Tunangan Hari Raya


Foto:ilustrasi
Dalam rangkaian kata yang tengah bersenandung
Mencari pada setiap aksara yang di laungkan
Apakah ada secercah harap yang terselip
Ataukah hanyalah bualan ilusi yang menghambakan kehampaan
Semua lekuk terurai di atas kertas
Diatas arasy berkumandang ingin menjumpai
Namun satu yang belum tersampai
Cinta di ujung pena dengan ujung kebahagian abadi
Semoga harapan adalah doa
Di setiap lafaznya di Aamiinkan oleh sepasang malaikat
Yang menaungi Amor di tiap kholbu manusia
Inginkan cinta
Inginkan bahagia
Inginkan kesejahteraan dalam kehidupan
Itulah senandung setiap jiwa
Memikirkan masa depan untuk satu yang terharap dan diharap
Agar menyatu dalam kepastian
Sakinah mawadah warahman
#harapan_semua_anak_manusia
^Kopi_kenangan
Ginanjar Gie

Indonesia Terserah, NTB Lelah, Bima Mewabah

Foto : ilustrasi puisi
Tertumbuh jurang jalang pada seorang pejuang
Meretas idealis garang menuju midas nasib malang
Berpaut asa di ujung dua mata pedang
Hempaskan nafas terakhir dalam iringan suling
Bersenandung buluh perindu sang petualang
Merobohkan niat-niat kebebasan orang-orang

Kemana lagi kita berpacu melodi
Jika semua sudah terikat dan di ikat
Dalil demokrasi sudah di kebiri
Patuhi saja undang-undang yang melekat
Karena kuasa adalah batasan bagi semua suara
Dimana-dimana telah berlaku hukum rimba
Lalu moncong senjata telah menjadi barikade terdepan untuk membunuh rakyat sendiri
Menjelmalah tirani
Kembali ke orba atau revolusi
Pertanyaan itu tersendak disisi kiri jalan
Bersama merah putih yang kini terkulai layu
Jiwa Generasi muda berucap dalam diam :
Indonesia terserah
NTB Lelah
Bima mewabah

Sajak Sang Pejuang

Foto : ilustrasi puisi
Pasir-pasir berbisik dalam gombalan gerombolan ombak
Merayu aksara gurau untuk bercanda riak
Dengan desiran alunan serunai alam gelap
Menanti bianglala 'Tuk menemani penat yang ingin terlelap

Samudera terhanyut legam
Bersama bisikan do'a para penyelam
Berucap selaksa untain-untaian kalam
Menanti rejeki ditengah hitamnya malam

Ayat-ayat menjala karang
Mengajak ingin untuk segera menggalang
Segala rezeki di pintu tanpa palang
Turutkan rejeki-rejeki itu laksana kapal kilang
Agar tercapai cinta pelepas dahaga
Istri-istri tercinta yang tengah menanti bahagia
Dengan baju baru hadiah dari lelaki tangguhnya.

Sajak Hegemoni Penguasa Semesta

Foto : ilustrasi puisi
Iblis...!!!
Ucap sang bapak bak pendeta membaptis
Mengutuk anak manusia dengan sadis
Seumpama diri adalah jesus

Mendogma bengis
Mengoyak hak-hak politis
Membunuh suara-suara Aktivis
Mengedepankan kepentingan ophortunis

Coba lihat kembali
Tengoklah kitab-kitab suci
Itu adalah fatwa ilahi
Untuk mengingatkan untuk menjaga hati

Perjanjian lama membuka tabir
Perjanjian baru menutup takbir
Sama-sama wahyu tuk tuntunan takdir
Namun semua tertutup kepentingan sang pandir

Sekarang telah hilang
Masing-masing cari sendiri senang
Mau terbang atau berenang
Silakan bukan urusan orang

Tapi tuan memaki puan
Pun puan menggosok tuan
Rohingya masih ditelan pilu
Apa tuan dan puan mengharu biru?

Bukankah islam, kristen bahkan yahudi adalah Agama wahyu Tuhan?
Lantas apa yang kita perjuangan demi Tuhan?
Tak bisakah kita hidup saling menyayangi demi Tuhan
Sebab firman Tuhan dalam tiap agama selalu kedepankan kasih sayang demi Tuhan.!!!

Apa bedanya kita dengan gama-gama?
Pemikir radikalisme yang mencoba membunuh Tuhan?
Sementara kita membunuh makhluk Tuhan
Palestina masih perjuangkan wilayah demi Kemerdekaan yang di janjikan oleh Tuhan pun tuan.

Haruskah lagi sang iblis
Yang kini difitnah dengan sadis
Sementara kita adalah skenarioris
Dalam album pembataian para gadis-gadis

Apa sebenarnya yang kita cari?
Kebenaran itu ada tiap agama (bagi agama masing-masing)
Pembenaran itu ada di tiap kepala politisi
Sebenarnya ada di tiap wahyu
Mengapa jua kita tetap jua ingin menggunjing agama yang satu demi kebenaran agama kita.

Apa sebenarnya kita?
Makhluk agama ataukah makhluk Tuhan?
Kenapa kita memfonis manusia macan Tuhan
Apakah kita panitia Tuhan?

Mengapa kita
Adakah yang diperebutkan hingga virus di pelihara
Diskenariosisasi dengan dogma saling menjaga
Ujung-ujung minerba melampaui kenikmatan bersanggama bagi para kapitalis di ruang prostitusi

Ah..... Bukankah kita sama-sama iblis?
Kenapa tuan memilih untuk tetap narsis
Sementara dalam jiwa tuan mengalir jiwa borjuis
Yang di tambal oleh darah kapitalis
Hingga lahir banyak asumsi bahwa Tuan punya Gen komunis

Tuan
Sebenarnya tidak ada peperangan
Tidak ada kejahatan
Tidak perdebatan
Kita sama-sama sudah punya wilayah
Apalagi aqidah
Tolong tuan
Jangan siksa rakyat demi kepentingan kalian
Jangan siksa manusia demi kepentingan Keserakahan
Jangan siksa hamba demi kepentingan Tuhan
Sebab Tuhan telah berpesan bahwa sayangi hambaku niscaya akan kusayangi hambaku yang menyayangi hambaku

Menelanjangi Surga

Ilustrasi puisi


Aku yang begitu lama menanti suara surga
Mendamba pengharapan sampai pada tujuan
Namun hanya aku
Kau
Tidak juga

Waktu menelanjangi segala keyakinan
Jiwa kini hendak ditidurkan dalam pembaringanan abadi
Kau
Tidak juga memahami

Jika tidak pada syahdu lafaz indah mu
Adakah guratan aksara mati yang hendak kau sampaikan pada buta ku
Dalam aksara-aksara hampa yang tengah ku nikmati

Agar aku paham dan setidaknya melihat
Di mana
Ada suara suurga yang tak sanggup di ucap bibir manis mu

Aku terbiar berdiri sendiri pada jalan berkabut bayang mu
Aku terbiar untuk memahami bahwa aksara ku hanya harapan hampa
Torehan rasa dan tintaku hanya untaian aksara basi
Buta.
Dan mati.
^Kopi_kenangan