TANGISAN KEMATIAN

TANGISAN KEMATIAN

Teriakan neraka membingarkan telinga
memanggil dengan cambukan dosa dan khilafku
menyempitkan semua sudut pandang di tiap titik
hingga ingin ku celupkan diriku dalam nanah

lalu tak sempat ku menata jejak kaki pun ikut di hitamkannya dalam kobaran
kemudian terdiam dengan segala bahasa

coba ku cerna dalam setiap detakan lafaznya
namun ambisi untuk bersuara kemudian hilang dalam urat yang kini tak lagi berpita

aku lelah
aku letih
aku sakit
ku ingin kembali
ku tak ingin mati
ku tak biasa dengan ini
termenungku


SINIS SENYUMMU

SINIS SENYUMMU

Seuntai harapan di ujung gelap
memekik hati yang tengah terengah
dalam menabur asa pada tulisan tabir
yang kian mendesir akan kebenaran
atas senyuman sinis dari rautmu,

kau penyihir sukma
penista hati pada asmara
hingga luka kian meraja
dalam dekap mimpi yang kini sempurna


Terpakuku di sini
di cakrawala sunyi tanpa tepi
dalam menggapai ronamu
dalam menyelami indahmu yg memuakkan

TANGISAN AWAN

TANGISAN AWAN

murka langit kembali bergejolak
sombong terbentang mencuatkan megah
menista awan terbelenggu hitam papa
menghunus pitam sayatkan kilat
pampang terbentang berteriak dengan lantang
hingga hitam mulai menyapa putih suci gumpalan kristal

hitam kelebat bersama hati gemetar
lalu menitik satu persatu dari mata suci
mencair terlepas di tiap dahan dan atap
bersenandung riang insan dalam anugerah
tanpa peduli dalam rintiknya ialah kebebasan yang terpenjara
dalam basahnya tersimpan luka yang menganga
atas penghinaan oleh langit yang tak jua mau berdamai.

atmosfer enggan lagi menjadi hakim
hingga lintas kilat tertuju jua
di bumi tempat kesedihan tertumpu
berpangku bersama dendam

awan yang hitam, sudahlah sedihmu
ikuti keputusan langit
bahkan lazuardi tunduk untuk hilang
diterpa kilat megah ciutkan nyali

sudahlah, sudahi sedihmu
gumpalan warna indah di cakrawala sana
sudah sangat indah yang datang menjadi rasulmu
yakinlah

KAU KEMANA MALAM INI?

KAU KEMANA MALAM INI?

kau kemana malam ini?
mengapa tak ada kabar sedikitpun dari hembusan angin yang menerpa wajah kusamku

kau kemana malam ini?
hingga aku kau buat membeku di tepi nian malam

kau kemana malam ini?
hingga raut dan merah merona bibirmu tersunggik di benak ku.

kau kemana malam ini?
kenapa kau biarkan hatiku di culik sepi?
membelai malam dalam asa yang menganga.
menjumpai mimpi dalam dekap lara sempurna

kau kemana malam ini?
kenapa tak kau jenguk aku di pelataran langit, menyumbui rinduku di sudut cakrawala yang bersemayam bersema mimpi-mimpi jenuh.

kau kemana malam ini?

BAHASA PUJIAN

BAHASA PUJIAN

mencoba berdamai dengan hati
agar pikiran selaras dengan batin
agar terlaksana sebuah asmara
yang di idamkan bagi semua insan.

kulakoni semua yang telah ku pilah
merajai semua dialek jiwa
yang tengah beradu di atas cakrawala

lalu hati berbisik dalam suara yang tak sempat terucap dalam kata
aku hendak Merindukan Seseorang yg indah
yang ada dalam tumpuan aksara
yang menceritakan keindahannya yang tak terwakilkan oleh seluruh bahasa pujian.

itu adalah kau
mawar yang memekar merekah
melekatkan mimpi menjadi sesuatu yang pasti
membawa diri ke alam abadi
cintaku
cintamu
itu adalah keabadian surgaku