LANGIT MENJERIT

Foto : pena langit
Aku dimana
Tak ada suara
Hilang dimana
Tak ada sadar dalam diri

Langit menjerit
Meratap dalam kilatan
Hilang kemegahan istana
Terselimut hitam gelap hujan malam

Dimana kita?
Kita tak tau tempat tuk pulang
Rumah adalah neraka bagi jiwa
Sebeb mereka masih butuh untuk di bebaskan
Mereka yang butuh keadilan
Anak-anak yang butuh pendidikan yanh layak

Anak-anak bukan tak punya gedung
Namun kekurangan kasih sayang
Di sekolah tak ada perhatian
Di rumah neraka siap menghadang
Malang
Bukan salah mereka jika jadi bolang
Sebab tak ada yang datang menggandeng

LUKA HADIR KARENA PENOLAKAN TERHADAP KENYATAAN

Foto : Ilustrasi puisi
Seharusnya aku tahu bagaimana rasa sakit itu begitu nikmat, menikmati rasa sakit dari yang tak terluka sebagaimana ketika kopi Dinikmati dan keindahan saat tegukan kopi masuk tenggorokan merangsang dan menggoda imaji untuk terbang ke angkasa lalu merasuk pikiran para jiwa pendamba yang ingin merdeka dari kerangkeng istana manusia yang bernama hati.

Rasa sakit yang melahirkan luka adalah kenikmatan pikiran untuk lagu baru yang ingin keluar untuk di nyanyika hingga lahir pemikiran baru selaksa para filsuf reinance yang mencetus tentang bagaimana indahnya dinamika dalam berdialektika dan membangun epistem-epistem kiri.

Rasa sakit itu lahirkan sebuah penolakan terhadap tirani jua majazi hati pada sosok setan yang menjual seonggok daging busuk yang melekat di dalam selangkangan wanita. Bukankah itu adalah sebuah keindahan dari rasa sakit? Nidah kirani menikmati rasa sakit untuk sebuah pembalasan dendam jua penelanjangan akidah bagi jiwa aktivis-aktivis adzan yang merasa dirinya dekat dengan langit juga Tuhan.

Hahahah, bukankah rasa sakit itu hanya hadir jika dalam sebuah luka tak dapat di terima oleh hati dan alam bawah sadar manusia yang di landa rasa sakit itu. Bukankah ia tak mampu mengendalikan rasa dan keinginannya dan memaksakan kehendak hingga ia tak mengerti tentang bagaimana keluar dari kerangkeng yang ia bangun sendiri dalam alam bawah sadar atau pikirannya.

Lihatlah disana, orang yang terkena sayatan sabit saat memanen padi, rasanya tak ada rasa sakit yang ia rasakan. Dan ia tetap melanjutkan pekerjaannya dan menerima segala rasa sakit itu sebagai bagian dari tanggung jawab hidup dalam keterpurukan dan tuntutan ekonomi yang makin meraja, sebut saja biaya kuliah dan SPP sekolah anaknya adalah kerangkeng pikiran yang memakasa pikiran untuk menerima rasa sakit sebagai insyrument untuk sebuah penerimaan terhadap luka. Juga lihatlah si play boy yang tak pernah merasa sakit ketika gadis yang dedang ia kencani sedang di tiduri orang lain di sepinya kamar kosnya, bukankah itu sebuah penerimaan terjadap segala kejadian yang memaksa alam bawah sadar kita untuk merasa tetsakiti, namun mereka mampu menerimanya sebagai bagian dari intrik kehidupan yang harus di nikmati.

Lihatlah seorang pelacur yang tak pernah mau tau tentang dalil dan adab agama jua adab-adab masyarakat. Ia menerima semua hinaan dengan lapang sebagai bagian dari warna kehidupan yamg haris di nikmati. Hinaan bukanlah sebuah luka namun msrupakan kspuasan nafsu di atas tankang empuk. Ia menikmati sewa menyewa dan bisnis tubuh adalah sebuah pengalaman jua pengamalan yang nikmat fanpa harus menguras endrgi dan pikuran untuk ekonomi mikro dan makfonya yamg dntah jua ia mengerti tentang rumusan ini. Ia adalah bukti bahwa rasa skit adalah suatu kenikmatan bahkan di atas ranjang empuk adalah kesakitan jua kenikmatan yang tak tertandingi.

Yaaaa. Luka adalah lahir dafi hati yang tak mamph menerima, tak mampu menjelaskan tujuan dari kehidupan yang ia geluti, hingga tercipta sebuah luka yang menganga dalam hidupnya.
Hahaha Itulah luka, jangan bermain di dalamnya, jika ku tak ingin tersesat dalam penjara yang kau buat sendiri.

