Kenalan Di Dunia Ghoib

Foto : ilustrasi puisi
Dalam malam yang gelap, kulewati hutan-hutan kota yang telah tersulap menjadi tempat muda-mudi bermadu kasih.
Ku temui seorang gadis yang memanggilku dengan siulan mesra di balik batang pohon lebat, sedang aku adalah pemyda kolot yang baru saja pindah ke kota.
Aku mendekati arah gadis yang bersiul dengan mesra, bersama keberanian yang terkumpul sedari tadi dengan rasa gemetar ku selami tangannya, dengan wajag yang di pasang se so sweet mungkin.
"Ujang" ucapku sambil menyodorkan tangan kepada gadis tersebut.
sang gadis menjaeab dengan suara yang seakan mendesah
"Laras"
Percakapan dimulai, dari sabang sampai merauke habis sudah di bahas, lalu kami terdiam karena telag kehabisan kalimat untuk di bicarakan.
Si laras kbali membuka suara dengan nada yang sedikit dipadukan seperti para penyanyi Jazz
"Ujang nama panjangnya apa"
Dengan sedikit tersipu coba ku rangakai maksud pertanyan, yang kemudian ku tepis dengan mimik muka yang mengajak untuk bercanda.
"Bujangan ras" jawabku
Laras tak mau kalah, rupanya ia lagi sensitive, tanggapannya sangat menakutkan hingga bulu kuduk mulai berdiri.
Ia tak segan membuka sabuknya sambil memasang muka garang yang seajan melahap, kemudian berkata.
"Laras panjang" Sambil memperlihatkan senjatanya di balik selangkangan.
Perasaan takut yang tak terduga menyerang diriku, keringat dingin berkucuran di malam dingin membasahi bajuku. Dengan seribu alasan tanpa pikir panjang yang melebihi laras panjang mengambi langkah lalu berlari.
Laras tak mau kalah, ia mengejarku dengan senjata yang tak kembali di masukan dalan sarung, lalu berteriak "jangan lari" sambil mengejarku dan terus mengejar.
Aku kelelahan, tak ada tenaga, tak ada ide, dalam situasi gawat darurat bahkan melebihi tanda plus yang ada di atas ruang operasi.
Laras masih berteriak sambil mengejar dari belakang, sedang aku telah masuk kedalam semak-semak berduri guys.
Malam gelap yang hanya di tertawakan oleh bintang, si laras yang tengah mengejar dan terys mengejar berada di belakangku, aku terus berlari, di tengah nafas yang tersengal-sengal, konsentrasi rada buyar, aku berlari dengan kecepatan tinggi hingga membawa aku pada jurang kematian.
Aku terjatuh dan berteriak minta tolong dengan suara yang lantang. Kemudian aku terbangun dengan suara yang masih tergaung dalam ingatan juga gerakan mulut.
06 September 2019
Ginanjar_Gie
^Kopi_kenangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk