KENANGAN PANTAI LARITI

Foto : pantai lariti
Lariti punya cerita
Pantai kenangan bersama cinta
Menyulam ulu menjelma rasa
Hidangkan kasih pada pesona
Hembuskan saja
Angin sepoi itu sukma
Iringi langkah membelah samudera
Itulah cinta berikut luka
Mengandai sebuah hadirkan dilema
Ah......a.a.a.a
Cerita yang terangkai di ujung senja
Bersama gadis dara
Hilir di dalam laut selutut angsa
Putih tertiup angin barat daya
Yaaaaaa
Perahu melaju tepat di depan kita
Kita?
Aku kau dan dia
Menyimpan pendam gurindam kata
Aksa-aksa antariksa hadir di jembatan mangrove
Menara tinggi 7 kaki
Kaki ku
Kaki mu
Kaki nya hilang sebelum terinjak di altar
Ah
Sudahlah
Aku rasa semuanya indah
Di sini
Di sana
Di mana ia?
Hilang
Bungaku hilang
Bersama gadis yang satu sepatunya hilang
Aku masih menggenggam
Kenangan saja
Kenangan pantai lariti
Menyisakkan bayangan
Menyesakkan khayangan
Pikiran dan hatiku
Adalah wajah gadis pink
Gadisku
Bali masih jauh
Bunga kamboja di telingaku
Bunga kamboja di telingamu
Adalah satu penyatuan
Kita ada pada satu
Harapan

MEMOAR RINDU

Foto : inspirasi tulisan
Kau adalah kenangan yang selalu ku ingat
Kau adalah luka yang selalu kurawat
Kau adalah nostalgia yang selalu ku nikmati
Kau adalah segala masa lalu

Adalah benar bahwa setiap luka adalah sakit
Namun ketika kita hadirkan sebuah rasa untuk menikmati
Maka kenikmatan akan nostalgia akan hadir bersama dengan bayang semu tentang peristiwa-peristiwa yang kita lalui

Semerbak harum dari kehampaan akan terasa indah
Jika luka mampu memberi kebahagian di dalam imaji
Karena yang ada adalah penerimaan
Bagaimana kita menjalani dan menikmati dari rasa sakit

Ah kopi masih saja membawa candu
Hingga ampasnya membawa pada satu suara
Yang berbisik ingin kembali
Namun dilema akan keberadaan selalu menghantui

Kau diam dalam dilemamu
Hadirkan intuisi pada jiwaku
Entah tafsir dan harap apa yang ku cari
Namun kebenaran senyummu masih satu yang ku nanti

Penantian tanpa yang di nanti
Itulah kata tanpa pamrih
Sebab senyum adalah bias
Terbakar jelaga di sudut pekat yang amat sunyi

Ah sudahlah
Nikmati saja kopinya
Bersama senyummu yang semakin menjauh
Aku menikmati nya

LAMBU BERDARAH


Foto : Ilustrasi Puisi
Berita duka datang dari timur indonesia
Selatan Bima
Di sana tersimpan air yang mendidih
Air mata darah para pejuang keadilan
Air mata darah para pecinta mimbar jalanan
Air mata darah para perindu mimbar bebas
Air mata, mata yang bernama sejarah

Ban bekas mengepulkan asap di udara
Depan istana dan juga di persimpangan pelabuhan
Turut turun berkali-kali menggoda penindas
Menawarkan misi untuk sebuah perdamaian
Bahwa emas bukanlah jalan satu-satunya kemajuan wilayah
Namun ambisi yang terpendam adalah pulau kelapa
Ah berdosa aku tak bersuara saat itu

24 Desember 2011
Peristiwa Bima berdarah
Lambu berdarah
Sang pejuang keadilan di hakimi dengan senjata laras panjang
Ribuan peluru berserakan di tanah
Mayat bergelatakkan di depan istana
Istana para pemburu emas pulau kepulauan

Masihkah ingat peristiwa itu?
Siapakah yang telah masuk penjara dalam pembunuhan itu?
Adakah duka cita dari sang diktator yang menjabat saat itu

Apakah hanya sebagai misteri kisah?
Apakah hanya bualan setiap kedai kopi
Ataukah Dongeng sebelum terlelap?
Entahlah...!!!
Jawab suara mereka yang lantang sebelum bunyi senjata berdesing di telinga

SELAMAT PAGI PAGIKU

Foto : penulis
Selamat pagi pagiku
Kau begitu cantik pagi ini
Dengan senyuman alam alami dalam sunggikanmu
Merosot lunglai sang raga tanpa kuat
Mati dalam semua ketika kau hadir dalam jingga timur

Selamat pagi pagiku
Kau begitu indah pagi ini
Senyummu di cakrawala begitu anggun
Suara-suara binatang bintang mengalun sendu
Kupu-kupu terbang di atas bunga
Senyummu indah pagiku
Embunku hilang karenamu pagiku
Aku kerontang pagiku
Kau terdiam pagiku
Kau tak ada kabar pagi ini pagiku

Reamur telah kembali pada titik nol
Rautmu racuhi pikiranku
Pagiku kini menjelma siang
Sorepun tiba sebelum terantar
Pada keabadian pekat malam
Bersama hati masygul sunyiku sunyimu
Mati

GOYANGKAN PENAMU

Mari bercumbu puan
Ayo kita selipkan makna rindu kita pada setiap aksara-aksara buta
Sebelum waktu mengikisnya menjadi debu

Ayolah puan
Diksiku hanyalah pikiran hampa
Ia bukanlah air yang mengalir
Ia terurai tanpa hulu
Kau pasti paham puan

Ayolah mainkan pikiranmu
Goyangkan penamu
Aku bersama sejuta rasa
Menikmati alunan guratan hurufmu
Aku pengagum mu