Luka Kian Menari

Kehadiran yang menyisakan luka
Kini kembali datang menggenggam harap
Menanti asa yang dulu pernah tertinggal
Jauh di sana kini menjadi mimpi harap-harap cemas

Luka kian menari
Memberi harapan jua kenangan
Kemana aku bawa luka hati
Pun jua cinta di hati

Kenangan harapan dan cinta
Melebur menjadi dilema
Di satu sisi kita jua pernah sama-sama luka
Kini haruskah menjalin untuk kembali memeluk kembali harapan itu?

Tanya

Kemanakah kita?
Haruskah ku tinggalkan luka lebam yang pernah ada
Atau haruskah 'ku terima mimpi dengan menenggelamkan luka
Dilema

Dalam sunyi
Aku menyelami mimpi
Memeluk selimut sepi
Sakitnya luka bisakah di perbaiki
Ataukah lagi akan menjadi kenangan
Bersama sisa napas langkah kita

Sampai ini
Sampai saat ini
Aku masih menanti yang pasti
Darimu atau dari jiwa yang benar-benar punya hati
Untukku
Untuk menemani hatiku
Selamanya.

Kenangan Dalam Dawai

Foto : ilustrasi puisi
Lekuk sosok sang terdamba
Di liuk-liuk bayu menyapa
Menoreh kenangan di atas kepala
Ingatan demi ingatan hampir lalu pamit

Hilang pergi datang kembali
Berlalu lalang tanpa perintah
Hadir selaksa burak
Pulang selaksa kilat

Kenangan dalam dawai
Bunyi-bunyi yang tersembunyi
Dalam dendam dendang sinden
Terhanyut jiwa terbasuh payah
Menyatu bersama selendang sutra
Sutra hitam pemberi ketenangan
Pun kenangan

Kembali..!!?

Senar sunyi tanpa suara
Berdendang tanpa kata
Melolong tanpa kuasa
Mengharap dalam asa
Semoga

Ucap kita yang tak sempat bersuara
Dalam dekap doa-doa sekap
Kita sama-sama memilih mati
Demi ego
Kita lalu bercerai dan hilang
Tanpa kabar
Tanpa kata
Tanpa pena
Gie
01 September 2019
08 : 50 pagi
^Kopi_kenangan

IRIAN BARAT YANG INGIN HILANG

Foto : penulis
Lok : tanah merah jakarta
Aku Kini berdiri di padang gersang
Dengan dua identitas yang tak teridentifikasi
Di kepalaku berwajah manusia
Dihatiku lebam oleh kera

Kera sakti telah kera-sukan
Bibit-bibit benci dari liur yang tak terjamah oleh adab
Menghukum nurani nun jauh lebih perih
Tertembak mati lebih mulia dari pada hidup di semak belukar nusantara

Lihatlah Tiang yang telah patah
Terbayar dengan konflik yang amat tegang
Sang saka tetap berkibar
Ban bakar telah menghiasi aspal
Masing-masing kita punya dendam

Pesan terpampang
NKRI harga mati
Perlahan semua semu mati
Kobar mengobar dendam bersama api
Api cinta bersama dendam
Lama telah di bungkam hati
Tersulut propa penopang

Dimana kini mereka bersandar
Satu sisi monyet mengandai
Satu sisi kera menyerang
Kita sama-sama tak kasat mata
Melihat sesuatu dalam gelap
Siapa di balik tragedi ini
Tragedi memilukan negeri
Satu kata pemecah kesatuan
Kini menjadi api yang menelan korban
Bahagia sang propagandis
Indonesia di telan duka
Nestapa dalam tanda kutip
Bahwasannya Irian barat kini akan kembali tenggelam
Bersabar wahai bung Karno
Perjuanganmu kembali di duduki
Mungkinkah ini akan kembali
Entahlah
Gie
31 Agustus 2019
Kos vivian

NAFSU BINAL

Foto : ilustrasi puisi
Dengan nafsu kebinatangan
Melepas binal dalam tersengal-sengal
Memotret wajah dalam bingkai sunyi
Hinggalah hinggap sang penabur benih

Ular kobra tak beracun menjumpai laut
Kekeringan seribu tahun telah terbasahi
Dengan satu desakan dari air suling
Kenikmatan menggoda untuk kembali berdendang

Liarku liar
Liarmu biar
Liarku Siar
Liarmu bandar

Kita menimati?

Kekosongan
Terisi benih tanpa surat
dalam kantong plastik bergambar pasutri
Bualan nafsu membisik bising
Keperawanan tanpa terjaga
Adalah hak seutuhnya wanita

Dalil?
Bukan..!!!!!!!!!!!!!!!

Ini adalah cerita dimana semua manusia rela memperkosa dan memperkaya diri dengan dalil cinta
Mereka membuang semua aturan Demi terlaksananya percikan darah dan air suci dalam Tonggak tak bersurat.
26 Agustus 2019
Gie


Sajak Air Mata Dari Timur

Foto : Demo di Mananokwari
Mama wamena menangis dalam pangkuan ibu pertiwi
Meratapi perawan yang telah lama terenggut
Di kapitalisasi setiap borjuasi
Telanjang Bulat kini tanpa busana
Pun usus-usus telah di sulap menjadi emas dan mesiu

Mereka berkata dalam dekapan ruh para leluhur
Mengapa kau bungkam kami dengan hitam pekat
Sementara bubuk hitam adalah berguna bagi Rudal dan Renjana

Hitam Kulit
Hitam Mesiu
Hitam pula nasib

Perut mama wamena di gerogoti
Demi operasi plastik wajah metropolitan
Emas disini terpendam dalam rahim bumi
Emas disana menjulang menjumpai langit

Emas kami
Emas Papua
Emas NKRI
Emas Indonesia

Tapi mengapa kami hanya di pandang sebagai kaum terhemapas?
Kaum pinggiran yang hanya untuk kalian tindas
Sementara selajutnya kalian hegemoni dengan alibi konjungsi
Ekonomi negeri naik tapi tidak untuk kesejahteraan kami

Nawaitu nawa cita
Cita-cita kami kesetaraan
Kesetaraan kami undang-undang 1999
Pribumi hilangkan demi satu kesatuan
Itu yang Tuan-tuan tawarkan pada kami

Bukankah begitu seharusnya
Kita hidup dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika
Bukan bahasa Monyet dan Kera
Yang membuat kita terpecah karena luka

Lihatlah kami Tuan
Lihatlah alam kami
Lihatlah jiwa kami
Derita dalam Dekapan sukma
Mendidih darah dalam jiwa
Ingin pisah namun cinta akan Bhineka
Memilih bersatu adalah keutuhan Ras dan Etnis Indonesia

Apakah kalian buta?
Apakah kalian tuli?
Lihatlah sajak dari Timur
OPM hadir karena anak tiri masih di pelihara dalam rahim kandung ibu pertiwi

Percayalah
Tidak semua kami adalah mereka
Tidak semua mereka adalah kami
Tapi kami adalah satu dari seribu yang melengkapi angka demi untuhnya NKRI