Kopi Kenangan

Foto : ilustrasi puisi
Kopi kenangan telah mengoyak hati
Di arak waktu berulang kali
Saat cangkir kembali ter-isi
Dengan sang Hitam pemberi inspirasi

Embun kini tersapu mentari
Waktu berputar seiring orbit lintas rotasi berlari
Pikiran dan hati masih tertuju pada satu intuisi
Kenang-mengenang saat bibir berucap janji
Tuk saling berpaut meski di landa badai

Namun kini telah hilang bersama mimpi
Denganmu yang memilih tak kembali
Hadir disini sebagai penghibur sepi
Disaat cinta tak lagi terkendali

Kau pergi bersama dia
Yang membuat diri di balut luka
Bersama mimpi-mimpi bahagia
Kukubur ingin dalam muram durja
Lukaku bersama Segalanya
Diarak waktu Cinta ini kubungkam selamanya
^Kopi_kenangan
Gie
23 Des 2019

Kontras Sunyi Sejarah Cinta

Foto : pena langit bersama mahti
Kasih yang berkesah dalam perjalanan kisah
Risih risau perasaan resah
Pilih terpilah menghadirkan peluh
Getar gemetar dada bak di cambuk halilintar

Sekilas pengantar

Jamrud khatulistiwa dalam mata
Masih terlintas dalam nostalgia
Harapan hampa selalu berasa
Ingin bersua dengan sorot mata peneduh jiwa

Gadis moskow
Kau biru mataku
Indah tatapanku
Dalam setiap dialek bisumu
Kontras sunyi sejarah cinta
Padamu harapan ini masih tertuju
Ginanjar Gie
13 Oktober 2019
^Kopi_kenangan

Langkah-langkah Cinta

Foto : pena langit bersama nurhayati
Dalam bingkai keharmonisan
Merangkai sila dalam rahim
Membangun kesepakatan dengan emosi
'Tuk satu cita keselarasan dalam sosialis

Menikmati jalan menuju jalan
Jalan-jalanan menuju perjalanan
Pilihan sebuah pemilihan
Ideal-isme ataukah idea-logis
Sentris menuju kelompok ataukah semesta

Langkah-langkah Cinta menyatukan kebutuhan
Keselarasan menjumpai keadilan
Bagaimankah langkah akan terlangkah
Melangkahi sajak-sajak langit
Melanggengkan kesadaran solidaritas

Lanjutkanlah
Perjuangan tetap berjalan
Panjang umur perjuangan
Kita dan kami adalah bara selaksa yang kn membakar tiap line birokrasi
Ginanjar Gie
09 Oktober 2019
^Kopi_kenangan

Torehan Rasa Pada Tinta Pena Langit

Foto : pena langit
Aku yang begitu lama menanti suara surga
Mendamba pengharapan sampai pada tujuan
Namun hanya aku
Kau
Tidak juga

Waktu menelanjangi segala keyakinan
Jiwa kini hendak ditidurkan dalam pembaringanan abadi
Kau
Tidak juga memahami

Jika tidak pada syahdu lafaz indah mu
Adakah guratan aksara mati yang hendak kau sampaikan pada buta ku
Dalam aksara-aksara hampa yang tengah ku nikmati

Agar aku paham dan setidaknya melihat
Di mana
Ada suara surga yang tak sanggup di ucap bibir manis mu

Aku terbiar berdiri sendiri pada jalan berkabut bayang mu
Aku terbiar untuk memahami bahwa aksara ku hanya harapan hampa
Torehan rasa pada tinta pena langit hanya untaian aksara basi
Buta.
Dan mati.
^Kopi_kenangan

Dongeng Hegemoni Elektabilitas

foto : pena langit
Kenapa kepadaku kini konsep kosong
Tanpa cahaya kebenaran dalam pemaparan
Syarat pengetahuan bangsa yang terkuasai
Tuhan hanyalah pelampiasan dongeng hegemoni elektabilitas

Aku kata katakan 'ku lihat
Jalan-jalan dalam lemari yang di gerogoti tikus
Sengaja terpelihara dalam tubuh hitam sang saka
Daun-daun biarkan berguguran dimana-mana
Masih ada petugas pembersih yang akan memungutnya dalam selokan

Lintasan Kornea menjadi strata sosial
Ilmu terpendam jauh dalam Bumi
Dalam diri jauh tertusuk duri
Mumpuni masih jauh di ujung sana
Ya
Sudahlah
Yang penting syarat sertifikat dan kertas yang berstempel kita akan di akui
Ginanjar Gie
13 Oktober 2019
^Kopi_kenangan