PERCAKAPAN SORE

Ilustrasi (lokasi:dana traha)

Sebelum kau pulang aku mengajakmu ke sebuah bukit dana traha, dimana disitu kau bisa melihat semua penghunian kota tepian air.
Lalu kita beranjak dari kepengapan udara dana traha, sambil memintaku untuk mengambil gambar posemu dengan kamera hp mu.

Kau berbisik sesuatu, bahwa kau ingin pergi berpose di depan masjid terapung. Hingga aku mengangguk, mengiyakan permintaanmu sebelum kau pulang ke kampungmu.

Hilir mudik kendaraan menyapa kita yang mengendarai kendaraan roda dua menuju masjid terapung yang terletak di amahami.


Anak-anak yang berjalan mengitari teras masjid menyambut kedatangan kita, sang keamanan masjid sedang bertugas menjaga masjid laksana menjaga emas 24 K (dua pulu empat karat) seberat tugu Monas yang ada di ujung menara.

Adzan sang bila tak lupa menyambut, ashar telah tiba, mengalun indah di setiap telinga kaum Muhammad. Hingga bergetar jua jiwa saat mendengarkan dengan khusuh lantun adzan sang bilal.

Ashar telah usai, sang imam mengucap salam di turut oleh semua makmum, lalu kita bergegas keluar dari bilik masing-masing, berjumpa di tempat parkiran masjid. Aku memegang tanganmu, kau mengajak ku untuk berpose bersama, lalu tak sempat ku benarkan raut muka, kata-kata tanpa makna tercetus tanpa sadar dari mulutku.

Aku :
"maukah kau jadi pelita di hati
membibing jalanku yg penuh duri
kuharap engkau bisa menjadi sesuatu yang ku impi
karena kau bagiku adalah calon permaisuri
yg akan bertahta di sanubari".

Kau:
"Kata-katamu sungguh menyentuh hati
Hingga ku berdiam diri
Tidak bisa ku ungkapkan lagi
Mulut ini seakan membisu tanpa aku sadari".

Aku:
"seuntai kata yang mewakili
atas rasa yang ku pendam di dlm hati
ketika jentik dari naluri ingin berambisi
harus apalagi
harus bagaimana lagi
jika kebisuanmu hanya akan membekukan hati".

Kau:
"Bahagia hati kini ku rasa
Ku tak bisa berkata apa-apa
Kau mengungkapkan kata yang tidak bisa ku cerna
Sungguh aku tercengang dan tak pernah menyangka"

Aku:
"ketika pikiran kini ingin ber_asa
atas rasa yang kian membara didalam dada
yang inginkan engkau menjadi pelita
pemberi cahaya ketika jalanku tak tak rata
pemberi arah ketika jalanku tak tertata
tolonglah wahai belahan jiwa
aku ingin engkau menjadi wanita yg bisa ku papah".

Kau:
Yakinkah kau memilih diriku yang hanya manusia biasa?
Bukankah masih banyak wanita yang lebih sempurna di luar sana?
Jika benar adanya cobalah kau buktikan wahai pujangga?
Ku tunggu kau melamarku di depan mama-papa".

Aku:
"bila dirimu bersedia
bilang sama mama-papa
aku akan segera kesana
meminangmu wahai wanita yang kudamba".



Setelah bercakap dengan indah, kaupun pamit dengan segala mimpi. Bahwa semua akan berakhir dengan indah di tangga rumah sang wali.

Bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk