MARI_NAK MARTI (MATI)

Foto : Ilustrasi puisi
Tempat dimana para pedagang kaki lima berjualan
Menjajakan makanan untuk para pengendara
Membantu sesama demi satu rupiah
Untuk sekolah anak-anaknya

Mereka tergusur oleh penguasa
Pengusaha berseleweran menabur benih penindasan
Gedung pencakar langit kini berdiri di samping jalan
Menggantikan tempat para pedagang kaki lima

Kasian
Pedagang kaki lima terusik
Pedagang kaki lima terusir
Hanya yang tertinggal bisikan dalam hati
Nak mari mati
Sebab mari_nak marti (mati) sudah mengambil alih
Mereka punya adi kuasa

Nak tak usah lanjutkan sekolahmu
Tak ada lagi biaya untuk membayar SPP
kakak mu akan segera pulang dari rantauan
Sebab SKS nya tak mampu lagi terbayar
Uang semesternya tak lagi mampu lagi di kumpulkan
Karena Mari_nak mati telah merenggut kematian nasib pedagang kaki lima

SUMBER MAS_ALAH

Foto : ilustrasi puisi
Semesta kesakitan menatap
Meronta ingin cepat mati
Ingin pergi
Perih menanggung dosa para kolega set*n kapitalis
Hingga semesta merajuk dalam satu dekade
Hujan hilang kemarau menyapa panas melanda

Lihatlah gedung di sana
Tertulis indah di atas atap
Sumber mas_alah di atas ranjang bukan?
Yang memaki para bumi putera
Yang mengais setiap kertas rejeki para buruh pasar
Yang menggoda ibu-ibu rumah tangga

Kau lihat kawan?
Sumber mas_alah makin melebarkan sayap
Berdiri kokoh gedung pemorot uang rakyat
Pajak-pajak pembangunan jangan di tanya
Sebab mereka punya hak milik berikut ahli waris

Ah
Bima ku malang
Sumber mas_alah tempat para bumi putera bersandar
Mengadu nasib menjadi jongos di negeri sendiri
Menjadi babu demi mengais rejeki
Lembo ade lenga doho

Hanya jogja yang tersisa
Tempat haram bagi sumber mas_alah
Tak ada kekuatan sumber mas_alah
Mereka tak punya apa-apa

GOA PERTAHANAN SEJARAH YANG HILANG

Foto : karombo kalaki
Kembali aku menggali
Menggali lubang tanah
Menggali sejarah yang terpendam
Menggali cerita yang hilang
Menggali perjuangan yang tak ternilai

Aspal licin jalanan yang indah
Pantai kalaki yang mempesona
Menghilangkan goa yang penuh sejarah
Kearifan lokal dan budaya tak usah punya nilai jual
Sebab senja di jalan baru adalah tawanan hati
Sebab keindahan reklamasi adalah tawaran baru
Mati-lah sejarah
Matilah perjuangan
Sebab goa pertahan sejarah telah hilang
Terenggut oleh bulldoser ganas
Selamat tinggal jasa para pahlawan

Kuburan pahlawan hanyalah semboyan daerah
Hanyalah kenangan mimpi-mimpi manis
Hanyalah tempat di berdirikannya tugu-tugu
Sementara kerontang menyapa tanah mereka
Entah kemana taman menjelma

Lembo ade paja saram
Sia sa wau sia sa wale
Pesan para pahlawanku
Puluhan nama pahlawanku tertulis di atas nisan
Hanya aku yang mencatatnya
Sebab negara tak mampu mencatat
Entah penanya rusak atau tintanya habis
Yang pasti kertas tetap kosong dari nama-nama mereka

PECINTA SEMESTA

Foto : Pena langit
Pecinta semesta melepas dahaga
Kerontang sepi sunyi telah mendarah dalam nadi
Terlahir hikayat di tengah kabut-kabut cinta
Pesan terarah pada sayang yang di rindu

Salam untuk gadis ayu
Aku disini bukan tak merindui suaramu
Namun aku tengah asyik mendengarkan alunan semesta
Nan indah dalam gesekan senar dedaunan
Hutan rimba bernyanyi dengan kemerduan daud
Hadirkan hikayat clora dalam dekap biola
Dalam dawai suara hikayat alam

Aku mengulum bratawali
Memercikan benih kasih pada semesta
Semoga teraksa semua yang terimpi
Agar menjadi jadi dalam kejadian
Sementara kesakitan dan kepahitannya
Biarkan aku yang merasakannya
Biarkan alam menautkannya padaku
Aku rela

Gie
16 Februari 2019
Pena Langit di Bumi Kota Tepian air

HILANG MALAM di NEGERI MALANG

Foto : ilustrasi puisi
Malam malang tanpa mulung
Resah menghimpit bukan aku sayang
Risau hati pun iya sembari melayang
Nikmati kata di bawah senja kerontang
Tempat tertumpu cahaya kegelapan melintang

Malam berbaur dalam adzan lantang
Hilang hulu balang dalang pedang
Pulang ke julang sesak petualang
Kemana ladang para petani bawang
Kalong menjelma kelelawar jalang
Hilang malam di negeri malang

Sayang

Serentak manusia menuju palang
Belang-belang belalang ilalang
Menggalang cula dalam pajang
Pasang cinta sepenginang
Hilang

Bahan pokok sandang
Jinaki ibu si penista ulung
Di menara yang menjulang
Sawah orang-orang jangan bilang
Hilang
Kandas tergores para borjuasi gemilang
Silang pelungku dalam kilang
Jangan bilang-bilang
Sstttttt
Sekali lagi hilang

Gie
16 Februari 2019
Pena langit di bumi pai