DILEMA SUNYI

Foto : ilustrasi Puisi
Dedaunan menyulam embun di pagi buta
Sebelum sinaran mengusirnya dengan paksa
Tertimbun rindu dalam secangkir kopi
Pagi kenangan hilang di sapa siang

Aku mengemban tugas oleh hati
Merawat rasa agar tetap pada satu oase
Tetimbun rindu mulai di hasut jelaga
Sebab liar mata tersihir oleh keampuhan raut ikhtisar

Tertuju sekelumit senyum di ujung antero
Tersenyum bias sebelum muson meniup lenyap
Intuisi-intusi rasa di pelataran lazuardi
Mengemban tugas penyebar indah keindahan

Indah langitku dan juga senyummu
Menyapa pagi siang malam dan tiap waktu
Namun raut yang lagi ku geluti
Menepis bayangmu yang kini ku yakini

Dua dalam satu hati sebelum tiga melengkapi
Hati berdialek dalam dilema sunyi
Entah siapa yang akan berujung pada altar suci
Yakinku semua adalah jodoh yang terikrar

Ringkih hati memilih satu
Namun harus tertakluk pada senyum yang kini membias
Gerangan apa yang ingin di pilih
Pinta hati tak menyorot satu raut

Ah.....
Dilema rindu dalam sunyi
Lalu lalang begitu ramai
Namun masih saja sunyi menghampiri
Atas kisah tiga dalam satu tafsir
Jodoh apa yang hendak ku maknai

Kau kamu dan dia
Adalah satu yang selalu di hati
Ijinkan aku miliki semuanya
Meski dua hanya dalam jiwa
Dan satu bentuk raga

Dilema mencintai tiga bidadari
Itulah karma dalam diri
Membuyarkan pikiran
Membunuh naluri
Kebohongan juga bukan
Tapi itulah cinta yang mencintai

MENEPIS WARAS

Foto : Ilustrasi Puisi (sumber : panda)
Puncak asta dalam liar pikiran
Imajinasi melangkah berpapas dengan hutan rimba
Langkah lunglai tak jadi beban sang hati
Karena tenda-tenda kerinduan telah di bangun ribuan tahun lalu

Perjalanan jauh menjumpai langit
Kafilah-kafilah kenangan berlalu lalang
Melewati semua saraf kepala
Ingat mengingat semua peristiwa

Menepis waras dalam bingkai rindu
Entah rasa cinta ataukah keegoisan
Rasanya tak bisa di tepis kebencian berikut rindu
Karena ingin berjumpa namun tak tau dimana rimba itu

Gila........!!!!!
Aku gila
Ku rawat kegilaan ini
Ku peluk dengan mesra
Karena tak guna sadar jika dalam cahaya kebenarannya tak pernah melihat
Indah dan moleknya kesucian yang kau hias
Yang tertera antara ada dan ketiaadanmu

Terkuasai seluruh lereng bersama semua tenda para pendaki
Mencari puncak dalam sunyi rimba yang telah menghembuskan kabut
Di saat sang jingga kemilau di ufuk barat
Mars kembali memancarkan memantulkan biru langit yang hilang

Peradaban yang hilang di ujung senja
Bahkan mars ikut berwarna mengikuti hati
Menyatukan kesucian dalam jingga
Hingga debu-debu tak mampu di tepis cahaya

Mereka hadir sebagai santi dan santo
Sang petapa suci gumam hati yang tak sempat bersuara
Menghadirkan jiwa kembali dalam raga
Bahwa diri sedang tak waras lagi
Ia telah melihat dimensi yang tak pernah di jangkau manusia

Hayali rindu yang di hayati
Kerinduan pada semesta tabir penutup
Ia bukan dinding penghalang cahaya
Namun dinding hatimu yang tak bisa ku robek agar bisa menerima secercah harapan hatiku

