SI BUTA

Foto : Ilustrasi puisi
Siapakah engkau dalam sepi
Kau tak mengerti tentang laju roda
Peradaban hanya pendengaran yang buta
Lihat nun jauh kau mampu terka
Dalam dekap kau hanya mampu meraba

Lelah dalam alunan lagu
Gendang kau taburkan senandung indah
Lalai hati sang gadis tercuri hati
Koar sorak riuh ria dalam mulut yang tersunggik

Roda dua telah berlalu
Dua lembar ungu terselip dalam kresek sebelum pergi
Doa dan dosa menyelimuti hati
Malaikat apa yang di tawarkan Tuhan dalam keindahan alunanNya

Mendengar tanpa melihat
Si buta dengan imajinasi
Memberi warna pada kaleng bekas
Alunan lagu tercetus di mulut tanpa tau dosa

Bentala terpampang luas
Samudera berikrar di pinggir pantai
Semesta memantau dalam diam
Matamu tetap saja tak mampu melihat

Si buta dengan kaleng bekas
Sayang kau tak mampu melihat keindahan puisi
Kau hanya mampu mendengar dari ketidak tahuan
Aksara ini ada pujaan bagi jiwa seni yang bernaung dalam jiwamu
Semoga kau menjadi
Semoga kau sukses sobat
Aku pengagummu

MIMPI PEMIMPIN JANDA

  • Foto penulis
Geram membara di ujung rahang kaku yang papa
Terkulai di ujung janji untuk kemakmuran bersama
Nanah menjelma zam-zam paksa
Terminum dalam bungkusan indah klausa

Bungkam terpendam dalam-dalam
Datang menjelma menjadi kelam
Hilang dalam dangkal para penyelam
Pendaki ulung pun tak mampu menerawang kalam
Paham tak paham peng_akuan salam
Sajadah tempat sahadat terpendam

Jual saja harga diri wanita
Jika seorang janda mampu merubah dunia
Paradigma setan tertanam dalam naluri seorang pria
Hendak di kekang dalam frasa prosa
Namun opini terbaca dunia sedang tak baik-baik saja

Janda muda di ujung timur indonesia
Janda tua sedang memangku burung kakatua
Hendak di bawa kemana para penghuni benua
Hilangkah atlantis pada pemahaman sejarah dunia
Agar energi di kelabui empat sehat lima sempurna
Minum makanan bergizi kata para penjual diri

Negeri sekarat di ujung tombak
Mimpi sang janda ingin menjadi raja
Apalah daya raja telah berburu dalam hutan
Rimba raya kini telah sirna
Raja kita raja hutan
Hutan rimba raja di atas tahta
Jagung dan padi jadi upeti
Pada siapa salah akan di layatkan

Memoar sang ratu
Ingin bersuami namun takut hilang akan tahta
Ingin melacur takut akan kewibawaan
Jual wilayah adalah jalan keluar
Sekalipun itu wilayah yang ada di dada dan di tengah paha

Ah ratuku
Aku pengagummu
Telanjangi saja syahwatmu
Akan ku puaskan liarmu dalam berimajinasi

Gila

Setiap manusia adalah gila bagi manusia lain

ILUSI TAK BERTEPI

Foto : Ilustrasi puisi
Malam tanpa bintang
Desember telah menyapu
Terganti dalam tebalnya awan hitam
Yang siap menitikan syair-syair rindu
Di jalanan dan di di genting atap perpus kota

Alam menjadi dingin
Kebekuan ada pada hati
Bukan saja kulit yang menggigil namun hati yang selalu mengingat hangatnya kecupanmu
Ah
Kau liar kala itu
Kau merayu dalam salam sepi
Hingga kerontang batin terobati jua
Lewat bisikan merdu desahan nafas
Kau memanggilku lagi sayang
Aku tak sanggup
Aku tak kuat
Pertemuan hanya menyisakan bayangan hayal dalam ilusi tak bertepi
Kau memenjaraku dalam kata
Hingga bisu semua pita
Aku gugup dalam kalimat
Kalimatmu meracuniku

Wahai wanita penggoda sepi
Aku masih ingin merinduimu
Beri aku waktu itu
Akan ku perbaiki semuanya
Pasti

BATIN TANPA EMBUN

Hasrat rindu ingin bersua
Di kala senja memisahkan malam dengan siang
Kebisuan itu hadir dalam angan yang memangku asa
Semoga teraksa
Semoga terlaksa
Laksamana jarum jam adalah penentu
Sebab pengembara dari lorong tak mampu terjamah

Ketulusan rasa ingin berjumpa
Dalam pertapaan suci pikiran dalam gelap
Keheningan menggapai sunyi
Raut dan suara terngiang terpampang dalam majazi imaji

Haus
Kerontang
Batin tanpa embun mengandai hujan
Namun muson menerpa barat daya
Hilangkan mendung di pipi para pendama
Hilang
Keikhlasan hati yang dapat menuai
Sebab luka adalah penerimaan
Bukan pada pengingatan ingatan pada nostaligia
Semoga