Gie
25 Februari 2019
Pena langit di bumi kota tepian air
Inspirasi Kos U

HILANG DALAM JARAK

Foto : Ilustrasi puisi
Hati nelangsa dalam kerinduan yang menggebu
Memenjara pikiran dalam satu antero
Kerangkeng tanpa penjaga
Terpendam dalam kubangan kenangan

Hancur lebur semua luka
Menyatu dalam ampas kopi
Menghadirkan candu dalam pancaran sinaran temaram wajahmu
Sang ikhtisyarku

Menjelma dalam halusinasi keabadian
Hadir dalam imaji majazi
Jongos dalam tubuh sendiri
Ku peluk diri sendiri
Ku rangkul betis yang terkulai layu
Lelah dalam penat
Kehancuran

Hati hilang dalam jarak
Ada di sisi gelap cakrawala
Hitam pekat tanpa cahaya
Cahaya cintamu hanya harapan
Asa

Gie
24 Februari 2019
Pena langit di bumi kota tepian air

HARLA HMI ( VIDEO PUISI WAHAI HMI KU)

WAHAI HMI KU
Oleh : Ginanjar Gie
Pembaca puisi : Nuhraini
Translate to english  : Indah 
Foto : Harla HMI
Merah jingga merona di ufuk timur
Menghapus hitam kegelapan
Hadirkan bulir-bulir mutiara langit yang membasahi rerumputan padang hijau
Memberi cahaya untuk hijau dedaunan pagi

Di kamar mungil tempat aku merebah
Melelapkan diri saat kepenatan
Tempat menelanjangi semua isi buku
Meramu pikiran pada frasa nilai perjuangan
Untuk membentengi diri dari kebodohan
Yang siap melanda jiwa-jiwa yang mencintai rasa malas

Disini
Terbentang dan berkibar
Hijau hitam pemberi warna
Hijau di hati dan di bumi pertiwi
Hitam tinta membekas dalam usaha
Yakin usaha sampai tertulis dalam pikiran
Hingga hadir di dalam diri
Tentang perjuangan yang harus di perjuangkan

Wahai HMI ku
Sungguh resah di dalam jiwa ini
Tiada bekal ku tunjang namamu
Yang akan membawa namamu agar tetap harum di negeri kita tercinta ini
Maafkan diriku
Wahai HMI ku

Wahai HMI ku
Bagian jiwa ini ku wakafkan untukmu
Semua laku dalam hidupku ku persembahkan untukmu

Wahai HMI ku
Kau adalah bagian dari nafasku
Nafas islamku

Wahai HMI ku
Jiwamu adalah akademisiku
Ragamu adalah pengabdianku
Warnamu adalah keadilan dan kemakmuran bagi jiwa yang bernaung di dalam nafas mu
Nafas Islam yang di rihoi Allah

Jayalah kohati ku
Bahagialah HMI ku
Kau adalah segalanya bagi kami
oleh indah
Oleh nuhraini

Gie
05 Februari 2019
Kota Bima

PAGI YANG TELAH PERGI

Foto : erni johan
Selamat pagi yang telah pergi
Semoga kau cepat kembali
Untuk menemaniku di dalam sepi
Menjadi sandaran jiwa dan hati
Ketika duka menimpa diri

Aku berharap kau adalah nama yang tertulis di arasy
Sebagai pelita dalam kegalauan hati
Sebagai pelengkap hidup sunyi
Semoga kau lekas mengerti
Semoga kau wanita yang dikirim Tuhan untukku persunting menjadi permaisuri

Semoga menjadi
Semoga abadi cinta ini
Untukmu yang ku rindui
Kau selalu di hati

KEBENARAN HAKIKI

Penulis tengah menikmati alam subuh
Aku tengah bergerlya
Melawan diri juga orang lain
Dalam jiwa yang kokoh nan abadi
Ku ucapkan kenisbian pada semesta
Sementara pekat hati akan ku sempurnakan dengan cahaya

Ilahi telah berpesan
Semoga dapat memancarkan dari dalam kedalam
Hingga terpancar dari luar yang sangat dalam
Cahaya kebenaran dalam Tauhid

Kebenaran hakiki
Harap semua insan
Jiwa penghambaan yang merindu
Tentang pencipta yang Esa
Semoga
Doa dalam diam
Bisa mengantar kepada kehakikian jua keridhoannya

Gie
21 Februari 2019
Pena langit di bumi pulau ular

MARI_NAK MARTI (MATI)

