KITA TUNGGU TAHUN 2020

Foto : Bupati dan Wakil Bupati Bima
Menunggu kehendak langit
Dalam alur cerita sengit
Siapa pemenang dalam laga politik
Tanpa harus berpatokan pada siapa yang punya banyak logistik

Para politisi sedang sibuk membaca
Siapa yang pantas menjadi juara
Tahun 2020 kita akan kembali memberi suara
Dalam album lagu laga duda dan janda

Siapa sebenarnya kita
Aktivis mana yang lantang bersuara
Rakyat mana yang masih mengnginkan kudeta
Kita tunggu Tahun 2020 Tiba!!

Siapa saja yang akan bertarung
Apakah petahana dengan kotak kosong?
Ataukah calon yang pernah gosong
Agar kita tak buta dalam menggonggong

Mari sama-sama kita baca peta politik
Kita padukan antara analisis dan kritik
Agar tercipta masyarakat yang pacak
Dalam menyambut strategi politik yang cantik

Mari generasi
jangan jadi masyarakat bunga melati
Kita pilah semua calon dan partai
Siapa saja yang di usung saat pilkada nanti

Ayo kawan
Kita kawal atau lawan
Kita adalah penentu masa depan
mari kita menjadi perlemen jalan yang berda di batisan terdepan

ANALISIS TENTANG KESADARAN POLITIK MASYARAKAT BIMA

Di kabupaten dan kota bima hanya 30-40 % masyarakat yg mengerti politik, sisanya adalah masyarakat awam yang masih menggunakan akal sehatnya pada "bonto ra bolo". Mereka percaya bahwa IDP bukan lagi "Indah Damayanti Putry" melainkan ini adalah kode Alam yang memberikan kita pada satu pembacaan yang rasional bahwa IDP adalah "Indikasi Dua Periode", maka bukan hal yg tidak wajar jika figure lawan belum juga kentara dan tak sepadan dalam hal basis suara-suara di wilayahnya, maka jangan heran dinasti akan kembali duduk di atas singgasana meski tanpa wakil ataupun wali.
Namun tidak lupa juga kita membuka ruang pada satu pembacaan peta yang terjadi saat pemilihan walkot-wakwalkot kemarin bahwa semua itu bisa di tumbangkan jika kita benar-benar andil dalam menumbangkan politik dinasti yang sudah mendarah daging di Kabupaten dan Kota Bima.
"Dua Dinasti mampu di runtuhkan kan oleh Satu Komunitas) slogan yang selalu di bisikkan di tiap warung-warung dan Kedai kopi tersebut akankan terulang di kontes pilkada yang akan datang ataukah dinasti akan kembali menduduki singgah sana kerajaan dalam Negara demokrasi.
Wacana-wacana tersebut di atas merupakan sesuatu yang harus kita gunakan untuk menjadi peta dalam membaca kondisi dan stratagi yang di mainkan dalam laga politik di Tahun 2020 yang akan datang, supaya dalam memberikan hak suara rakyat tidak di berikan atas nama perbudakan tapi dengan satu alasan logis yang hingga tidak terjadi penyimpangan dan multitafsir antara "PARIS" ataukah "LARIS".
#Hati-hat

SELAMAT PAGI

Foto : Sang penyair
Selamat pagi para aktivis
Selamat pagi juga buat para iblis
Kita sama-sama termaginal oleh skenario
Yang dimana kita terisolir dan merangkak di bawah kendali paris maupun parasit birokrasi

Selamat pagi
mari tetap optimis meraih mimpi
untuk tetap menjadi 
meskipun budak di negei sendiri

selamat pagi
jangan lupa sarapan
kita harus optimis
demi terwujud indonesia yang makmur dan rakyat yang penuh syukur

Selamat pagi cinta
kau aku pasti akan menyatu 
Dalam doa yang terpanjat setiap kata
semoga kau aku bersatu sampai ke penghulu

Selamat pagi 
Kita kamu aku kau dia
Semoga tetap dalam satu intruksi
Berjuang demi tanah air dan bangsa 
pun demi cinta

LEWAT LITERASI AKU MENGABDI

Foto : ilustrasi puisi
Dalam baitmu terlintas dalam benakku sejuta jurus pamungkas, namun inilah resiko yang harus di hadapi. Tak bisa di pungkiri kecerdikan memang selalu unggul.
Kau bisa kau mampu kau paham, namun aku masih terlalu kecil menyerupaimu
Tak ada yang setara
Tak ada yang sama
Keangkuhan ini aku tunjukan pada dunia yang aku hadapi sekarang
Bukan untukmu
Bukan juga untuknya
Tapi ini untukku
Ya hanya untukku

Aku tak peduli
Aku ingin hidup seribu tahun lagi
Jangan tawarkan mati
Sebab aku telah lama abadi
Lewat literasi aku mengabdi
Memberi secercah mimpi
Untuk wujud kontribusi
Kuberikan semua ilmu Dalam diri
Agar Bima tetap pada budaya mbari
Agar tanah bima tetap menjadi tanah sanggili
Gie
24 Mei 2019

MAY DAY MAY DAY MAY DAI

Foto : ilustrasi puisi
Aku bulan tanpa malam
Merasuk hari tanpa cahaya
Keindahan ku hilang di terpa awan
Menghimpit pandang jauh tertekan
Karena matahari tetap juga angkuh
Karena matahari enggan memberiku
Karena matahari tak bergeming membagi
Karena matahari adalah cahayaku

Aku adalah budak dari gelanggang spartacust
Mengibas pedang adalah lemahku
Berontak ialah ketiadaanku
Melakoni seluruh wajibku
Aku tiada tanpa apa-apa

Aku adalah air di tengah bukit-bukit dahaga
Tak mampu mengalir namun tetap dinikmati oleh tenggorokan kering setiap yang bernyawa.
Aku adalah budak negara
Aku adalah keringat yang di oeras tanpa pamrih
Di gaji dari bau badan yang tak seberapa

Aku miskin karena produk yang ku buat
Aku miskin karena bangunan yang ku bangun
Aku miskin karena pelayanan yang ku beri
Aku miskin karena semua lakuku pada penguasa

May Day May Day My Day
Tolong aku tuan penguasa
Tolong bebaskan aku dari segala penindasanmu
Tolong aku dari jeritan para tetanggaku
Tolong bangun kembali suara ketiga
Sebab keadilan sosial adalah hak kami
Hak kita
Hak para buruh dan rakyat indonesia
Mari rangkul kami
Kami tiada tanpa kalian
Kalian tiada tanpa kami
Dari rakyat
Oleh rakyat
Untuk rakyat
Gie
01 Mei 2019
Pena langi di kota bima