ANALISIS TENTANG KESADARAN POLITIK MASYARAKAT BIMA

Di kabupaten dan kota bima hanya 30-40 % masyarakat yg mengerti politik, sisanya adalah masyarakat awam yang masih menggunakan akal sehatnya pada "bonto ra bolo". Mereka percaya bahwa IDP bukan lagi "Indah Damayanti Putry" melainkan ini adalah kode Alam yang memberikan kita pada satu pembacaan yang rasional bahwa IDP adalah "Indikasi Dua Periode", maka bukan hal yg tidak wajar jika figure lawan belum juga kentara dan tak sepadan dalam hal basis suara-suara di wilayahnya, maka jangan heran dinasti akan kembali duduk di atas singgasana meski tanpa wakil ataupun wali.
Namun tidak lupa juga kita membuka ruang pada satu pembacaan peta yang terjadi saat pemilihan walkot-wakwalkot kemarin bahwa semua itu bisa di tumbangkan jika kita benar-benar andil dalam menumbangkan politik dinasti yang sudah mendarah daging di Kabupaten dan Kota Bima.
"Dua Dinasti mampu di runtuhkan kan oleh Satu Komunitas) slogan yang selalu di bisikkan di tiap warung-warung dan Kedai kopi tersebut akankan terulang di kontes pilkada yang akan datang ataukah dinasti akan kembali menduduki singgah sana kerajaan dalam Negara demokrasi.
Wacana-wacana tersebut di atas merupakan sesuatu yang harus kita gunakan untuk menjadi peta dalam membaca kondisi dan stratagi yang di mainkan dalam laga politik di Tahun 2020 yang akan datang, supaya dalam memberikan hak suara rakyat tidak di berikan atas nama perbudakan tapi dengan satu alasan logis yang hingga tidak terjadi penyimpangan dan multitafsir antara "PARIS" ataukah "LARIS".
#Hati-hat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk