![]() |
| Ilustrasi tulisan |
Ketika negara tak mampu memberi solusi terhadap apa yang di butuhkan oleh masyarakat dan terkait gejolak-gejolak yang terjadi dalam masyarakat tak mampu di pecahkan, maka negara menghadirkan agama untuk terlibat di dalamnya guna untuk menjadi solusi. Namun agama juga tak mampu memberi solusi secara bijak, karena ketika agama hampir bisa menyelesaikan permasalahannya, negara akan muncul mengintervensi semua masalah yang di pecahkan tersebut lalu memasang badan, sehingga citra negara dan elektabilitas rezim (incumbent) mampu terdorong lebih tinggi lagi. Baca : (MOJOK.CO – Setelah santri post Islamisme Sandiaga Uno, santri Jokowi, Kiai Ma’ruf Amin (kalau ini betulan statusnya), kapan Pak Prabowo nyusul?)
Peran Agama yang seharusnya berbicara tentang indahnya surga dan betapa sadisnya masuk di dalam neraka, kini di buat ambruk oleh kepentingan yang membuat terpecahnya umat. Hadirlah, pluralisme, liberalisme dalam doktrin keyakinan sebagai pendekatan sosialisme. Bahwa agama adalah benar yang akan menjadi sandaran ketika ada gejolak yang terjadi dalam tubuh negara, namun ketika kebijakan-kebijakn di berlakukan, maka agama yang di agungkan akan di tenggelamkan di dalam pengambilan keputusan tersebut.
Ketika kita menelaah secara dalam, kita akan menemukan bahwa ada kejanggalan terhadap sesuatu yang terjadi di negeri ini, hingga bisa kita lihat bagaimana isu penistaan Agama kerap terjadi, tentunya kita yang mau berpikir tanpa harus melakukan reaksi yang lebih terhadap strategis dan peran yang di mainkan oleh orang-orang yang punya kepentingan dan yang mau menghancurkan bangsa ini, harus berpikir kembali sebagaimana gagasan guru besar kita H. Abdurrahman Wahid tentang bukunya yang berjudul "TUHAN TAK PERLU DI BELA" tentulah itu akan membanatu kita agar bisa menelaah lebih dalam lagi terkait penyerangan lewat isu dan opini yang sengaja membuat kita bentrok sesama rakyat Indonesia.
Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana mungkin permusuhan ini bisa berjalan dengan masif dan berkepanjangan hingga melibatkan isu-isu bahwa imam besar kita HRS bahkan sedang berada di negara lain mampu di fitna, jika kita berpikir lebih dalam. Dan juga perang opini dan saling persekusi dan mencap satu sama lain dengan kata kotor tanpa kita memikirkan nilai, dan memendang remeh lawan politik, hingga lahirlah kalimat saling ejek-mengejek yang akhirnya berujung ke Meja Hijau. Tentunya ini sudah mencederai nilai Demokrasi yang kita junjung tinggi selama ini, dan ini membuktikan bahwa ada yang melatarbelakangi dan sengaja menjaga gejolak ini, hingga pada saatnya nanti ketika kita terpecah dan menjadi kumpulan sekte-sekte kecil maka dengan sangat mudah mereka yang mempunya renca besar ini bisa meruntuhkan dan menguasai daerah dan negara Indonesia hatta sekalipun dengan mudah. di sinilah penulis menarik kesimpulan bahwa semua gejolak ini sengaja di rawat dan di ciptakan. jika memang tidak ada intervensi dan kepentingan penguasa di dalamnya, maka dinamika ini sudah terpecahakan dan sudah terselesaikan bahkan sudah lama sekali.
Tapi itulah yang tidak bisa kita just dan menuduh siapa yang bermain disini, karena benar adanya bahwa kedua pesangan capres berikut cawapresnya adalah orang-orang terbaik kepunyaan negeri ini, Tapi dari kacamata penulis melihat bahwa ketiga Ideologi dunia inilah yang membawa kita pada jaman yang serba kebingungan ini.
