SUATU SAAT

Oleh : Desti
foto : ilustrasi puisi
Suatu nanti kau akan merindukan aku yang tidak kau temukan dalam diri perempuan lain. Ketika kau merasa sudah tak lagi seperti biasanya kau akan merasa kehilangan.

Kehilangan seseorang yang sudah berusaha mati matian untuk memperjuangkanmu. Kau akan mehiangan sosok yang berusaha membuatmu bahagia, berusaha selalu ada, berusaha menjadi apapun yang kau inginkan sekalipun itu harus berlawanan dengan dirinya sendiri.

Kau akan merasakan rindu di mana seseorang yang slalu menyimpan tangis di balik senyumannya terhadapmu itu sudah tak mau lagi berjuang untukmu dan mulai pergi meninggalkan dirimu. Ya, itu AKU..!!
Akulah orang yang kau sia siakan, akulah orang yang tak lernah kau inginkan kehadirannya. Dan sekarang aku memutuskan itu berhenti dan pergi sejauh jauhnya dari kehiduanmu.

Aku yak pernah menyesali nasib cintaku yang begini, akupun tak pernah membencimu, aku tak dendam.
Hanya saja aku ingat, akan aku ingat sejarah hidup yang kelam, sejarah kelam aku yang hanya di manfaatkanmu.

BANGUNLAH PUTRA PUTRI IBU PERTIWI

Foto : ilustrasi puisi
sumber :merdeka.com
Langkah gontai mengiringi perjalanan kitaHiruk pikuk masalah menyertai tiap desahan napas
Mengantar kita dalam suasana yang sakral
Sang saka kembali mengisi berkibaran di tiap penjuru jagad Indonesia raya.

Air mata haru selakasa berucap terima kasih
Kepada para pahlawan yang telah berguguran di medan juang
Yang memproklamasikan
Yang memberi dukungan moral
Yang memberi dukungan moril
Semua bagai datang memberi hormat bersama di depan sang saka merah putih.

Kibaran di langit jingga
Bertanda ia adalah simbol pemersatu bangsa
Bhineka tunggal ika
Gabungan Rupa daerah
Garuda di dadaku
Di dadamu
Di dada kita
Indonesia

Bangunlah putra putry ibu pertiwi
Merdeka telah kembali menyapa
17 agustus kini telah datang
Kita kibarkan sang merah putih di langit biru
Agar dunia tau bahwa kita bisa
Agat dunia tau bahwa kita mampu
Agar dunia tau bahwa kita masih ada dan tak akan pernah hilang selamanya

Negara kesatuan republik Indonesia
Negaraku
Negara kau
Negara kita
Sabang sampai merauke
Adalah satu tulang
Mendidih darah
Jika satu tangan berani menggagu kibaran mu di langit.

Berkibarlah benderaku
Jayalah pancasilaku
Menyatulah Bhinekaku
Kau adalah jiwa raga kami
17 Agustus 2019
Ginanjar Gie

KAU JAHAT DALAM DIAMMU

Foto : Ginanjar Gie
Perpisahan memang bukan pilihan
Namun pilihan akan segera tiba
Menjumpai kata pisah di ujung harapan
Harapan pada kata takdir yang tampu di terka

Keliaran bahasa mengalahkan kobaran api di mulut naga
Kemajemukkan makna tertafsir mengalahkan panas kawah di bibir gunung berapi
Meng-endapkan lara dalam hati yang pernah tertaut

Luka-lah luka
Tergores pena yang menari di atas hati
Hati-hati kata belum sempat terucap
Lalu luka datang me-lalu-lalang-langgeng-genggam-gampita

Lihai
Lihat-lah luka
Yang tersayat di ujung bibir
Lidah tak beracun yang menghunus samurai
Kini tercabik-cabik semua nadi
Hingga kursi gemulai layu tak lagi mampu memapah
Kopi dalam cangkiran pun tak lagi terhirau

Luka-kah luka?
Tidak...!!!!
Dendam yang membara
Dalam hati wanita istimewa
Kini menjadi-jadikan tumpuan luka
Pada setiap pandangan mata yang disorot ingin menggoda

Kau jahat dalam diammu
Kau diam dalam hasratmu
Kau.....
Kau bangs*t tak bertuan.
Ginanjar Gie
05 Agustus 2019
Inspirasi kamar kumuh

CAWAN SUCI

Foto : ilustrasi puisi
Segala semoga ter_asa dalam diri
Tertera sempurna pada intuisi
Semoga langit menjawab selaksa lazuardi
Tangan mulus terangkul dalam memori
Sempurna sudah harapan dalam hati

Ambisi ingin memiliki kini makin semakin
Menggoda iman tuk melampui batas yakin
Harap-harapan ini terjalin
Aku kamu menyatu bak saolin
Kau yan dan aku yin

Hitam putih yang menyatu
Membangun peradaban Baru
Memaknai coretan langit biru
Kisah kita akan banyak hati yang terharu
Menangis tersedu meratapi pilu
Lalu tersenyum bahagia karena kita telah bersatu

Dalam cinta yang suci
Tanpa Cawan Suci
Tanpa Skenario Konspirasi suci
Kau aku adalah kisah Azahra dan Ali
Dua anak yang telah memiliki
Kekuatan dan kewibaan dalam diri
Itulah makna kehidupan

Nol Tak Ternilai Namun Mampu Memberi Banyak Hutang

Foto : ilustrasi Puisi
Mengantar sang surya tuk merebah
Dalam kenangan tangan yang tak pernah mendekap
Menyetubuhi sajadah suci
Sang langit masih tengah menanti

Sajak jalanan kembali terlahir
Dalam angka yang tak ternilai
Nol yang tak terhitung bukan?
Namun mampu memberi peluang hutang yang sangat banyak.

Masih
Lagi dan lagi merebah
Menyetubuhi jalanan rindang
Mencari sesuatu yang hilang
Namun tak pernah bergeming dari tempatnya
Ia ada dari ketiadaan
Dimana rimba masih tertanya
Dalam kholbu sang wartawan masih memendam keingin tahuan.

Sang surya melambai
Bertanda peluit masinis waktu telah berbunyi
Jingga kembali datang
Lalu pulang meninggalkan hitam
Penyair jalanan masih merebah
Menunggu langit meneduhkan takdir

Di pangkuannya sejuta soal
Di kepalanya sejuta tanya
Di pundaknya sejuta tanggung jawab
Kemana merebah sang kelana
Jalanan masih sunyi

Lihatlah petani masih menyemai
Sang nelayan hilang dua hari
Kita masih tetap berdiri
Tertanyakah dalam hati kapan kita mati?

Entahlah
Jawaban ada dalam keegoisan
Kemauan manusiawi
Ya......
Disana ia terpendam
Di dalam congkaknya tafsiran nilai
Bahwa kaya adalah sukses yang tertunda.
05 Agustus 2019
Ginanjar Gie
Pena Langit di ujung Bumi.
Inpirasi Sape sangia