LEWAT LITERASI AKU MENGABDI

Foto : ilustrasi puisi
Dalam baitmu terlintas dalam benakku sejuta jurus pamungkas, namun inilah resiko yang harus di hadapi. Tak bisa di pungkiri kecerdikan memang selalu unggul.
Kau bisa kau mampu kau paham, namun aku masih terlalu kecil menyerupaimu
Tak ada yang setara
Tak ada yang sama
Keangkuhan ini aku tunjukan pada dunia yang aku hadapi sekarang
Bukan untukmu
Bukan juga untuknya
Tapi ini untukku
Ya hanya untukku

Aku tak peduli
Aku ingin hidup seribu tahun lagi
Jangan tawarkan mati
Sebab aku telah lama abadi
Lewat literasi aku mengabdi
Memberi secercah mimpi
Untuk wujud kontribusi
Kuberikan semua ilmu Dalam diri
Agar Bima tetap pada budaya mbari
Agar tanah bima tetap menjadi tanah sanggili
Gie
24 Mei 2019

MAY DAY MAY DAY MAY DAI

Foto : ilustrasi puisi
Aku bulan tanpa malam
Merasuk hari tanpa cahaya
Keindahan ku hilang di terpa awan
Menghimpit pandang jauh tertekan
Karena matahari tetap juga angkuh
Karena matahari enggan memberiku
Karena matahari tak bergeming membagi
Karena matahari adalah cahayaku

Aku adalah budak dari gelanggang spartacust
Mengibas pedang adalah lemahku
Berontak ialah ketiadaanku
Melakoni seluruh wajibku
Aku tiada tanpa apa-apa

Aku adalah air di tengah bukit-bukit dahaga
Tak mampu mengalir namun tetap dinikmati oleh tenggorokan kering setiap yang bernyawa.
Aku adalah budak negara
Aku adalah keringat yang di oeras tanpa pamrih
Di gaji dari bau badan yang tak seberapa

Aku miskin karena produk yang ku buat
Aku miskin karena bangunan yang ku bangun
Aku miskin karena pelayanan yang ku beri
Aku miskin karena semua lakuku pada penguasa

May Day May Day My Day
Tolong aku tuan penguasa
Tolong bebaskan aku dari segala penindasanmu
Tolong aku dari jeritan para tetanggaku
Tolong bangun kembali suara ketiga
Sebab keadilan sosial adalah hak kami
Hak kita
Hak para buruh dan rakyat indonesia
Mari rangkul kami
Kami tiada tanpa kalian
Kalian tiada tanpa kami
Dari rakyat
Oleh rakyat
Untuk rakyat
Gie
01 Mei 2019
Pena langi di kota bima

DOA DI BALIK MEGAHNYA GEDUNG PROSTITUSI

Foto : ilustrasi
Ada doa di balik megah dan tingginya gedung prostitusi
Ingin bebas dari belenggu neraka
Doa yang tak sempat terikrar
Ia terpendam nun jauh dalam kholbu
Hendak apa kemana ia merebah
Dosa tertelan di atas ranjang empuk

Ada doa di balik jeruji
Seorang pecandu terpenjara karena membunuh diri
Membunuh generasi dari dalih mereka
Sedang di dalam megahnya kantor birokrasi
Tangan besi siap membunuh seluruh hak rakyat

Ada doa di balik gubuk peot di pematang sawah
Seorang lelaki buta terkantuk menunggu istri
Di sana-sini tak ada cahaya
Ia melamun meratap diri
Doa terkabul mata tak mungkin bisa lagi
Melihat apa lagi

Ada doa di pinggir trotoar
Sang penyair jalanan yang sedang membaca
Suara semesta tengah berbisik
Lihai pada dunia
Hilanglah adab pun etika jua estetika
Terlindes peradaban produk milenial
Terlahir dari rahim kapitalis
Generasi tanpa produksi inovasi
Terbunuh dengan keji di atas meja warung internet

Ada doa di balik puisi
Semoga kau berkata dan berteriak sepertiku
Disini sana
Kita terbitkan fajar kebenaran di bumi mbari
Kita hidupkan peradaban di tanah sanggili
Mari berjanji

Dana ma mbora
Dana ma mbari
Kerajaan yang hilang di tanah Bima
Adalah simbolis dunia peradaban mulai
Kembali di rajut untuk sebuah reinance ketiga
Benahilah
Beranilah
Gie
23 Mei 2019

JALAN EKONOMI MIRIP LAMPU EKONOMAT

Foto : Penulis

Tuan
Ratu
Tahan
Malu

Kami menanggung
Pentas di atas panggung
Kami yang di pasung
Kami jua di suruh mulung