IDEALISM POLITICAL AKTIVIS

Oleh : Pemusnah Generasi
Persoalan political negara telah menjadi dinding kokoh yang sulit ditebus para aktivis. Persepahaman beberapa pemimpin daerah hingga pusat soal kepentingan para rakyat, ternyata tidak mengembirakan. Politik kebudayaan telah di menej sedemikian rupa dengan ruh purbasangka. Idiom-idiom tentang hal yang berhubungan dengan stabilitas negara dan isu-isu subversif telah menjadi racun pelumpuh yang menyebabkan rakyat merasai kepeotan dalam pembangunan daerah dan bangsa yang diharapkan bersama. Sebagai orang dan rakyat yang sadar akan nilai kemerdekaan pada kultural dan budaya maka penulis bisa menyimpulkan bahwa ada yang rusak dalam peradaban dan nilai kearifan budaya bangsa ini. Dan bukankah di indonesia sering disebutkan soal globalisasi kebudayaan? Bagi penulis globalisasi kebudayaan yang digembar-gemborkan pemerintah itu hanyalah batas basa-basi sebelum.menjadi basi.

Gelar aksi para aktivis memang banyak menghasilkan gumam dan tak kurang juga masyarakat dan para oknum-oknum menghujat para aktivis indonesia, dengam dalih mengganggu dan tak punya data yang valid dalam menuntut, mereka para penghujat akhirnya semena-mena. Padahal data itu sudaj benar, dan para penguasa menutupinya dengan amplop di bawah meja. Yang ada hanya tekad, tekad dan tekad. Aplikasinya sampai sekarang tidak jua menggembirakan, karna polemik isu yang di suarakan tak sampai di telinga para pejabat negara. Saya teringat pernyataan Aktifis.

"Mempermudah aliran ilmu dan kesenian akan membuka surga pada kita. Mempersulit lalu lintasnya adalah melakukan jenajah terhadap peradaban kita.

Pernyataan aktivis itu benar. Kalimat itu terasa telah menusuk, menikam dan mencincang putus kondisi yang ada sekarang ini. Aktifis telah menetapkan palu hakim dan membuat sebuah pernyataan yang harus diarifi semua pihak. Dia tidak hanya menggugat  kekhawatiran dan kekesalan, akan tetapi juga menjadikan pemerintah pesakitan yang harus mempertanggungjawabkan kebijakan mereka selama ini.


Aktivis rakyat seakan berkata pada pemimpin negara dengan penuh permohonan dan harapan "Salam saya ini ibarat menatapi perahu surat kepada penjabat negara, jika senget ke kiri saya ke kanan, jika senget ke kanan saya ke kiri. Tidak apa saya tidak dapat duduk aman asal saja perahu dapat sampai ke pangkalan dan semua penumpang selamat." ini merupakan sebuah perjuangan dimana ia rela mati untk menyampaikan aspirasi rakyat kepada telinga pemerintah. Jika belum sampai suaranya ini berarti bahwa padatnya belum tentu padu, atau padunya belum tentu padat, dan padat padu itu sendiri belum tentu sebati.


Luka hati kawan-kawan dikampung tetap berdarah "suara mamit perlahan tetapi mendalam dan ia tunduk, walaupun ramai orang terhibur melihat anak-anak pokok itu subur, dengan daunnya yang hijau mengkilat, tetapi tidak menyama dengan kehijaunan dengan pohon pohon bahagia dimasa dulu paska revormasi. Tetapi lebih parah lagi, awan hiba tidak akan terhapus selagi terkenang jasa jasad tokoh para pahlawan yang dilahirkan nenek moyang ditutuh, dipenjarahkan, ditebang, dan dibakar, buru menjadi abu bumi.


Di kota besar begitu..! Bumi putera tidak! Kita mereka hina dengan sebutan Bima tolol, mahu lari kemana? Disini tumpah darah kita! Negara ini, pusaka yang kita warisi dari nenek moyang kita! Seluruh kepulauan Alam Bima milik kita dan tanggungjawab kita sebagai pemuda dan Mahasiswa. Keadaan sekarang darat dan lautnya tanah tumpah darah kita yang rakyat anggap milik dan tanggungjawab kita.