Foto : Ilustrasi puisi
Tempat dimana para pedagang kaki lima berjualan
Menjajakan makanan untuk para pengendara
Membantu sesama demi satu rupiah
Untuk sekolah anak-anaknya

Mereka tergusur oleh penguasa
Pengusaha berseleweran menabur benih penindasan
Gedung pencakar langit kini berdiri di samping jalan
Menggantikan tempat para pedagang kaki lima

Kasian
Pedagang kaki lima terusik
Pedagang kaki lima terusir
Hanya yang tertinggal bisikan dalam hati
Nak mari mati
Sebab mari_nak marti (mati) sudah mengambil alih
Mereka punya adi kuasa

Nak tak usah lanjutkan sekolahmu
Tak ada lagi biaya untuk membayar SPP
kakak mu akan segera pulang dari rantauan
Sebab SKS nya tak mampu lagi terbayar
Uang semesternya tak lagi mampu lagi di kumpulkan
Karena Mari_nak mati telah merenggut kematian nasib pedagang kaki lima

SUMBER MAS_ALAH

Foto : ilustrasi puisi
Semesta kesakitan menatap
Meronta ingin cepat mati
Ingin pergi
Perih menanggung dosa para kolega set*n kapitalis
Hingga semesta merajuk dalam satu dekade
Hujan hilang kemarau menyapa panas melanda

Lihatlah gedung di sana
Tertulis indah di atas atap
Sumber mas_alah di atas ranjang bukan?
Yang memaki para bumi putera
Yang mengais setiap kertas rejeki para buruh pasar
Yang menggoda ibu-ibu rumah tangga

Kau lihat kawan?
Sumber mas_alah makin melebarkan sayap
Berdiri kokoh gedung pemorot uang rakyat
Pajak-pajak pembangunan jangan di tanya
Sebab mereka punya hak milik berikut ahli waris

Ah
Bima ku malang
Sumber mas_alah tempat para bumi putera bersandar
Mengadu nasib menjadi jongos di negeri sendiri
Menjadi babu demi mengais rejeki
Lembo ade lenga doho

Hanya jogja yang tersisa
Tempat haram bagi sumber mas_alah
Tak ada kekuatan sumber mas_alah
Mereka tak punya apa-apa

GOA PERTAHANAN SEJARAH YANG HILANG

Foto : karombo kalaki
Kembali aku menggali
Menggali lubang tanah
Menggali sejarah yang terpendam
Menggali cerita yang hilang
Menggali perjuangan yang tak ternilai

Aspal licin jalanan yang indah
Pantai kalaki yang mempesona
Menghilangkan goa yang penuh sejarah
Kearifan lokal dan budaya tak usah punya nilai jual
Sebab senja di jalan baru adalah tawanan hati
Sebab keindahan reklamasi adalah tawaran baru
Mati-lah sejarah
Matilah perjuangan
Sebab goa pertahan sejarah telah hilang
Terenggut oleh bulldoser ganas
Selamat tinggal jasa para pahlawan

Kuburan pahlawan hanyalah semboyan daerah
Hanyalah kenangan mimpi-mimpi manis
Hanyalah tempat di berdirikannya tugu-tugu
Sementara kerontang menyapa tanah mereka
Entah kemana taman menjelma

Lembo ade paja saram
Sia sa wau sia sa wale
Pesan para pahlawanku
Puluhan nama pahlawanku tertulis di atas nisan
Hanya aku yang mencatatnya
Sebab negara tak mampu mencatat
Entah penanya rusak atau tintanya habis
Yang pasti kertas tetap kosong dari nama-nama mereka

PECINTA SEMESTA

Foto : Pena langit
Pecinta semesta melepas dahaga
Kerontang sepi sunyi telah mendarah dalam nadi
Terlahir hikayat di tengah kabut-kabut cinta
Pesan terarah pada sayang yang di rindu

Salam untuk gadis ayu
Aku disini bukan tak merindui suaramu
Namun aku tengah asyik mendengarkan alunan semesta
Nan indah dalam gesekan senar dedaunan
Hutan rimba bernyanyi dengan kemerduan daud
Hadirkan hikayat clora dalam dekap biola
Dalam dawai suara hikayat alam

Aku mengulum bratawali
Memercikan benih kasih pada semesta
Semoga teraksa semua yang terimpi
Agar menjadi jadi dalam kejadian
Sementara kesakitan dan kepahitannya
Biarkan aku yang merasakannya
Biarkan alam menautkannya padaku
Aku rela

