NARASI BUTA

Ilustrasi puisi
Narasi rindu yang ku untai di awal hari
Merasuk embun di telinga sang alam
Hingga lahirkan intuisi kepekaan pada luka sejarah
Lahirlah sang jalang jalan di mulut pengutuk nostalgia
Yang memberi harapan hampa pada sosok yang masih percaya akan sebuah rasa suci pada nurani

Narasi itu adalah bubuk mesiu
Pembunuh saat ia bertemu dengan suatu gesekan
Berseteru satu dengan lain demi sebuah ego
Hingga jalan pikiran yang satu terbelah pecah berkeping entah seluluh lantak apa
Haus melanda
Kerontang di pelihara
Sang alam bercerita tentang dunia dan penghuni yang rakus akan kemenangan diri
Hingga tak lagi ada nilai yang murni
Bahkan emas kini sudah menjadi barang dagangan penjual asongan
Karena gejolak liar setiap pemikiran yang di pelihara oleh tiap anak manusia

Narasi rindu itu adalah kegoblokan pada diri
Memahami diri ranpa ada pemaknaan diri
Maka filsafat kini bernilai buta
Rindu adalah hampa yang tak berongga
Hingga lahirkan sebuah polemik luka tanpa sayatan
Di neraka bahkan di surga
Itulah luka tanpa
Semu semua
Tanpa makna semua bersuara
Tanpa ilmu ia menjelma sebagai filsuf
Lalu hilang tanpa jejak
Namun suara sucinya masih abadi
Hingga munculkan gejolak pada tunas yang baru lahir

Ah narasi itu kemudian hilang tanpa arti
Sedikitpun tak ounya makna
Teologi dan epistemologi masih di jajal oleh pikiran-pikiran
Lalu menggugurkan nilai pada harafiahnya yang telah bermuara dengan esensi murni

Narasi rindu yang buta
Bahkan semua masih tetap saja kalah padanya
Meski dusta membubuhi tiap perjalanannya
Masih ada kata maaf yang masih terselip di sela-sela luka yang di sayat
Itulah buta yang membunuh
Buta rindu
Rindu buta
Yang di nikmati oleh insan
Yang di abadikan oleh anak manusia
Yang di tiduri oleh jiwa murni para pendamba
Yang di lakoni oleh para penyair
Buta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk