KETIKA SEPOTONG CHAT TAK LAGI BERMAKNA



Foto : potongan chatingan


Kemarin kita sibuk berbicara tentang rindu
Mengabarkan bahkan hal sekelumit pun
Bercerita tentang mimpi-mimpi surga
Yang akan kita raih di kala hati berpaut dalam satu ikatan
Potongan chat

Sekarang kita sibuk mencari cara untuk saling melupakan
Seakan akan ada piala dari kejuaraan perlombaan ini
Berlomba-lomba menghapus semua kenangan
Yang kita urai di tiap lembaran chatingan pendek
Potongan chat

Haha
Aku memang bodoh
Sampai sekarang potongan sms mu pun masih saja ku lihat
Bahkan tawa wkwkwkwkwk mu begitu nikmat ku baca
Setelahmu hilang dari kabarmu
Kabarku apa lagi
Potongan chat

ketika sepotong chat tak lagi bermakna
Dalam mencari kabar pun jua rautmu
Yang kau selipkan di galeri hidupku
Bersama pagi kau kirim kopi dari cintamu
Hingga ampasnya pun aku teguk
Potongan chat

Sekarang
Kau sibuk bukan?
Sibuk yang entah apa kau sibuki
Melupakanku yang entahlah
Aku muak
Potongan chat

KAU JAHAT MALAM INI

Foto : ilustrasi puisi

Harapanku telah hambar
Saat suara mu mulai parau
Saat kau mengucap tidak untuk malam ini
Untuk sebuah cumbuan puing kata dari dasar hatimu
Yang tak jua kau mau berbunyi
Atas desakan dari rohku yang rindu rentetan baitnya

Kau jahat malam ini sayang
Kau tak lagi mendengar ucapku
Apalagi harapku
Kau bungkam dari kata-katamu
Kau racuni jiwaku yang gundul dalam tafsiran
Kau hiasi semua dengan kesemuan
Sedang kau adalah pendesain huruf

Apakah kau sudah lelah dalam merangkai kata untukku?
Hingga kau selipkan sebuah kata tak mampu
Untukku
Untuk permintaanku
Satu bait kata rindu di ujung puisi
Untukmu
Untukku
Untuk kita
Yang sedang di landa rindu oleh kata-kata hampa di ujung malam

ELEGI KIDUNG PERINDU

Foto : ilustrasi puisi
Sumber gambar : kompasiana
Rindu menghadirkan elegi
Bersiul bernyanyi bahkan dalam kamar mandi
Meratapi juga bukan
Karena imbas rindu adalah senandung tanpa paksa

Saat senja pulang pun ia berhasrat
Merajut menyatu bagai kain sutera
Membungkus sepi kemudian pulang
Membawa kembali pada sang raja yang kerontang

Masih pada senja
Mata enggan terpejam memukau menanti hitam
Sebelum jingga benar hilang dari pelataran
Memetik senar dari dawai yang kini telah berkarat

Bernyanyi
Mengalunkan lagi lagu kenangan
Tepi pantai perjanjian tuk pulang
Merekatkan kembali syair-syair yang berserakan

Lagu rindu untuk kidung perindu
Yang terucap saat layar hadirkan kata
Bersama mikrofon pun jua speacker
Bersama kita alunkan lagu sendu
Karenamu akan pulang
Karenamu akan kembali
Karenamu akan hilang
Pergi keseberang pulau tempat menjajal ilmu

Di tepi pantai aku menunggumu
Bersama toga engkau kembali
Menemuiku
Menemui walimu
Ikrarku akan terucap
Pasti

MESIU CINTAMU

Potongan puisi
Beri aku kata rindumu
Sebab kau harus mempertanggungjawabkan ini
Sebuah rasa yang telah kau pupuk bersama syairmu

Kau harus menjadi laskar dalam geriliamu
Kau mengajakku perang tanpa koloni
Di saat peperangan tanpa kolonial yang menjajah
Namun kau datang menawarkanku perang ketiga
Melawan segala penjajahan hati yang oleh aksara-aksara saktimu

Karena rindu ini ialah seumpama gas fasfor israel
Meracuni setiap yang menghirup racunnya
Membawanya kepada kedamaian abadi
Di dalam alam mati sepi tanpa pelita
Selaksa kubur terkubur dalam kuburan

Datanglah sayang
Sebagai pahlawan meskipun siang
Sebab pertahananku semakin lemah dalam melawan mesiu cintamu
Yang menghacurkan semesta berpikirku

Aku tak lagi mengerti taktik apalagi strategis
Sebab semua blokade yang ku kuasai
Telah kau hancurkan bersama lemparan torpedo rindumu

Aku hancur
Berkeping-keping dalam menjamu peperangan ini
Kau menang
Tapi bantu juga aku memapah kawan-kawan aksaku
Agar aku mampu mempertahankan sebagian dari warasku
Yang hendak pergi dari akal jernihku

Tolonglah
Aku di kuasai oleh jajahanmu
Pertahananku telah hancur
Kau yang melakukannya
Kau harus bantu memapahku
Melewati ini demi sebuah cita-cita kemerdekaan cintaku
Sekali lagi tolonglah

LDR "Kekasih Dalam Puisi"

Foto : ilustrasi puisi
Sumber gambar : comece

Kekasih dalam puisi yang memenjarakan
Pembual tanpa raut
Menghisap darah dalam kenangang
Hingga laut tanpa pantai kembali menjajah

Ia kembali merajuk
Merajutpun enggan
Kau kekasihku
Kekasih hayal dalam bait-bait akasara
Yang tertuang melalui imajinasi
Hingga keberadaannya tergambar hanya lewat ilusi

Kau hantu?
Bukan...!!!
Kau hanya tak pernah kulihat dalam nyata
Sebab kehadiranmu adalah mimpi dalam sadar

LDR?
Lalui duka romansa
Menggapai cinta dalam alam yang tak pernah di lihat
Menyambut cinta dalam maya khayal yang hitam
Menyambutnya indah
Namun cinta yang semu siap memenjara
Karena jarak waktu adalah ujian dalam harapan
Sebab cintaimu adalah benar
Namun kau tak pernah bersua dengan ku dalam nyata

Kau lukaku
Sebab sesuntuk malam tanpa hingar bingar
Begitulah rasaku padamu
Kau memenjaraku tanpa rautmu yang bisa ku jumpai
Dalam hayal
Dalam nyata
Kau tak bergeming dari cadar pembungkusmu
Hingga diriku lelah dalam memujamu
Tanpa raut
Tanpa senyum
Aku mengagumi hanya lewat aksara yang kau tuangkan
Di bait puisimu
Kau kekasih puisiku