Gie
16 Februari 2019
Pena Langit di Bumi Kota Tepian air

HILANG MALAM di NEGERI MALANG

Foto : ilustrasi puisi
Malam malang tanpa mulung
Resah menghimpit bukan aku sayang
Risau hati pun iya sembari melayang
Nikmati kata di bawah senja kerontang
Tempat tertumpu cahaya kegelapan melintang

Malam berbaur dalam adzan lantang
Hilang hulu balang dalang pedang
Pulang ke julang sesak petualang
Kemana ladang para petani bawang
Kalong menjelma kelelawar jalang
Hilang malam di negeri malang

Sayang

Serentak manusia menuju palang
Belang-belang belalang ilalang
Menggalang cula dalam pajang
Pasang cinta sepenginang
Hilang

Bahan pokok sandang
Jinaki ibu si penista ulung
Di menara yang menjulang
Sawah orang-orang jangan bilang
Hilang
Kandas tergores para borjuasi gemilang
Silang pelungku dalam kilang
Jangan bilang-bilang
Sstttttt
Sekali lagi hilang

Gie
16 Februari 2019
Pena langit di bumi pai

PENA PENYAIR

Foto : Pena Langit
Pena penyair bercerita
Tentang mimpi tiada tara
Malam kelam tanpa kalam
Dalam-dalam pendam gurindam

Semilir angin pembasmi bisu
Hilang laku dalam sirkuit liku
Panorama malu jadi tontonan pilu
Loakkan waktu penghentak kholbu

Sang pening kini jadi pusing
Sang maling kini saling tuding
Yang juling makin ber-iming
Yang giting kini makin sinting

Sinting sarang saraf bullyng
Hoax bualan malam keling
Pekat berpaut dalam dekap hening
Tinggal air dalam gelas yang terlihat bening

Sementara biarkan aku mengecup kening
Sementara kalian ayo saling giring
Sementara peng-adilan ayo saling paling
Sementara biarkan mimbar jalanan membuat bising
Sementara biarkan aku tetap terbaring
Garing

Gie
15 Februari 2019
Pena Langit di bumi pai

NEGERI GADIS PERAWAN (Marsinah)

Foto : ilustrasi puisi
Culas dangkal dalam pikiran kronis
Hegemoni tecitra lewat syair penidur yang ampuh
Dahsyat meramu imajinasi para pelacur
Pelacuran ada di tiap pikiran penjual idealisme
Hendak kemana pangkuan pertiwi merebah
Ambigu dalam penentuan

Tujuan hanyalah pada kantong dan saku
Para borjuis setan yang tengah menelanjingi gadis
Gadis itu ialah rakyat jelata
Tertidur dalam kamar empuk
Setelah di nina bobokkan oleh sistem
Ia terbangun dalam perawan yang telah terenggut
Perawannya ialah new mont
Perawannya adalah free port
Perawannya adalah lapindo
Perawannya telah legam bersama buas nafsu para elit

Negeri gadis perawan
Yang di renggut oleh hirarki kekuasaan yang tertata
Mengaumpun bagai sampah buangan
Jangan coba melantunkan kata ketidak-puasan
Sebab kau akan terlindas dan tertindas laksana marsinah

Gadis itu ialah marsinah
Marsinah telah mati dalam misteri
Misteri telah berkembang dalam gunung berapi
Mak lampir jelmaannya?
Sungguh diksi yang luar biasa

Dimana kau marsinah?
Apa kabarmu marsinah?
Sudah kah kau benar mati?
Sebegitukah semangatmu?
Atau kau telah lelag dari pembaringan abadimu?

Hy Marsinah
Kau mati sebelum ku jabat
Kita berkenalan dalam waktu yang salah
Aku mengenalmu setelah kau tiada
Semoga reinkarnasi jiwamu membara
Semoga kau di ridhoi
Semoga kau menikmati nikmatnya keabadian syurga

Gie
13 Februari 2019
Pena langit di bumi Pai

BERSAMA SENJA

Foto : Anak Kecil
Melawan kematian
Memberontakki waktu
Mengejar angin yang menerpa
Yang menyapa wajah di sudut senja
Di atas dua roda tabir tersingkap
Pelukkan hangatmu adalah kenangan termanis

Malam berlalu dengan terengah-engah
Membelai ubun senja tak henti meratap
Memeluk sepi dalam desahan suara
Terbingar-bingar ketika surau melantukan azan
tiga rakaat telah berlalu
Seirama penghulu memberi isyarat sah

