PENA PENYAIR

Foto : Pena Langit
Pena penyair bercerita
Tentang mimpi tiada tara
Malam kelam tanpa kalam
Dalam-dalam pendam gurindam

Semilir angin pembasmi bisu
Hilang laku dalam sirkuit liku
Panorama malu jadi tontonan pilu
Loakkan waktu penghentak kholbu

Sang pening kini jadi pusing
Sang maling kini saling tuding
Yang juling makin ber-iming
Yang giting kini makin sinting

Sinting sarang saraf bullyng
Hoax bualan malam keling
Pekat berpaut dalam dekap hening
Tinggal air dalam gelas yang terlihat bening

Sementara biarkan aku mengecup kening
Sementara kalian ayo saling giring
Sementara peng-adilan ayo saling paling
Sementara biarkan mimbar jalanan membuat bising
Sementara biarkan aku tetap terbaring
Garing

Gie
15 Februari 2019
Pena Langit di bumi pai

NEGERI GADIS PERAWAN (Marsinah)

Foto : ilustrasi puisi
Culas dangkal dalam pikiran kronis
Hegemoni tecitra lewat syair penidur yang ampuh
Dahsyat meramu imajinasi para pelacur
Pelacuran ada di tiap pikiran penjual idealisme
Hendak kemana pangkuan pertiwi merebah
Ambigu dalam penentuan

Tujuan hanyalah pada kantong dan saku
Para borjuis setan yang tengah menelanjingi gadis
Gadis itu ialah rakyat jelata
Tertidur dalam kamar empuk
Setelah di nina bobokkan oleh sistem
Ia terbangun dalam perawan yang telah terenggut
Perawannya ialah new mont
Perawannya adalah free port
Perawannya adalah lapindo
Perawannya telah legam bersama buas nafsu para elit

Negeri gadis perawan
Yang di renggut oleh hirarki kekuasaan yang tertata
Mengaumpun bagai sampah buangan
Jangan coba melantunkan kata ketidak-puasan
Sebab kau akan terlindas dan tertindas laksana marsinah

Gadis itu ialah marsinah
Marsinah telah mati dalam misteri
Misteri telah berkembang dalam gunung berapi
Mak lampir jelmaannya?
Sungguh diksi yang luar biasa

Dimana kau marsinah?
Apa kabarmu marsinah?
Sudah kah kau benar mati?
Sebegitukah semangatmu?
Atau kau telah lelag dari pembaringan abadimu?

Hy Marsinah
Kau mati sebelum ku jabat
Kita berkenalan dalam waktu yang salah
Aku mengenalmu setelah kau tiada
Semoga reinkarnasi jiwamu membara
Semoga kau di ridhoi
Semoga kau menikmati nikmatnya keabadian syurga

Gie
13 Februari 2019
Pena langit di bumi Pai

BERSAMA SENJA

Foto : Anak Kecil
Melawan kematian
Memberontakki waktu
Mengejar angin yang menerpa
Yang menyapa wajah di sudut senja
Di atas dua roda tabir tersingkap
Pelukkan hangatmu adalah kenangan termanis

Malam berlalu dengan terengah-engah
Membelai ubun senja tak henti meratap
Memeluk sepi dalam desahan suara
Terbingar-bingar ketika surau melantukan azan
tiga rakaat telah berlalu
Seirama penghulu memberi isyarat sah

Senja di atas bukit
Pelukan terasa hangat di belakang punggung
Nikmat jingga saksi terindah
Kenangan termanis bersama rindu yang tiap waktu di nanti
Bersamamu
Bersama jingga
Bersama senja
Kenangan terindah dalam hidupku

REMANG

Foto : ilustrasi puisi
Rindu yang tersematkan
Terpendam dalam dua bilik
Merayap di ujung malam
Membeku dalam harap yang tak sampai
Sia-sia

Semilir angin menidurkan mata
Lelaplah jiwa di sudut pekat
Hitam kelabu tanpa warna
Cahaya tanpa redup lenyap tak berbekas
Membekas di ulu yang perih

