PANDANGANKU ADALAH KAMU

Ilustrasi sufistik Al-Bustami


Ia terus berjalan tanpa mendengar dan mengeluh tentang hasutan para malaikat
Ia berkata ujian ini ialah keindahan
Sebab jalan untuk menuju Tuhan ialah wajib
Wajib bagi insan membuang semua kefanaan

Ia berjalan menuju mimpi
Hingga Al-malakut mampu terlewati
Ia menyerupai burung dengan ijin yang maha kudus
Berpetulang dalam spritual
Menuju Al-Jabarut sebelum menuju Al-kursi

Ia melihat keagungan sang Khalik
Mendekapnya dengan cahaya hati
Nur kholbi bersemayam dalam tatapan
Hendakkah kau melihat dalamnya penglihatan

Pandanganku adalah kamu
Dzatnya bersembunyi dalam Dzat
Wujudnya tersembunyi dalam wujud
Ia berada di antara bilik kita
Namun tak bisa kau temukan
Sebab ia tak pernah bersentuhan denganNya
Meski uratmu lebih dekat dari diriNya

Catatan : rujukan kalimat sufistik Al-Busthami dalam menggapai mi'raj sebagai wali Allah


SANG RAJA HENDAK MERAIH REMBULAN

Ilustrasi puisi

Senja tanpa tuan
meraih bulan di tengah mendung
Hujan berdera tanpa cahaya
Bulan lenyap dalam kabut hitam
Ia terhenti di titik dua belas

Pekat menyapa kilat menyambar
Kokoh terpampang sang istana raja
Cuatkan megah si putih warna
Memberi isyarat rakyat tertindas
Tirani meraja menggoyahkan yakin

Mahasiswa berkoar dalam suara angin
Bercinta di udara laksana orari
Jalanan di khianati oleh idiologi
Nyali terlindas jua pun tertindas

Bapak tua kini tak lagi naik mimbar
Ia terjemput oleh pasukan raja
Jadi penghuni istana kedua
Perdana menteri inggris punya

Tak usah bercerita bulan apalagi tahun
Rembulan saja tak lagi nampak
Takut tercabik kecantikan cahaya suci
Sebab indonesia mampu meracik semuanya

Jangan kau bawa teknologi modern
Sebab dunia kami adalah manipulasi
Jangankan ayat konstitisi yang tak dapat di ganti
Bahkan warna langit berikut bulan mampu di manipulasi

Itulah kelebihan kami
Selamat datang di indonesia
Negara kaya raya
Dan aku miskin di tengah sumber daya berlimpah
Sebab kekayaanku hanya untuk asing

Sanak saudara sang raja tengah merogoh perut ibu
Ibu Pertiwi yang tengah di manipulasi dengan bayi tabung
Ia membuahi telur janin kandung
Namun embrio dari lelaki jadah

Freeport dan morowali adalah anak kandung
Yang lahir dari rahim ibu pertiwi
Ia terbesar oleh si bapak tua
Bapak jadah hasil hubungan gelap
mereka tanpa hati
Sebab besar tanpa buaian sang raja

Hendak sang raja meraih rembulan
Namun redup kembali reda
Tanpa ambisi ia terlengser
Sebab otak tak sampai pada logika
Imajinasi apalagi
Ia terpendam bersama limbah perut ibu pertiwi

SUATU SAATKU PASTI AKAN DATANG

Ilustrasi photo penulis

Aku bersama keramain kota
Menunggu pembeli di persimpangan jalan
Duduk termenung sambil meratap
Bahagia mana yang akan ku rengkuh
Sementara mobil berdesakan
Menawar pun enggan

Aku masih terus menunggu
Bersabar adalah kata yang tiada henti tengah ku rayu
Melawan ego peradaban yang kian maju
Disini bahagia ku terkikis layu
Hendak mengubah dengan kata baru

Lelah melepuh menempuh jenuh
Jelma menjelma bosan tak henti
Mendaki harap yang kian tak berujung
Semoga laksa tercapai asa

