KEBENARAN HANYA OMONG KOSONG

Foto : Penulis
Pekat yang terpenjara antara dua waktu
Hitam tak selalu gelap
Putih tak selalu terang
Dan cahaya tak selalu berwarna
Ada hal salah dalam kebenaran
Ada kebenaran dalam kesalahan
Sistem tempat bertumpu adalah jalan pikiran

Dalam tanda tak ada riak air
Namun samudera bergelombang besar
Debu terbang tanpa kasat
Hilang di terpa angin di atas dedaunan tertumpu semboyan
Tulang hilang

Tunangan adalah awal
Nikah adalah perjalanan
Sedang kelahiran adalah awal dan akhir dari pencapaian
Semua terangkum dalam kebenaran yang salah

Salah dalam benar lumrah adanya
Benar dalam salah tak muskil bagi hakim
Kuasa penguasa tanpa tanggal janggal
Hilang saja jika tak ngin melihat
Pulau seberang masih kosong
Puncak asta punce masih asri
Hilangkan saja penatnya dalam bubuhan aksara
Nista hati akan hilang
Sesak akan terurai

Aku adalah kesalahan bagi mereka
Mereka adalah kebenaran bagi pengabdi
Namun jiwa liar tak mampu di topang rasa haus
Sebab kebenaran tetap selalu hidup
Abadi dalam kholbu
Nurani tak mampu di tepis nafsu
Hatta Tuhan nya tuan datang menjelma kantong dora
Karena bagi yang lain nobita tetap tolol

Sudahlah
Tak ada kebenaran
Keabsolutan itu milik orang
Orang itu orang lain
Tak ada dalam diri
Diri kita satu
Tak milik jaring hilang
Jaringan semboyan jual diri
Kebenaran hanya omong kosong
Muak

KOTAKU KOTA MATI

Foto : Penulis
Pagiku pergi
Fajar ku hilang
Kabut menyelimuti
Aduhai hari yang malang

Lautku luas nelayan lalai
Bom rakitan siap meledakan karang
Dosa apa untuk generasi
Ikan hilang di telan badai gelombang

Perahu kecil di tepi pantai
Bersandar di bibir kenangan karang
Hempas terseret ombak pergi
Luka sejarah terpaksa terkenang

Para raja sedang sibuk menebar janji
Sang wakil turut jua ikut melelang
Dosa bersama di tanggung panggung partai
Partai di pantai membangun pentas untuk bergoyang

Muslihat akidah cerminan kirani
Di negeri fajar tempat para kalong
Menjelma cakra di tubuh fraksi
Zeus tak lagi mampu menjadi dalang

Kutukan Tuhan?, apalagi!!
Ucap sumpah bagai air mengalir dalam selang
Selang-selang para pencuri
Tertanam di tubuh bumi para inang

Perisai
Tameng para pendomblang
Laskar kubu kuburan peniti
Hilang mukhlis di dalam nurani

Kotaku kota mati
Banyak tercipta para maling
Hanya semesta yang cinta akan puisi
Tertempel di dinding mading

JALAN MENEMUKAN AKU

Foto : Penulis
Pekat malam
Anatase terpendam dalam jelaga
Hilang bersama pelita di lereng gunung
Bersama kunang-kunang cahaya menghilang
Dalam alam nur suara hikayat alam berbisik
Hentakkan sayap-sayapmu pada kebenaran
Niscaya keniscayaan datang memelukmu
Mendekapmu erat dalam keabadian
Kabsolutan hakikat tujuan
Tafsiran hidup yang tak kau mengerti
Bahwa dalam hidup ada kehidupan

Pandanglah aku dalam aku
Laksana kau memisahkan cahaya dari api
Panas dari cahaya jingga dalam jelaga
Maka kau akan mengerti tentang hikayatku
Yang bercerita tentang makrifat sejati
Yang di agungkan oleh setiap jiwa
Bersama cakra chi pada setiap element pembentuk
Akan terangkul terangkum dalam diri yang terpisah dari empat yang menjadi lima
Dari sembilan menuju sepuluh
Nisacaya kenisacyaan adalah hampa yang menuju alif
Maka koaong adalah kehampaan pikiranmu dalam menggapai

Buanglah
Kau tak akan mampu
Sebab kepala bukan jalan
Karena jalan yang abadi adalah keyakinan
Yakini dirimu adalah dalamnya ada Aku
Maka kau akan menemukan diri dalam dirimu
Maka kau akan menemukan AKU

KENANGAN PANTAI LARITI

Foto : pantai lariti
Lariti punya cerita
Pantai kenangan bersama cinta
Menyulam ulu menjelma rasa
Hidangkan kasih pada pesona
Hembuskan saja
Angin sepoi itu sukma
Iringi langkah membelah samudera
Itulah cinta berikut luka
Mengandai sebuah hadirkan dilema
Ah......a.a.a.a
Cerita yang terangkai di ujung senja
Bersama gadis dara
Hilir di dalam laut selutut angsa
Putih tertiup angin barat daya
Yaaaaaa
Perahu melaju tepat di depan kita
Kita?
Aku kau dan dia
Menyimpan pendam gurindam kata
Aksa-aksa antariksa hadir di jembatan mangrove
Menara tinggi 7 kaki
Kaki ku
Kaki mu
Kaki nya hilang sebelum terinjak di altar
Ah
Sudahlah
Aku rasa semuanya indah
Di sini
Di sana
Di mana ia?
Hilang
Bungaku hilang
Bersama gadis yang satu sepatunya hilang
Aku masih menggenggam
Kenangan saja
Kenangan pantai lariti
Menyisakkan bayangan
Menyesakkan khayangan
Pikiran dan hatiku
Adalah wajah gadis pink
Gadisku
Bali masih jauh
Bunga kamboja di telingaku
Bunga kamboja di telingamu
Adalah satu penyatuan
Kita ada pada satu
Harapan

MEMOAR RINDU

Foto : inspirasi tulisan
Kau adalah kenangan yang selalu ku ingat
Kau adalah luka yang selalu kurawat
Kau adalah nostalgia yang selalu ku nikmati
Kau adalah segala masa lalu

Adalah benar bahwa setiap luka adalah sakit
Namun ketika kita hadirkan sebuah rasa untuk menikmati
Maka kenikmatan akan nostalgia akan hadir bersama dengan bayang semu tentang peristiwa-peristiwa yang kita lalui

Semerbak harum dari kehampaan akan terasa indah
Jika luka mampu memberi kebahagian di dalam imaji
Karena yang ada adalah penerimaan
Bagaimana kita menjalani dan menikmati dari rasa sakit

Ah kopi masih saja membawa candu
Hingga ampasnya membawa pada satu suara
Yang berbisik ingin kembali
Namun dilema akan keberadaan selalu menghantui

Kau diam dalam dilemamu
Hadirkan intuisi pada jiwaku
Entah tafsir dan harap apa yang ku cari
Namun kebenaran senyummu masih satu yang ku nanti

Penantian tanpa yang di nanti
Itulah kata tanpa pamrih
Sebab senyum adalah bias
Terbakar jelaga di sudut pekat yang amat sunyi

Ah sudahlah
Nikmati saja kopinya
Bersama senyummu yang semakin menjauh
Aku menikmati nya