Senja di atas bukit
Pelukan terasa hangat di belakang punggung
Nikmat jingga saksi terindah
Kenangan termanis bersama rindu yang tiap waktu di nanti
Bersamamu
Bersama jingga
Bersama senja
Kenangan terindah dalam hidupku

REMANG

Foto : ilustrasi puisi
Rindu yang tersematkan
Terpendam dalam dua bilik
Merayap di ujung malam
Membeku dalam harap yang tak sampai
Sia-sia

Semilir angin menidurkan mata
Lelaplah jiwa di sudut pekat
Hitam kelabu tanpa warna
Cahaya tanpa redup lenyap tak berbekas
Membekas di ulu yang perih

Mata hati tetap pada satu tatap
Lekas hilang sungguh hati tak mampu
Hilanglah jika mampu
Lenyap
Harap hati sakit di ujung pagi
Menghilanglah

Remang
Hitam
Gelap malam
Menyatu dalam duka nestapa
Menjelma air mata
Pun air mata langit di sudut pagi
Membasahi dedaunan dengan bulir mutiara
Siap hilang di terpa panas melanda

Itulah kisah kita

Terpendam
Terendap
Tergenggam
Terlelap

Tidur dalam harap

KEBAHAGIAN ADALAH PENERIMAAN DIRI DAN ALAM BAWAH SADAR AKAN SEMUA MASALAH

Foto : penulis bersama bidadari sumi
Jika kita hanya berharap kebahagian pada yang lain, maka kebahagian itu tak akan ada, jika pun ada dia akan segera dan cepat menghilang.
Maka buatlah dirimu menjadi bahagia
Niscaya kebahagian akan hadir tanpa di jemput
Dia akan hakiki di dalam jiwa
Karena sejatinya kebahagian itu ialah penerimaan diri terhadap apapun masalah itu sendiri
Maka berbahagialah kita
Niscaya akan kita jumpai semua kebahagian

Dan luka itu hadir ketika kita tak mampu menerima sesuatu tersebut dengan penerimaan yang merebahkan hati pada kata tabah, karena itu lahirlah luka hati dan sakit yang tak tertandingi sekaligus tanpa obat dan penawarnya.

Jadi pada dasarnya, semua masalah yang kita hadapi dan yang kita dapatkan di dalam kehidupan ini ialah tergantunga bagaimana cara kita mengelola mindset dan pola pikir sekaligus alam bawah sadar kita untuk bisa mencapai kebahagian dan ketenangan dalam menjalani kehidupan ini, sekaligus untuk menghadapi setiap masalah dengan ketenangan jiwa.

Ada pepatah lama yang mengatakan begini "Rubahlah dunia dalam dirimu niscaya dunia di luar sana akan berubah mengikutimu", maknanya ialah seperti yang tertuang di atas, dimana yang merubah dunia ini bukanlah orang lain tapi merupakan tugas dan tanggung jawab diri kita masing-masing. Maka dari itu ialah benar adanya bahwa semua peperangan yang terjadi di dunia ini ialah di mulai dari pribadi masing-masing pemimpin yang mementing ego diri dan ego ras, budaya, bangsa dan negara tanpa mempertombangkan hak-hak kemanudian yang melekat dalam diri manusia lain.

Seperti yang di ucapkan oleh penyanyi legendaris kita, penyanyi dan sekaligus aktivis kritis Indonesia yang paling populer dan yang biasa kita kenal dengan nama bang Iwan atau Iwan fals dalam salah satu konsernya bahwa : "musuh kita adalah diri kita, perang ini adalah perang abadi" jadi dari kata-kata dan bahasa di atas, penulis menafsirkan bahwa memang benar segala gejolak yang terjadi di dunia ini, adalah merupakan peperangan antara alam diri dan alam bawah sadar setiap manusia. Kecenderungan ini yang seharusnya kita perangi bersama agar terciptanya keselarasan dan kedamain bagi umat dan keberlangdungan hidup manusia.

Hal di atas juga terdapat dalam salah satu hadist rasulullah yang Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu. Juga diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan Ad-Dailami bahwasannya Rasulullah pernah di tanyakan oleh salah satu sahabatnya apakah ada perang yang lebih besar dari perang badar, lalu Rasulullah menjawab "Jihad yang paling besar ialah bukan melawan orang-orang kafir, melainkan melawan nafsu".

Maka dari itu bahwa kebahagian adalah berawal dari diri kita yang mampu menerima semua kejadian di luar diri lalu menikahkan dan menyatukan dengan penyatuan pikiran dan alam bawah sadar kita untuk sebuah penerimaan


Gie
01 Februari 2019
Pena langit  di bumi pai