Aku bosan dari kata
Mereguk mimpi tengah terjengah
Melawan nasib yang tak kunjung beradu
Himpit mengapit pikiran picik
Lentera padam dalam pandangan semu

Aku meraih tetap pada cita
Mencium nasib tetap menjerit
Titik tak berujung tanpa koma
Hingga tanda tanya mengahalangi tanda seru
Aku bangkit
Namun kata miskin siap menjerat

Miskin ialah kata yang paling di benci oleh setiap manusia
Miskin ilmu
Miskin harta
Miskin semuanya

Ia tertidur mengendap dalam jiwa pemalas
Membui semua dalam penjara jiwa

Ah...Sudahlah aku bukan pemalas
Juga bukan si miskin
sebab bubuhan aksaraku
Tengah menjemput kata kaya
Yang entah kapan akan berdamai dalam nasib

Suatu saatku pasti akan datang
Membawa nasib tunduk pada kaki
Hingga cita dan asa semua tercapai dan tergapai

SUARA HATI ANAK ANGKAT

Ilustrasi puisi


Aku menunggu pagi yang kemarin tak sempat ku sambut
Ia berlalu begitu saja tanpa kata
Sementara malam enggan menyapa
Hingga aku terbuai dalam mimpi petaka

Aku tetap pada malam
Menuai tuan yang tak pernah ku tau
Selama ini aku adalah anak dari ibu yang tak pernah ku tau
Aku adalah anak yang tak pernah di lihat oleh kandunganku

Anggapku

Aku terlahir dari jiwa yang tulus
Ia terpenjara dalam duka sang nasib
Merelakan putry di besarkan oleh orang

Aku besar dalam lingkungan istimewa
Tanpa ku tau jiwaku berada di gubuk yang berbeda
Menjelajahi harta tanpa hak
Sebab yang ku tau
Besarku tak ada darah
Besarku tak ada campur
Aku di pungut dari buaian ibuku
Untuk di besarkan dalam istana sang bunda

Bunda kau tau
Aku ingin susu dari ASI
aku ingin di peluk oleh ibuku
Ibu kandungku

Bunda inilah suara hatiku
Suara hatia anak yang di jauhkan dari ibu
Ibu kandungku

Bunda izinkan aku kembali
Kembali dalam buaiannya
Sebab surgaku ada disana
Di telapak kaki ibuku


Catatan : Tulisan ini saya hadirkan untuk menyampaikan isi hati teman saya yang kemarin curhat, bahwa dia anak angkat yang sengaja di pendam bertahun-tahun oleh orang yang membesarkannya

AKU TAK SEDANG BERADA DISINI

Ilustrasi puncak puisi

Aku begitu jauh saat ini
Bahkan langit sudah ku telanjangi
Mencapai putih di atas hitam
Hingga puncak-puncak semua tertampak

Putih kabut selaksa malaikat
Di atas punce aku berseru
Namun tak sempat ku nikmati
Londa kembali hadir di depanku

Aku mendaki semua milik semesta
Dalam diam di atas kasur sufi
Mendekatkan diri hendak ke lazuardi
Sampai pula di bawah ranjang pembaringan

Aku pergi bersama bidadari-bidadari cantik
Aku tak sedang berada di sini
Aku tak tau siap yang sedang menulis
Sementara aku sedang menikmati semilir angin dia alam bebas

Lu telusuri lembah demi lembah
Semua lembah adalah sunyi dan gelap
Aku datang bersama cahaya
Menguraikan guratan untuk keindahan

Aku bukan pendaki yang hebat
Aku tak mampu mencapai puncak yang bermil-mil
Tapi ia mampu
Ia adalah pikiranku
Menggambarkan semuanya lewat imajinasi
Yang bahkan orang tak pernah melihatnya

Aku tak sedang berada disini
Sebab aku petualang tanpa tuan
Ia pergia bermuara bagai hembusan angin
Menjelma kabut
aku pulang