HARUS MERDEKA

KITA MAPERA
Foto : Masa aksi penuntut Hak Asasi
Surga yang terpintal cahaya
Tertelanjang oleh peluh peluk perkosa
Hilang nilai adab semesta
Langit menangis di atas pangkuan prosa

Asta kalimat telah tertoreh
Singkaplah semua semu oleh-(oleh)
Kata-kata majusi kembali tertoreh
Unjuk tunjuk siapa yang sangat boleh

Aduhai kalimatku tercekik
Si sakit gila terisak pelik
Kalimat mu adalah pacak
Sangat sakti bak penulak balak
Bagai bajingan tengah memalak
Buas dan ganas sangat galak

Sang merak
Yang lagi marak
Bagai burung gagak
Datang memberi ketakutan pada jarak
Hentak
Gertak

Suara sayu terdengar serak
Mimbar jalanan memulung sorak
Siapa sangka kalah menelak-telak
Kata yang tertinggal hanya cerita usang sang jalak

Tragedi..!!!!!
Bangsa yang memendam ribuan misteri
Mitos-mitos lama masih tercitra rapi
Sastra-sastra ibu kota ingin di jamak kembali

Yaaaaaa

Kata-kata yang tersusun rapi
Bagi buku dalam rak perpustakaan pasai
Indah dan dalam bagai alam mimpi
Literasi kiri
Kepalan tangan kiri
Melawan tirani
Ploretariat melawan borjuasi
Merdeka atau mati
Ucap sang orator di ujung orasi

Hahahahha

Ternyata memang adalah mimpi
Tempat nujumnya para borjuasi
Kalembo ade ibu pertiwi
Kami masih berjuang untuk ini
Untuk kemerdekan bagi setiap hak asasi
Bagi setiap warga NKRI
Kesetaraan hak untuk bernapas lega di atas negeri

Negeri tercinta 
Indonesia Raya
Nusantara
Pancasila
Bhineka Tunggal ika
Merdeka
Dan
Harus merdeka
Kita Mapera

Gie
05 April 2019
Happy Cell
Pena langit di bumi pertiwi
Kota tepian air menggugat

TERIMA KASIH INSOMNIA

Foto : ilustrasi puisi
Terima kasih insomnia
Kau telah membuat aku nyaman dalam hening dan dinginnya malam bersama seorang gadis pujangga yang tengah ku puisikan indah wajahnya.

Terima kasih insomnia
Kau telah ajarkan ku menyusuri dingin dan heningnya malam tuk menyingkap tabir dari tirai gelap yang selalu menyelimuti kehidupan manusia

Terima kasih insomnia
Kau adalah teman yang selalu memberi rasa sakit pada dinginnya kesepian yang melanda jiwa. Ketika mimpi ingin merambat pada satu titik semu yang kian memudar.

Terima kasih insomnia
Kau telah mengajarkan segala sunyi.
Darimu aku mengerti bahwa rindu adalah jiwa merana yang selalu terkungkung di bawah naungan amor dan selalu setia pada majazi cinta yang hakiki

Terima kasih insomnia
Aku adalah kawan yang selalu setia menemani dan mengabadikanmu, sebab aku adalah malam tanpa bintang yang selalu menyongsong pagi dengan mata yang ingin melihat keheningan tanpa suara siapa dan apa-apa.

Sekali lagi
Terima kasih insomnia
Jiwa sunyiku adalah dirimu
Insomniaku
Jiwa pecinta malam
Pun berandal malam

Gie
04 Maret 2019
Pena langit di kota tepian air

INGIN PERGI DARI KATA KEHILANGAN

Foto : Gadis PSK (Pecinta Seduhan Kopi)
Aku tengah berada disini
Bersama jeruji besi
Dalam pikiran dan imajinasi
Tuk sesuatu yang menggajal dalam cerita sunyi

Berusaha melupakan kehilangan sang sayang
Hendak pergi dari kata pulang
Namun palung ingin kembali menilang
Menelanjangi wangi kasturi  malang

Pergi dari kata hilang
Ingin pergi dari kata kehilangan
Menjauh dari kata dekat yang selalu memberi rasa sakit
Sangat pahit