Demi hari depan, aktivis pilih kedua-duanya sebagaimana nenek moyang ku memilih kedua-duanya untuk mengolah ekonomi.Tetapi untuk masa sekarang dan 20/30 tahun akan datang tempat ku dijalan membina diriku dan pemerintah hingga aktivis tempatku di samudra, sebagaimana aktivis bersama rakyat menyandang jalan kebidang undang-undang.


Guru tidak pernah mengajar dan tidak memberikan buku yang mengajar anak negeri untuk membinasakan negeri. Pemerintah adalah penjajah yang kuat dibumi putra dan rakyat tabuh belum pernah tahu untuk bangun melawan pemerintah.


Kesimpulan kami berpandu rakyat, hati kami tidak membelakangi rakyat dalam petaka, selama ini kami jauh dari negeri sendiri, karena kami terpisah dari pada keluarga masing masing : maka kami sebulat suara menentukan tekad jalanan negara, aktivis, masa aksi adalah keluarga kami. Apabila kami mati, kami mahu dikuburkan diparlemen jalanan melalu birai aksi, jenajah kami disempurnakan oleh saudara saudara kami di garis perjuangan.


hingga saat ini aktifis dan rakyat tidak pernah mengucapkan sebaran kata mimpi dan ikatan. Perhubungan aktivis dan rakyat bukanlah dasar perluasan dan perpisahan dan bukan pula dinisbahkan kesan Tumbalnya sang penguasa.Tetapi diatas segala-galanya adalah takdir dibawah kedzoliman penguasa.


hingga penghujung tahun 2018 saya menulis   yang sebentar lagi akan kita tinggalkan ini, betapa masih banyak persoalan yang belum terselesaikan, sebentar lagi segera akan hadirnya tahun 2019 sekaligus tibanya milenea baru, kini terasa kian memperpanjang agenda yang harus kita hadapi pada masa mendatang. Angin segar dan bayang riuh yang di usungnya, mau tidak mau mesti mendedah pikiran aktivis guna menyusun langkah baru menuju keakanan yang jauh. Aktivis rekontruksi setiap sudut peradaban yang pernah aktivis bangun, lalu kita coba menautkannya dalam rangkaian sejarah masa depan. Dan secara futurologis, diam-diam aktivispun berharap menemukan simpul-simpul pencerahan.

MENCINTAI DALAM DIAM

Oleh : Kiliman Ariansyah
Foto : Penulis
Teruntukmu
Kutulis ungkapan cinta tanpa suara
Sampaikan rinduku dari bibir yang terus membisu dalam goresan tinta ku'uraikan segenap rasa dalam kata
Sampaikan kekagumanku lewat cara sederhana
ijinkan aku mencintaimu
menggoreskan pena-pena cinta dihatimu
Dariku pengagum rahasia yang hanya mampu menyapamu dalam doa-doa.

Dalam diam aku mencintaimu
Kusimpan rasa dibalik tabir rahasia
Mengagumimu dalam diam seribu bahasa
Tersulam rindu dalam jiwa, sunyi tanpa suara.
Tak peduli sekalipun kau hanya dapat kumiliki dalam mimpi
Menjagamu dari balik bayangan
Mendekapmu dalam khayalan.

Dan saat kau jauh, rasa gelisah datang menyentuh
Tak bisakah kau susuri dan jelajahi hati yang tak mungkin kau singgahi.
Namun biarlah aku akan tetap menjadi pemilik cinta tanpa ungkapan
Mencintaimu dalam diam, dalam angan dan impian.