Mata hati tetap pada satu tatap
Lekas hilang sungguh hati tak mampu
Hilanglah jika mampu
Lenyap
Harap hati sakit di ujung pagi
Menghilanglah

Remang
Hitam
Gelap malam
Menyatu dalam duka nestapa
Menjelma air mata
Pun air mata langit di sudut pagi
Membasahi dedaunan dengan bulir mutiara
Siap hilang di terpa panas melanda

Itulah kisah kita

Terpendam
Terendap
Tergenggam
Terlelap

Tidur dalam harap

KEBAHAGIAN ADALAH PENERIMAAN DIRI DAN ALAM BAWAH SADAR AKAN SEMUA MASALAH

Foto : penulis bersama bidadari sumi
Jika kita hanya berharap kebahagian pada yang lain, maka kebahagian itu tak akan ada, jika pun ada dia akan segera dan cepat menghilang.
Maka buatlah dirimu menjadi bahagia
Niscaya kebahagian akan hadir tanpa di jemput
Dia akan hakiki di dalam jiwa
Karena sejatinya kebahagian itu ialah penerimaan diri terhadap apapun masalah itu sendiri
Maka berbahagialah kita
Niscaya akan kita jumpai semua kebahagian

Dan luka itu hadir ketika kita tak mampu menerima sesuatu tersebut dengan penerimaan yang merebahkan hati pada kata tabah, karena itu lahirlah luka hati dan sakit yang tak tertandingi sekaligus tanpa obat dan penawarnya.

Jadi pada dasarnya, semua masalah yang kita hadapi dan yang kita dapatkan di dalam kehidupan ini ialah tergantunga bagaimana cara kita mengelola mindset dan pola pikir sekaligus alam bawah sadar kita untuk bisa mencapai kebahagian dan ketenangan dalam menjalani kehidupan ini, sekaligus untuk menghadapi setiap masalah dengan ketenangan jiwa.

Ada pepatah lama yang mengatakan begini "Rubahlah dunia dalam dirimu niscaya dunia di luar sana akan berubah mengikutimu", maknanya ialah seperti yang tertuang di atas, dimana yang merubah dunia ini bukanlah orang lain tapi merupakan tugas dan tanggung jawab diri kita masing-masing. Maka dari itu ialah benar adanya bahwa semua peperangan yang terjadi di dunia ini ialah di mulai dari pribadi masing-masing pemimpin yang mementing ego diri dan ego ras, budaya, bangsa dan negara tanpa mempertombangkan hak-hak kemanudian yang melekat dalam diri manusia lain.

Seperti yang di ucapkan oleh penyanyi legendaris kita, penyanyi dan sekaligus aktivis kritis Indonesia yang paling populer dan yang biasa kita kenal dengan nama bang Iwan atau Iwan fals dalam salah satu konsernya bahwa : "musuh kita adalah diri kita, perang ini adalah perang abadi" jadi dari kata-kata dan bahasa di atas, penulis menafsirkan bahwa memang benar segala gejolak yang terjadi di dunia ini, adalah merupakan peperangan antara alam diri dan alam bawah sadar setiap manusia. Kecenderungan ini yang seharusnya kita perangi bersama agar terciptanya keselarasan dan kedamain bagi umat dan keberlangdungan hidup manusia.

Hal di atas juga terdapat dalam salah satu hadist rasulullah yang Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu. Juga diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan Ad-Dailami bahwasannya Rasulullah pernah di tanyakan oleh salah satu sahabatnya apakah ada perang yang lebih besar dari perang badar, lalu Rasulullah menjawab "Jihad yang paling besar ialah bukan melawan orang-orang kafir, melainkan melawan nafsu".

Maka dari itu bahwa kebahagian adalah berawal dari diri kita yang mampu menerima semua kejadian di luar diri lalu menikahkan dan menyatukan dengan penyatuan pikiran dan alam bawah sadar kita untuk sebuah penerimaan


Gie
01 Februari 2019
Pena langit  di bumi pai