Aku ingin menghampiri
Pulang dari kata pergi yang ingin kembali
Senyum usang di ujung bibir yang beralun gemulai
Gadis bisu dalam kedai kopi
Senyum mu rontokkan semua mimpi

Hilang
Malang
Gareng

Hentakkan sakit yang teramat dalam nurani
Kerontang ku pada sunyi
Sepi
Dendam pada sebuah kata yang sudahama ku benci
Terkuak disini
Di dalam sunggik sakuntala mei
Multatuli kembali lagi
Menjajah berulang kali
Kemerdekaan hilang pada diri
Mati

Gie
04 Maret 2019
Pena langit di ilo peta

JANJI USANG KINI KEMBALI BERSUARA

Malam melintang temani hati kerontang
Si jalang malang sedang bersulang
Di istana karang badut budak bergoyang
Menghibur hati si janda garang

Foto : Penulis bersama mei, di ilo peta #Ottaku Baba dae
Entah kemana muara terbawa
Janji usang kini kembali bersuara
Bersua dengan rakyat jelata
Kemana mimpi kita berasa

Aku bukanlah tuan bagi negeri
Kurcaci kecil yang tak ternilai
Hanya berani berteriak dalam hati
Dalam kamar sepi sunyi

Berteriak hingar bingar
Ingin lepas namun sukar
Kemana gerilya akan di ukir
Jika moncong senjata siap membakar
Tubuh kekar siap mencakar

Makar hanya bualan kelakar
Anak negeri berteriak di anggap berkoar
Sementara di ujung timur mercu suar
OPM membantai dengan semangat mengobar
Namun negara hanya tau bendera tetap berkibat

Lihatlah nyawa tentara bagai sampah
Ingin lari terlajur terikat sumpah
Ironi negeri siapa lagi yang akan memapah

Pilah
Patah
Jiwa ku gerah
Salah?

Aku bersumpah
Dengan merah dalam marah
Sampai terkucur urat dan darah
Indonesia tetap utuh dalam naungan Bhineka

Gie
03 Maret 2019
Ujung pena di ILo Peta

TERIAKAN REVOLUSI

Foto : Ilustrasi puisi
Darah dalam dekap mimpi
Tanah air hilang tak terkendali
Terjamak peradaban tirani
Klausa demi klausa menuntut revormasi

Demokrasi berjalan tanpa arti
Fatwa demi fatwa hanya bualan janji
Aku menangis siapa peduli
Ibu Pertiwi tuli dalam kuping jelmaan borjuasi

Hendak kemana diri dan jiwa merebah
Negara berpaling muka
Terserah
Aku memang bukan sesiapa
Aku hanyalah sampah peradaban mereka

Tapi

Aku bukan penjilat penguasa
Aku punya kaki tangan kaki pikiran dan mata
Melihat dan memandang dari segala yang tak terbaca
Aku pengagum rahasia yang hidup dalam marjinalisasi penguasa

Nasibbbbb
Murammm

Imaji terkungkung dalam majazi
Jiwa merdeka terlindas ludes oleh meriam priyai
Rakyat kecil kini tak ada lagi yang mau peduli
Kami datang membaskan tirani dengan teriakan revolusi

Terbangun dari mimpi sempurna
Berjalan dalam impian yang tertata
Meraih makrifat cita-cita bangsa
Membuktikan pada dunia
Ekspresi nyata untuk segalanya
Konsolidasi parlement jalan-jalanan
Mimbar bebas simpang kiri jalan

Kita adalah generasi pembawa perubahan
Berkarya nyata untuk bangsa tercinta
Untuk kemajuan bangsa dan negara
Wirausaha awal kehidupan sejahtera
Untuk kemajuan bangsa dan tanah air tercinta

Kita bisa
Kita mampu
Hancurkan tirani
Tanam modal sendiri
Produksi sendiri
Berdikari

Mari
Kembali
Sekali lagi lihatlah
Akan aku tunjukkan pada dunia
Bangsa Indonesia adalah macan asia
Akan tetap terpandang dalam semua karya
Sejarah dan sastra adalah seni budaya
 Wibawa bangsa cerminan dunia
Tundukan semesta
Pertiwi
Suri

Gie
07 Maret 2019
Pena langit di kota tepian air