INTUISI MENDEKAM DALAM PETI MATI

Foto : ilustrasi puisi
Budak sajak melahirkan puisi aneh
Tak bersuara namun ia terbaca
Terdengar dari telinga yang tuli
Ia terbesit dari dalam ragam kholbu sang pemilik pena

Pecinta budak memaknai segala yang tertuang

Ingin

Meramu dalam bualan imaji yang telah mati
Hingga terlahir ribuan makna
Makna mereka tidak jua sama dengan mu atau diriku

Pembeda

Segala intuisi
mendekam dalam peti mati
Berharap sang Amor datang menjemput mimpi
Agar tercipta ketenangan di hati

Semoga
Harapku
Harpa kembali mengalun sendu
Dalam setiap telinga anak adam
Pasti



DARI KELAM MENUJU KALAM

Foto : Ilustrasi puisi
oleh ; Sri
Aku ingin berada dalam keramaian
Lalu lalang begitu ramai namun tetap sunyi
Mereka berkata-kata pada satu dinding
Di langit ada sebuah surga yang tengah menanti

Kebisingan tak mampu mengendali
Fokusku dalam sunyi senyap
Mereka semua orang lain yang tak dapat masuk
Pintu terkunci dalam satu pacak yang tak ternilai

Lazuardi
Langit tinggi
Kemana aku harus pergi
Sunyi mencekam berdiam diri
Kenapa tak enyah lalu mati

Dalam tepi nian malam
Berhamburku dalam kalam
Melantunkan senandung salam
Agar jiwa kembali tentram

Dalam malam
Dari Kelam menuju kalam
Tanpa bulan bintang
berkaca ku dalam hening
Gie
06 Juli 2018
Pena langit di ujung Timur Bima

KICAUAN PAGI SI KUTILANG

Foto : penulis bersama si kutilang
Kicauannya menenangkan jiwa
Saat pagi menyamput mentari
Saat mentari mengusir embun
Dendangannya meengusir segala pelik yang ada di pikiran

Saat naskah-naskah terdusun dengan rapi di dalam kertas
Menuai kembali segala mitologi
Yang tersirat kini mulai tersurat
Kita berada di dalam pekan revolusi 4.0
Kita generasi yang membangun peradaban

Literatur tertata menuju puncak kesuksesan
Dengan iringan kicauan si kutilang
Kita menuju satu titik yang sama
Sama-sama bahagia dalam pencapaian
Menuju Tuhan Pun menuju peradaban yang hakiki

Cerminan mahdi telah ada
Hadir di tiap kepala para pemburu surga
Semoga kita adalah jelmaaannya
Terbesit di tiap dada anak adam
Mencari menuju ruang hampa dalam diri
Dimana kita menjadi sesuatu yang menempati tanpa tempat
Pencapaian Makrifat sejati
Hakiki

DIPERKOSA DI ATAS SECANGKIR KOPI

Foto: sang penyair
Aku tengah melihat puan di perkosa
Di atas secangkir kopi sang adam berintuisi
Kata-kata gibrani tengah di lafazkan
Hendak membual dalam-dalam dalam lagu

Lagu cinta tengah terlantun
Berlalu lalang puan di tepi trotoar
Sang gibrani mulai menelanjangi
Puan berdiri tanpa busana di atas mimbar suci

Mimbar suci adalah lingkaran indah
Bola mata instrument yang baik dalam menatap
Menelanjangi semua busana di dalam pikiran
Hingga teraksa semua lentera
Pembuka tabir dalam diri yang tertabir hijab

Sesuatu telah terjadi
Desahan dan ereksi berlangsung dalam cangkir kopi
Ahhhh
Indah dan liar pikiran picik
Sangat di sayangkan..!!!

Puan telah di perkosa
Di telanjangi di atas secangkir kopi
Di atas meja para lelaki liar berimajinasi
Bersama asap ngebul yang di tiup dalam rongga hidung
Kini tertawa terbahak membahana

Membahana
Kelakar masih di dengungkan
Tiap setiap puan berlalu lalang
Imajinasi liar lelaki mulai menrlanjangi
Imajinasi merasuk merobek perawan
Dalam pikiran ia terenggut
Gie
10 September 2018
Pena langit di tanah kelahiran.

TERKIKISNYA KAUM INTELEKTUAL

Foto : penulis puisi
Degradasi intelektual tengah melanda semesta
Kemana nilai kemarin yang tengah dijual
Hilang sudah fatwa suci
Pudar dalam warna mati

Coba terbangun
Namun kini telah pergi
Tertinggal jauh dalam malam
Melintang satu kilatan giting

Aduhku aduhai
Kini.....!!!!!
Langitku menua
Di sudut dua belas terselip doa
Terijabah niat dalam waktu dekat
Yakin pada kala perjanjian terikrar sebelum penyatuan
Gie