Bagi penulis Kisah ini mengingatkan kita kepada sejarah munculnya syiah, dan aliran lainnya ketika kepemimpinan khalifah terakhir. Berawal dari persoalan politik, dan gejolak yang di buat oleh abu hanafiah yang haus akan kekuasaan, hingga lahirlah perpecahan dalam tubuh islam. Dan begitulah yang terjadi di indonesia ini jika kita mau kembali kepada kebenaran, dan kemerdekaan berpikir, bahwa semua yang terjadi ini sengaja di ulang kembali, karena 36 strategis berperang dan 48 hukum kekuasaan itu terlahir sebelum Indonesia merdeka, jadi sangat kita tahu dan paham jika kita mengkaji lebih dalam dan jauh bahwa sekarang kita di serang dengan hukum-hukum tersebut, hanya saja ada kelemahan-kelemahan strategi itu yang perlu di perbaiki dan di rubah. Kita dapat melihatnya dengan menengok kembali bagaimana lahirnya UU IT tentang penyebaran hoax, hingga kata Hoax menjadi sebuah pobia yang akan membawa kita pada kedunguan seperti yang di katakan oleh rocky gerung.
Bahkan ketika gejolak PKI muncul dan melakukan kudeta, manipulasi penumpasannya hadir sebagai kiasan skenario yang indah, agar sejarah mampu di manipulasi dan menghadirkan citra bagi yang melakukan perlawanan terhadap PKI. Di dalam buku " Supersemar Palsu : Kesaksian Tiga Jendral, oleh: A Pambudi" membahas tentang bagaiman kebobrokan sejarah tak mampu di pertanggungjawabkan. Ketiga jedral melihat ada kecendrungan yang di manipulasi yang di lakukan oleh si penumpas PKI, bahwa setidaknya ada tiga naskah "SUPERSEMAR" yang entah keasliannya masih di eagukan, dan masih di pertanyakan, jika SUPERSEMAR itu asli, lalu siapakah yang memegang naskah asli "SUPERSEMAR" tersebut.
Belum lagi sejarah-sejarah dan kejadian yang terjadi kesininya, Munir, marsinah, widji tukul, tak usahlah di bahas. Karena itu masih misteri yang harus kita ingat sebagai peristiwa indah yang di bungkus rapi oleh para penguasa Negeri. Sebagaimana yang di tulis dalam Puisi "senkon karta" oleh peri sandi yang di teruskan oleh Tonny JA's, dalam puisi esainya yang di akui oleh para sastrawan bahwa itu adalah jenis sastra baru yang di ciptakan meskipun ada kontroversi di dalamnya yang tak mau mengakui keberadaan puisi esai sebagai sastra baru, namun di sini, penulis tak ingin membahas masalah tersebut, tapi lebih kepada kebobrokan sejarah yang terdiri dari beberapa pengklaiman, dan beberapa versi menurut buku putihnya masing-masing.
kembali ingin saya luapkan bagaimana sejarah itu bisa di manipulasi oleh penguasa, bahkan di nagara Amerika Serikat, yang katanya negara Adi daya, menyimpan dan memendam hitamnya sejarah, dan misteri terbunuhnya presiden Jhon kenedi yang sampai sekarang belum ada titik temunya adalah bukti, bahwa sejarah itu adalah faktor yang tak bisa kita ambil mentah-mentah terhadap apa yang di paparkan oleh perubah dan pelaku opini, hingga sejarah yang benar mampu di tenggelamkan kebenarannya.
Di dalam paparan kecendrungan sejarah yang penulis paparkan tersebut adalah agar kita mampu menelah dan bagaimana cara kita membaca dinamika yang terjadi di dunia ini adalah merupakan peperangan ketiga ideologi besar dunia (Komunis, kapitalis, dan islam). Dan itulah yang terjadi di Indonesia sekarang...!!!!

Mantap kali artikel nya jadi seng baca nya
BalasHapusSukses selalu buat blog nya
Makasih banyak bang rifky, jangan lupa mampir ters yah
Hapus