Gila

Setiap manusia adalah gila bagi manusia lain

ILUSI TAK BERTEPI

Foto : Ilustrasi puisi
Malam tanpa bintang
Desember telah menyapu
Terganti dalam tebalnya awan hitam
Yang siap menitikan syair-syair rindu
Di jalanan dan di di genting atap perpus kota

Alam menjadi dingin
Kebekuan ada pada hati
Bukan saja kulit yang menggigil namun hati yang selalu mengingat hangatnya kecupanmu
Ah
Kau liar kala itu
Kau merayu dalam salam sepi
Hingga kerontang batin terobati jua
Lewat bisikan merdu desahan nafas
Kau memanggilku lagi sayang
Aku tak sanggup
Aku tak kuat
Pertemuan hanya menyisakan bayangan hayal dalam ilusi tak bertepi
Kau memenjaraku dalam kata
Hingga bisu semua pita
Aku gugup dalam kalimat
Kalimatmu meracuniku

Wahai wanita penggoda sepi
Aku masih ingin merinduimu
Beri aku waktu itu
Akan ku perbaiki semuanya
Pasti

BATIN TANPA EMBUN

Hasrat rindu ingin bersua
Di kala senja memisahkan malam dengan siang
Kebisuan itu hadir dalam angan yang memangku asa
Semoga teraksa
Semoga terlaksa
Laksamana jarum jam adalah penentu
Sebab pengembara dari lorong tak mampu terjamah

Ketulusan rasa ingin berjumpa
Dalam pertapaan suci pikiran dalam gelap
Keheningan menggapai sunyi
Raut dan suara terngiang terpampang dalam majazi imaji

Haus
Kerontang
Batin tanpa embun mengandai hujan
Namun muson menerpa barat daya
Hilangkan mendung di pipi para pendama
Hilang
Keikhlasan hati yang dapat menuai
Sebab luka adalah penerimaan
Bukan pada pengingatan ingatan pada nostaligia
Semoga

KEBENARAN HANYA OMONG KOSONG

Foto : Penulis
Pekat yang terpenjara antara dua waktu
Hitam tak selalu gelap
Putih tak selalu terang
Dan cahaya tak selalu berwarna
Ada hal salah dalam kebenaran
Ada kebenaran dalam kesalahan
Sistem tempat bertumpu adalah jalan pikiran

Dalam tanda tak ada riak air
Namun samudera bergelombang besar
Debu terbang tanpa kasat
Hilang di terpa angin di atas dedaunan tertumpu semboyan
Tulang hilang

Tunangan adalah awal
Nikah adalah perjalanan
Sedang kelahiran adalah awal dan akhir dari pencapaian
Semua terangkum dalam kebenaran yang salah

Salah dalam benar lumrah adanya
Benar dalam salah tak muskil bagi hakim
Kuasa penguasa tanpa tanggal janggal
Hilang saja jika tak ngin melihat
Pulau seberang masih kosong
Puncak asta punce masih asri
Hilangkan saja penatnya dalam bubuhan aksara
Nista hati akan hilang
Sesak akan terurai

Aku adalah kesalahan bagi mereka
Mereka adalah kebenaran bagi pengabdi
Namun jiwa liar tak mampu di topang rasa haus
Sebab kebenaran tetap selalu hidup
Abadi dalam kholbu
Nurani tak mampu di tepis nafsu
Hatta Tuhan nya tuan datang menjelma kantong dora
Karena bagi yang lain nobita tetap tolol

Sudahlah
Tak ada kebenaran
Keabsolutan itu milik orang
Orang itu orang lain
Tak ada dalam diri
Diri kita satu
Tak milik jaring hilang
Jaringan semboyan jual diri
Kebenaran hanya omong kosong
Muak

KOTAKU KOTA MATI

Foto : Penulis
Pagiku pergi
Fajar ku hilang
Kabut menyelimuti
Aduhai hari yang malang

Lautku luas nelayan lalai
Bom rakitan siap meledakan karang
Dosa apa untuk generasi
Ikan hilang di telan badai gelombang

Perahu kecil di tepi pantai
Bersandar di bibir kenangan karang
Hempas terseret ombak pergi
Luka sejarah terpaksa terkenang

Para raja sedang sibuk menebar janji
Sang wakil turut jua ikut melelang
Dosa bersama di tanggung panggung partai
Partai di pantai membangun pentas untuk bergoyang

Muslihat akidah cerminan kirani
Di negeri fajar tempat para kalong
Menjelma cakra di tubuh fraksi
Zeus tak lagi mampu menjadi dalang

Kutukan Tuhan?, apalagi!!
Ucap sumpah bagai air mengalir dalam selang
Selang-selang para pencuri
Tertanam di tubuh bumi para inang

Perisai
Tameng para pendomblang
Laskar kubu kuburan peniti
Hilang mukhlis di dalam nurani

Kotaku kota mati
Banyak tercipta para maling
Hanya semesta yang cinta akan puisi
Tertempel di dinding mading