopi
Moksa kata terakhir di bibir sebelum penyatuan

Lahir hilang
Silih berganti
Sakuntala datang dalam jelmaan nawan wulan
Menjelma dalam tubuh wanita satu malam
Sungguh hidup adalah perputaran
Ia adalah sakuntala dari sasak

Roda melaju
Waktu berlalu
Suara bersatu
Ucap takbir di ujung senja
Hamparan sajadah tempat kita bersimpuh

Kembali
Ingat
Mengingat
Karena kau adalah satu dalam satu
Satu rindu di hatiku dan dimatamu

PADA SEBUAH KATA PERGI

Foto : ilustrasi penulis
Pada sebuah kata yang telah pergi
Aku ingin mengunjungi di tepi matamu
Di sudut dua puluh tempat bersandar
Tanpa gravitasi ia mendekap
Kehampaan penuh keyakinan

Pada satu kata pergi yang telah menghilang
Mengunjungi lewat mimpi dalam sadar
Hilang ego pada satu harapan
Andai terjaga dalam benak
Kefakiran akan tetap menuju pemujaan
Bagi semua adalah milik yang hilang
Alasan untuk tetap adalah keniscayaan
Karena perkara hati adalah tak mampu tertafsir
Ia dalam dari semua kedalaman

Pada kata dan kalimat yang menghilang
Secara Kolosal dalam ambigu yang amat dahsyat
Pergi di terpa langit mengaum
Sontakan dan teriakkan semua jiwa yang tertidur
Hilang akal sehat dalam memangku dunia
Tercermin mimpi untuk meraih
Hampa ada di dalam kata harap
Pupus segalanya

Aku merindu pada kata pergi
Meniduri kata ingin
Meng-angani kata hilang
Lepas liar dalam-dalam
Aku pulang dengan kehampaan
Aku menyerah