Sorot Mata Yang Memuakkan

foto : ilustrasi puisi
Sekejam inikah hidup
Setiap mata yang tertatap Adalah luka yang menyayat
Membubuhi kenikmatan dengan kesakitan
Kesaktian yang mencabik
Dari sorot mata yang memuakkan

Lesung pipi yang memberi racun
Senyum sumringah yang membabat logika
Kemenangan yang kau dapat
Kebohongan di ujung gincu yang kau tawari dalam bait-bait setan

Hari demi hari terlewati dalam alunan merdunya suara
Auman yang membangunkan tidur dari lelap yang menjumpai mimpi indah
Tiap setiap bisikan ruh adalah nikmatnya hari
Entah dengan apa harus melewatkan waktu

Ahhhhhhhh
Iblis betinaku
Kau pembual yang menyesatkan
Benci...!!!!!!!
Gie
06 Oktober 2019
^Kopi_kenangan

Pena Langit Dalam Intuisi Puisi

Pena langit saat tampil bersama peserta juara satu sampela mbojo Mone. (Teguh Setiawan)
Semua dialektika selalu punya asas
Realis didalam rasio cara pandang
Mengajak menyusuri langit akan terbawa
Bersama Pena Langit dalam intuisi puisi

Keberadaan kini di pertanyakan
Luapan emosi kembali bergejolak
Persoalan Negara syarat perdebatan
Laungkan kekecewaan pada adab kepemimpinan

Instrumen pikiran kembali bermain
Mengacak sejarah yang tertanam dalam memori
Luapan-luapan aksa kembali terangkai dalam media
Syarat menjadi pribadi di intervensi oleh kepicikan berdialektika

Dada-dada di busungkan dalam syarat mencari nama
Siapa yang berdalih menang dia yang pegang liang
Kuburan masal pelacur-pelacur intelektual
Syarat menggurui menjadi yang besar
Hadirkan wacana tanpa solusi
Niscaya kau jadi pejuang tanpa implementasi
Sajak Gie
25 September 2019
^Kopi_kenangan

Berteriak Di Simpang Kiri Jalan

l
Memar mata saat melihat
Mulut terbungkam dalam semat
Sejarah-sejarah tercurah pekat
Tebalkan aksara sebagi penebal muka

Intruksi tanpa komunikasi
Sk-sk terlahir dalam narasi tanpa tuan
Sang tuan malas memelas asih
Lantas pada siapa tinta pertanggungjawaban
Jika yang punya nama tak mengakui keberadaannya

Kita berteriak di simpang kiri jalan
Perbaiki struktural juga sistem pemerintahan
Namun dalam tubuh masih menyimpan ribuan racun
Racun yang paling mematikan adalah lahirnya ketidak-percayaan dalam tubuh sendiri

Hmmmmmm
Sampaikan saja salam hormat
Kita bukan orang yang berambisi menuju midas
Sebab luka kawan-kawan masih terawat
Syarat perjuangan dengan ikhlas
Ginanjar Gie
13 Oktober 2019
^Kopi_kenangan

Suara Orasi Kini di Anggap Najis

foto : ilustrasi
Realistismu kini semakin sinis
Menebas membabat bebas
Apatismu menggorok sadis
Kaum borjuis menjelma sebagai pengemis
Menanam bibit-bibit komunis

Demokrasi sebagai topeng kapitalis
Nasionalis terkikis menipis
Menggoyahkan menara yakinku yang miris
Hingga tercipta bait-bait puitis
Yang akan menggubris generasi milenealis
Pembungkam intelektual era modernis

Suara orasi kini di anggap najis
Perkumpulan hanya menambah jumlah basis
Di kebiri dalam tatanan lalu di tiris
Generasi di hegemoni dengan kata narsis
Hingga demokrasi berujung orasi wacana revormis

Negeri dunia mistis
Misteri gunung berapi menjelma pembunuhan misterius
Pengalihan isu hingga pada penutupan kasus
Ironi negeri mengalahkan rumit rumus kalkulus

Widji tukul dan munir kini menjadi simbol pembungkaman kebenaran
Generasi tak lagi berbicara keadilan
Sebab simbol telah terbungkam dengan nilai ketenaran
Kasihan
Gie
19 September 2019

Kiri Jangan Di Anggap Komunis

foto ; sang penyair
Hendakkah kau paham apa yang ada disana
Disudut jendela semesta tersimpan keris
Disudut kitab-kitab kiri ada jalan menuju revolusi
Disudut kitab-kitab kanan terpendam janji surga

Ya.....
Sudut Buku yang tengah ku baca
Sejarah tergores tangan-tangan penguasa
Hegemoni tercipta oleh rezim pencitraan
Kalau-kalau di tanya apa capaian dalam kepemimpinan

Lihat saja pinggiran buku
Ia adalah jendela dunia
Pembungkam pikiran liar manusia
Membunuh nalar liar dalam melunasi hutang
Jauhi kiri sebab syarat komunis
Dekati Kanan sebab Surga tengah menanti

Persilatan penjilat adalah mainan elit
Boneka tinggal ikan menjadi pembunuhan masal
Hegemoni kekuasaan semakin leluasa
Hegel telah mati di sudut buku pinggiran kali kalong

Sudah
Sudahi
Ini hanyalah syarat aturan
Aamiini saja
Sebab jangan sampai kita membuat satu gerakan yang membuat instabilitas negara
Ucap mereka di atas kursi panas.
Ginanjar Gie
18 Oktober 2019
^Kopi_kenangan