![]() |
Foto : ilustrasi Puisi |
Dalam kenangan tangan yang tak pernah mendekap
Menyetubuhi sajadah suci
Sang langit masih tengah menanti
Sajak jalanan kembali terlahir
Dalam angka yang tak ternilai
Nol yang tak terhitung bukan?
Namun mampu memberi peluang hutang yang sangat banyak.
Masih
Lagi dan lagi merebah
Menyetubuhi jalanan rindang
Mencari sesuatu yang hilang
Namun tak pernah bergeming dari tempatnya
Ia ada dari ketiadaan
Dimana rimba masih tertanya
Dalam kholbu sang wartawan masih memendam keingin tahuan.
Sang surya melambai
Bertanda peluit masinis waktu telah berbunyi
Jingga kembali datang
Lalu pulang meninggalkan hitam
Penyair jalanan masih merebah
Menunggu langit meneduhkan takdir
Di pangkuannya sejuta soal
Di kepalanya sejuta tanya
Di pundaknya sejuta tanggung jawab
Kemana merebah sang kelana
Jalanan masih sunyi
Lihatlah petani masih menyemai
Sang nelayan hilang dua hari
Kita masih tetap berdiri
Tertanyakah dalam hati kapan kita mati?
Entahlah
Jawaban ada dalam keegoisan
Kemauan manusiawi
Ya......
Disana ia terpendam
Di dalam congkaknya tafsiran nilai
Bahwa kaya adalah sukses yang tertunda.
05 Agustus 2019
Ginanjar Gie
Pena Langit di ujung Bumi.
Inpirasi Sape sangia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk