![]() |
Foto : ilustrasi Puisi |
Aku kini tersayat luka
Luka lebam tanpa obat
Sebab tatapannya adalah air mataku yang tak mampu tersekat
Wahai cahaya yang mengutuk dingin
Peluklah jiwaku pada satu kolosal
Sebab siang adalah kehangatan
Dan malam adalah kedinginan dalam kebencian
Wahai sang rembulan
Cukupkah keaangkuhanmu menghiasi malam
Sementara di sini
Jiwa merinding dalam pekat
Cukuplah bintang gemintang yang menemanimu
Menghampirimu dalam kemegahan semesta
Sementara kesunyian disini menyatu di tubuhku
Membelai ubun terkungkung dalam nestapa yang tak berkesudahan
Wahai rembulan sang malam
Cukuplah indahmu yang di nikmati segala semesta
Sementara jangan tenggelamkan wajahnya di pikiranku
Sebab jika ia tiada maka tak ada lagi alasanku untuk hidup dan melanjutkan hidup
Wahai yang telah menggetarkan jiwa
Tolong dengarlah pendengaranmu yang tuli
Atas langit yang kau teduhi
Adalah segala Doaku yang ter-rapal untuk memeluk dan mengasihimu dengan segala cinta
Gie
19 Maret 2020
^Kopi_kenangan