Di dalam sepinya waktu
Tidak pernah jeda aku menyulam rindu di jiwa
Di dalam sunyinya lara
Tidak pernah sirna aku rajut kasih dimuara kalbu
Bahwasanya akulah pengagum dirimu

Dibalik tabir rahasia
Dibalik senyum karismamu
Melekat erat dibenak malamku
Menghantarkan hasratku ke ujung bahagia
Meski aral nan menjadi ruang pemisah
Mengagumimu bukanlah sebuah dosa
Lemah tetesan keringat di dalam munajat
Tidak terhitung oleh hitungan dalam angka, dalam aksara

Hari itu kau memberik sentuhan yang membuatku menjadi berharga
Kaulah wanita yang diutus tuhan untuk menyelamatkan kesenduhan dalam jiwa
Terima kasih untuk hari itu permpuan tangguh
Kaulah pejuang sejati yang pernah lahir dibumi pertiwi
Sedikitpun tidak ada rasa takutmu dalam gerumunan vampir berkelas senjata
Kau tampakkan dirimu dalam layaknya bidadari surga
Kau pertama yang buatku menetes air mata
Kau juga perempuan pertama yang membuatku bangga dalam dunia jalanan

Walaupun terkadang di dalam bisu
Aku kemas setiap tetes-tetes bening yang jatuh
Walaupun terkadang dalam senyumku
Aku basuh luka merona oleh rajam lukamu
Kau tetaplah menjadi sang bidadari rahasia yang selalu menyulam sebuah harapan dibalik tirai yang menerungku

Hingga bila air mataku kering
Hingga bila napasku berhenti
Aku masih tetap disini dalam malamku
Merajut sejuta impian indah dalam hatimu.

JERITANKU BUKAN JERITANMU

Oleh : Kiliman Ariansyah
Foto : ilustrasi puisi (oleh : kiliman)
Sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam namun siapa yang mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam. aku siapkan untukmu : pemberontakan!

Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang merayakan hartamu
Ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
Ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata tanya yang akhirnya tidak bisa tidak kalian harus menjawabnya
Apabila tetap bertahan, aku akan memburu seperti kutukan karma

Kami berteriak tanpa tau ada telinga yang mendengar
Kami merintih dalam tangisan hingga air mata dan mata air kini kekeringan
Kami berjuang sebagai tameng penyeimbang
Tetapi keutuhan dari gerakan telah disobek-sobek
Suara kami hanyut ditelan konglomerat dan perusahan raksasa

Air mata kami ditelan belantara kekuasaan rezim
Tangan kami tergilas ekonomi bulldoser pembangunan
Berteriak mempertahankan hak atas tanah bangsa
Tetapi kami di tuduh sebagai pembangkang
Tetapi di tuding anti nasionalis
Tetapi di tindas di mimbar jalanan
Tetapi itu disebut anti pembangunan dan separatis

Menangis membela hidup di tuduh sebagai pengacau negara
Berjuang mempertahankan tumpah darah, katanya musuh negara
Kuburan leluhur, kampung, adat, binatang dan tanaman
Sumber alam dan hutan kami dicaplok oleh penguasa kapitalis dan penguasa bersenjata
Cukuplah waktu mereka masih hidup leluhur di paksa dan di siksa oleh kapitalis VOC
Jangan lagi kapitalis mengganggu tempat peristrahatan mereka
Jangan lagi
Jangan lagi
Jangan lagi
Aku mohon

Kami tergusur, terhimpit dan merana
Kami terbuang dikampung halaman dan tanah leluhur kami sendiri
Kami menjadi pengemis di atas kekayaan dan dari para pencuri, perampok dan pembunuh
Kami menjadi tak berdaya
Inikah takdir hidup kami
Semuanya hanya DIA Sang Maha Kuasa.
Kepadanya Kami Serahkan.

Dengarkan keluh kesah para kaum tertindas yang lantang dan berani menyuarakan keadilan
Sertakanlah hati nurani kalian dalam memutuskan sebuah keputusan
Hargailah mereka yang tidak mau tetapi berkemauan tinggi agar kalian tenang ketika maut merenggut nyawa kalian.

Suara ini adalah suara dari mereka yang miskin, yang tak berpendidikan tetapi paham akan pendidikan
Suara ini tulus dari nurani fakir-miskin yang hari-harinya memimpikan, mengkhayalkan pendidikan setinggi langit dan seluas cakrawala
Lihat kami, dengarlah suara kami, kasihanilah kami yang terus di tindas.