MOKSA

Foto : penulis
Jika saja rasa takut dan rasa deg-degan dalam jantung ini ialah seperti barang mainan sewaktu kita masih kecil, adalah benar akan ku buang semua mainan itu, agar aku bisa mengungkapkan semua ini. Semua semu, semua rasa yang menyelimuti pikiran dan hati ini.

Ketakutan datang menjadi
Menjelma butir-butir embun di sekujur ini
Hilang rahmat dalam keyakinan
Tuhanku Tuhanmu adalah keyakinan

Maka aku memilih mati agar aku bisa berjumpa dalam perjumpaan

Aku telah lama ingin mati
Bahkan sebelum oleh tuhan
Aku ingin hilang dari ada
Semoga lekas izrail datang memeluk
Di atas awan putih aku bersemayam
Hingga pintal-pintal cahaya bertebrangan layaknya kunang-kunang.

Moksa jalan para sufistik
Kini bernaung di bawah lentera hati
Berbisik tanpa suara :
Nyawaku adalah ketiadaan
Aku hidup dalam .
Tanpa ruh
Tanpa jasad
Aku hidup dalam kegersangan akidah
Aku hilang

Gie
25 Januari 2019
Pena langit di antero pai

BISU YANG TERBUNGKUS MATI

Foto : Umratun
Bisu yang terbungkus mati
Bagai mumi di tengah antartika
Hilang berpaut di makan makam
Tanpa tempat pulang kemana tertuju

Kau hadir dengan kekosongan rasa
Di tangan mu ada neraka dan surga
Di hatimu ada racun
Di jantungmu ada obat
Kau buat buyar lingkaran imaji

Hentak
Sendak
Pelak
Jalak

Banting
Terpelanting tanpa denting
Hilang dalam keling
Tanpa saling
Pulang berpaling

Kekosongan
Nun jauh khayangan
Bidadari berjalan
Tanpa sayap terbang dalam naungan awan
Dalam pikiran
Selam salam ini pelan
Aku pastikan kebahagian
Untuk mu yang berparas menawan

Gie
24 Januari 2019
Pena langit di antero pai

KAU KU

Foto : Nurmi Yanti
Kau yang memukau
Miliku yang telah miliki kau
Hatiku bukan aku
Kau meramu aku menjadi kau
Merubah aku menjadi kita
Kita tak sama dalam satu
Satu dalam satu-satu
Hilang perbedaan

Aku yang tak memiliki
Memukau kau dalam doaku
Hilang aku kauku hilangkan
Sebelum kita bersama hilang dalam semu

Selama semalam
Lilin masih menyala
Lentera di tepi kuburan
Aku menyapu kehangatan malam
Lewat kebekuan yang di-di diriku

Aku kamu kau
Kau ku aku
Aku kita
Kita menyatu dalam aksara liar
Liarku adalah kau
Kau liarku sayang

Gie
23 Januari 2019
Inspirasi malam
Pai di ujung pena

RINDU JAKARTA

Foto : penulis saat berkunjung ke masjid kubah emas (oleh : mazhab depok)
Senja telah hilang dalam naungan awan
Meninggalkan hati yang berlindung di bawah naungan amor
Kesaktian awan teduhkan dusunku
Disana terlahir samudranya nelayan
Disini terpenjara aku dalam bisa
Bius bisu menjadi kelu
Diam dan bisu tak menjadi apa-apa

Jakarta ramai kota kita
Kita punya ibu kota indonesia
Ramai dari rerantaun jiwa pendamba kampung
Hilang akal hilang saat di sapa kabar
Keluarga wakaf hanya tinggal doa

Jakarta ibu kota kesayangan
Kesayangan bagi semua orang
Orang-orang kelaparan dan pengamen jalanan hidu di ibu kotaku
Sungguh rindu ibu kotaku
Rindu jakarta ku

Petani di seberang sedang membajak
Lega hati menghirup udara segar
Damai hati menulis sajak
Sabar petaniku hidup harus tegar

Gadis tani membisu di pematangan
Sapa mata seakan mengajak mulut untuk menyunggik
Kaukah hilang yang selama ini ku cari
Bisik hati yang tak sempat berucap

Kota ku indah
Kotaku malang
Desaku indah
Petaniku malang
Dusunku asri
Nelayanku

Gie
22 Januari 2019
Inspirasi malam
Pai di ujung pena

AKU BERSAMA MATAHARI

Foto : penulis sedang menikmati senja
Aku bersama matahariTenggelam di ujung cakrawala
Memungut loakan-loakan beku
Menggigilkan diri dalam sunyi yang papa

Hampir datang mengiba
Menghampiri sepi di dalam pekatnya siluet yang mulai pudar

Nelangsa hati jangan tak lagi mampu tertanya
Hendak di semayamkan dimana kemana ini

Ku bawa lamunan terbang ke syurga
Melambaikan dalam muskil pikiran manusia
Picik pun tak sanggup menggugah
Tercoreng nama dalam lafaz yang tak ternilai

Berputar mimpi di kaki gunung dua
Dua kita adalah satu
Satu hati dua kali pertemuan
Di ujung senja pekat datang menerjang

Gie
21 Januari 2019
Inspirasi malam
Pai di ujung pena