Do'a Sang Pelacur



Ada doa di balik megah dan tingginya gedung prostitusi
Ingin bebas dari belenggu neraka
Doa yang tak sempat terikrar
Ia terpendam nun jauh dalam kholbu
Hendak apa kemana ia merebah
Dosa tertelan di atas ranjang empuk

Ada doa di balik jeruji
Seorang pecandu terpenjara karena membunuh diri
Membunuh generasi dari dalih mereka
Sedang di dalam megahnya kantor birokrasi
Tangan besi siap membunuh seluruh hak rakyat

Ada doa di balik gubuk peot di pematang sawah
Seorang lelaki buta terkantuk menunggu istri
Di sana-sini tak ada cahaya
Ia melamun meratap diri
Doa terkabul mata tak mungkin bisa lagi
Melihat apa lagi

Ada doa di pinggir trotoar
Sang penyair jalanan yang sedang membaca
Suara semesta tengah berbisik
Lihai pada dunia
Hilanglah adab pun etika jua estetika
Terlindes peradaban produk milenial
Terlahir dari rahim kapitalis
Generasi tanpa produksi inovasi
Terbunuh dengan keji di atas meja warung internet

Ada doa di balik puisi
Semoga kau berkata dan berteriak sepertiku
Disini sana
Kita terbitkan fajar kebenaran di bumi mbari
Kita hidupkan peradaban di tanah sanggili
Mari berjanji

Dana ma mbora
Dana ma mbari
Kerajaan yang hilang di tanah Bima
Adalah simbolis dunia peradaban mulai
Kembali di rajut untuk sebuah reinance ketiga
Benahilah
Beranilah

Bersama Alunan Dzikir


Kidung doa yang terucap
Terpanjat di alaska semesta
Menuju rimba berpaut auman srigala
Menyatu dalam lolongan malam bersama alunan dzikir bintang didalam dekapannya.
Alunan-alunan lagu rindu terlantun disudut bibir
Didekap Doa sang amfibi yang tengah menunggu pasangan
Ia laungkan suara hikayat penyatu hakikat
Bahwa suara adalah pemanggil ampuh bagi jiwa kesepian
Sementara disudut sini
Mata bersama kunang-kunang menunggu cahaya
Yang terpancar dari lawan tulang rusuk yang hilang
Ginanjar Gie
13 Des 2019
Resto super geprek sape
^Kopi_kenangan

Nikmat Tuhanmu yang Manakah Yang Kamu Dustakan

Mega dalam balutan lazuardi
Lantunan syair-syair semesta
Menyatu dalam kemegahan ciptaan pencipta
Sketsa-sketsa sang maestro terukir dalam netra
Terbias sang cakrawala mendekati ujung bumi

Pohon-pohon bernyanyi melantunkan senandung perindu
Menyeka bulir-bulir embun dikala mentari menyapa pagi
Disatu sisi mata tersihir keindahan surga
Disisi lain hati tergoda oleh pesona hijau yang mempesona

Dalam balutanan do'a dan harapan hati yang memuji keagungannya
Dengan lambain tangan bersama air mata ku ucap satu kata akan kembali dalam dekap waktu
Semoga terdengar ucapku pada Tuhan
Harapku dalam kebisingan para mantera suci 
Semoga tak ada nikmat yang tak pernah terdustakan dalam setiap tapak kaki yang ingin mengerti kehadiran-Nya dalam setiap ciptaan terindah-Nya.
28 Mei 2020
Gie
^Kopi_kenangan

Tunangan Hari Raya


Foto:ilustrasi
Dalam rangkaian kata yang tengah bersenandung
Mencari pada setiap aksara yang di laungkan
Apakah ada secercah harap yang terselip
Ataukah hanyalah bualan ilusi yang menghambakan kehampaan
Semua lekuk terurai di atas kertas
Diatas arasy berkumandang ingin menjumpai
Namun satu yang belum tersampai
Cinta di ujung pena dengan ujung kebahagian abadi
Semoga harapan adalah doa
Di setiap lafaznya di Aamiinkan oleh sepasang malaikat
Yang menaungi Amor di tiap kholbu manusia
Inginkan cinta
Inginkan bahagia
Inginkan kesejahteraan dalam kehidupan
Itulah senandung setiap jiwa
Memikirkan masa depan untuk satu yang terharap dan diharap
Agar menyatu dalam kepastian
Sakinah mawadah warahman
#harapan_semua_anak_manusia
^Kopi_kenangan
Ginanjar Gie

Indonesia Terserah, NTB Lelah, Bima Mewabah

Foto : ilustrasi puisi
Tertumbuh jurang jalang pada seorang pejuang
Meretas idealis garang menuju midas nasib malang
Berpaut asa di ujung dua mata pedang
Hempaskan nafas terakhir dalam iringan suling
Bersenandung buluh perindu sang petualang
Merobohkan niat-niat kebebasan orang-orang

Kemana lagi kita berpacu melodi
Jika semua sudah terikat dan di ikat
Dalil demokrasi sudah di kebiri
Patuhi saja undang-undang yang melekat
Karena kuasa adalah batasan bagi semua suara
Dimana-dimana telah berlaku hukum rimba
Lalu moncong senjata telah menjadi barikade terdepan untuk membunuh rakyat sendiri
Menjelmalah tirani
Kembali ke orba atau revolusi
Pertanyaan itu tersendak disisi kiri jalan
Bersama merah putih yang kini terkulai layu
Jiwa Generasi muda berucap dalam diam :
Indonesia terserah
NTB Lelah
Bima mewabah