LINGKARAN TAKDIR TAK LAGI BERSAHABAT

Foto : ilustrasi puisi
Lelah melepuh membakar pacak
Hingga melebur menjadi si idiot buta
Membawa hati dalam nelangsa yang tak berujung
Hingga waktu inginku sumpal dalam kutukan
Menyekap dalam hitamnya lumpur kenistaan

Kian detak nisbih dalam majazi cita
Membungkam ambisi seirama gloming sunday
Mendentingkan instrumental pembunuh berwajah sufi
Yang menyamar dalam putih tak berparas
Haaaaaaaaaaaaa
Muak

Dekap lara begitu sempurna
Menjajal mimpi-mimpi yang kini lagi tak bertuan
Ah.....silau
Tak dapat lagi ku lihat cahaya dari bayangan ini
Hingga menghapus suka kian menertawakan
Tertawanlah ambisi

Begitu hitam takdir
Menjajahi tiap patah pikiran melampau
Hingga terpuruk kembali dalam kebimbangan
Menjemukkan
Memuakkan
Jengkel...!!!!!!
24 Maret 2020
^Kopi_kenangan
Ginanjar Gie
Pena langit di Bumi sanggili nggoi

RINTIHAN PARA JOMBLO

Foto : ilustrasi puisi
Lalu lalang begitu ramai
Namun tetap saja begitu sunyi
Rintih merintih dalam kolosal rasa
Hendak kemana rindu tertuju

Lihat disana orang-orang ramai berbicara
Malam minggu malam panjang buat anak muda
Nun disini dirundung kepiluan
Berilusi dalam diam terbungkam oleh keadaan

Kontras bisu

Hentak tersentak oleh waktu
Kapan lembaran kisah ini usai
Dalam hati tetap berambisi
Namun luapan hati tak punya tempat untuk menuju

Hah....
Rintihan para jomblo
Ingin pergi ke penjuru semesta
Bertemu bidadari yang hendak mencari ikhwan
Namun harap hanyalah asa yang tak pernah bersua

Pikir terpikir untuk mencintai
Namun hati belum jua menemukan sang putri
Peneduh hati penenang jiwa
Dalam album penyatuan cinta

Ah
Hayal
Kau tak jua mau pergi
Tetap saja menuntunku untuk tetap berimaji
Meretas dinding-dinding kesunyian kamar kos
Ginanjar Gie
19 Oktober 2019
^Kopi_kenangan

Wahai Yang Telah Menggetarkan Hati

Foto : ilustrasi Puisi
Wahai Sang Surya
Aku kini tersayat luka
Luka lebam tanpa obat
Sebab tatapannya adalah air mataku yang tak mampu tersekat

Wahai cahaya yang mengutuk dingin
Peluklah jiwaku pada satu kolosal
Sebab siang adalah kehangatan
Dan malam adalah kedinginan dalam kebencian

Wahai sang rembulan
Cukupkah keaangkuhanmu menghiasi malam
Sementara di sini
Jiwa merinding dalam pekat

Cukuplah bintang gemintang yang menemanimu
Menghampirimu dalam kemegahan semesta
Sementara kesunyian disini menyatu di tubuhku
Membelai ubun terkungkung dalam nestapa yang tak berkesudahan

Wahai rembulan sang malam
Cukuplah indahmu yang di nikmati segala semesta
Sementara jangan tenggelamkan wajahnya di pikiranku
Sebab jika ia tiada maka tak ada lagi alasanku untuk hidup dan melanjutkan hidup

Wahai yang telah menggetarkan jiwa
Tolong dengarlah pendengaranmu yang tuli
Atas langit yang kau teduhi
Adalah segala Doaku yang ter-rapal untuk memeluk dan mengasihimu dengan segala cinta
Gie
19 Maret 2020
^Kopi_kenangan

Reboisasi Adalah Cita-cita Bersama

Foto : ilustrasi puisi
Akan aku pungut bunga di persimpangan jalan
Ku semai dengan kasih
Ku pupuk dengan kenangan
Ku berikan kehidupan yang akan membuahi pepohonan

Yang terkasih telah berucap
Pepohonan hendaklah lestari
Tanpa buah ia adalah ketiadaan fungsi
Lanjutkan oksigen yang di hirup dengan campuran opium
Tugas fotosintesis telah usai
Luapkan saja segalanya dengan cinta

Siramilah
Air itu adalah rahmat
Maka rawatlah sebagai penulak balak bencana
Sebab reboisasi adalah cita-cita bersama
Agar tercipta alam yang damai
Tanpa panas tanpa dingin
Tanpa penebangan liar nya hasrat nafsu setan
Para manusia yang hanya mementingkan kantong dan saku pribadi

Lihatlah dengan seksama
Hutan-hutan adalah jantung kehidupan
Sementara jantungmu menghirup asap-asap polusi mesin-mesin ulah manusia

Jangan buta
Lihatlah bunga di tumpukan sampah
Bunga di pinggir jalan sedang membutuhkan air kehidupan
Maka laksanakan program Tuhan
Sayangi mahkluk niscaya alam akan memberimu ketenangan dan semesta akan memberimu kebahagian
Yakinlah.
Ginanjar gie
06 Oktober 2019
^Kopi_kenangan

Berharap Hadirmu Dalam Tiap Istikharahku

Foto : ilustrasi puisi
Ada cerita disini
Disisi sunyi tempat hamparan sajadah merapal Doa
Dalam kholbu para pecinta 1/3 malam
Semoga teraksa semua asa

Dalam munajat suci yang ter-ingin
Dalam balutan sukma yang tengah terengah
Berkelana ke penjuru antero
Berkawan bintang sang pecinta terdiam diatas hamparan sajadah

Pada satu waktu dimana indah masih-lah belia untuk sebuah hubungan
Kau dan aku hilang dalam kabar
Kau kemana?
Aku dimana?

Kenang
Kini ku bersandar pada satu
Meramu kalimat-kalimat suci pada tiap putaran butir tasbih
Bulan bintang turut jua berdzikir di kedipannya
Teriring doa dalam hitamnya lilin
Terucap jelas kian bergema
Berharap hadirmu dalam tiap rukuk istikharahku

Bahwa kita tak akan sampai tanpa peduli pada masa lalu
Bahwa kita tak akan lagi berpaut jika masih saling menjauh
Bahwa kita akan tetap terkungkung dalam nestapa
Jika satu kata kenangan kau buang percuma dan tak berusaha untuk mengingat dan saling ingin kembali menyumbuinya
03:21
18 Maret 2020
Ginanjar Gie
Pena langit di Bumi sanggili nggoi
^Kopi_kenangan