Dinda
Kanda
Janda
Kangginda

Turun segera
Serahkan jabatan
Kami tengah meminta
Tolong di indahkan

Tuan
Ratu
Pai ada

Di pinggiran
Perbatasan kabupaten pun propinsi
Di selat sape
Pulau ular

Mutiara
Hasil alam
Hasil laut
Kami punya

Lantas pembanguna mana yang kau beri
Haruskah para infestor asing yang membanfun jalan kami
Jalan ekonomi mirip lampu ekonomat
Tiga hari di pakai langsung mati
Mati
Gie
24 Mei 2019
Pena langit di bumi pai

AIR MATA

Foto : ilustari puisi
Di sayat mata yang tak tertuju
Terpendam rendam dalam lembah mata
Mengalirkan deraian musim semi
Di sisi gelap lembah masa lalu
Ingin menggapai bukit alaska

Dalam jemari yang sedang menari
Di sudut malam dua wakaf terjerat
Pergi kembali untuk pulang
Lalu lalang tanpa makna
Sementara
Semesta matamu masih membekas
Di dalamnya ada luka

Disisiku
Ada kau yang tak ku temui
Di puncak dua belas
Kita hilang dalam air mata
Tenggelam dalam masa lalu
Tak lagi saling menyapa
Kita hilang dalam tatap yang saling berpaut

Kau punya pilihan untuk pergi
Sedang aku punya pilihan untuk tetap bertahan
Kita di lembah semesta yang tak tertawan
Kita sama-sama punya pilihan di dalamnya yang jelaga siap menanti
Lanjutkan saja karena kita adalah periode yang tak di batasi oleh konstitusi.
Gie
17 Mei 2019
Pena langit di kota tepian air

MEREKA ADALAH CINTA

Foto : ilustrasi puisi
Bacalah syairku dinda
Jadilah tiada
Sebab Tuhan tiada Ada
Dimana-mana semua sua akan asa

Menyipit mata yang terapit
Jatuh bangun sebelum terjangkit
Kita sama ingin bangkit
Maka bangkitlah sebelum disapit

Serunai mengalun sendu di antara bukit
Jadilah anak pingit
Kita adalah anak buaian langit
Satu di antara sekelumit

Disana banyak tak terhitung
Tak terjumlah mengalahkan situng
Tuna wisma
Tuna netra
Tunas-tunas bangsa

Mereka adalah kita
Mereka adalah cinta
Mereka adalah agama
Kita satu dalam satu akidah bangsa

Ikutlah dalam satu majelis
Bacalah syair-syair mukhlis
Kalam terbaca dengan manis
Bacalah
Ketahuilah
Agama cinta adalah islam
Gie
16 Mei 2019
Pena langit di Kota Tepian Air
Kota Bima di ujung pena

PETA DALAM DIRI

Foto : ilustrasi puisi
Masih disini
Mencari dirja dalam kendali
Menggiring pikiran untuk intuisi
Sebilah kata yang ingin pergi
Meramu menemui
Hilangkan peta dalam diri

Satu adalah alif
Penyatuan antara dada dalam tiga kaf
Kelingking penanda satu
Ibu jari terhimpit menyatu
Kita tengah sama-sama
Mencari masing-masing

Sebelum tiba akal
Kita temui bekal
Yang tersekap nun jauh di dalam
Tercantum indah pada kalam
Salam
Gie
14 Mei 2019
Pena langit di bumi pai

VISI MISI : BUALAN JANJI

Foto : salam dua periode
Ratapan kea_dilan
Terhenyak
Merobek dinding peradaban
Hilangkan peta si hana
Satu-satu langkah empat setapak

Datang mendatangi tanpa tanda tangan
Visi misi sisi bugil kulit persi
Kemenangan teralih oleh rezim kafilah
Siapa yang tau bumi putera masih ada?

Ada di kalimatan
Ada di jakarta
Ada di mataram

Mereka-reka ingin kembali
Tampil jadi kuda perang di laga demokrasi
Domisi telah terombak opini
Siapa saja bisa asal rekening punya banyak isi

Demokrasi
Tai besi
Sisanya basi

Visi misi
Bualan janji
Kita mati
Siapa peduli
Lihatlah disini
Seorang bayi
Terujuk tanpa tangan mulus umi

Kita bisa
Merdeka
Tanpa dinda
Abang tetap berjuang untuk Bima
Gie
21: 41
14 Mei 2019
Pena langit di kota tepian air
Bima di ujung pena

SAMURAI DALAM LIDAHMU

Foto : ilustrasi puisi
Narasimu indah sayang
Aku ingin berorasi di mimbarmu
Membisiki setiap eja dari narator yang kau lafazkan
Aku ingin ada di setiap aliran darahmu
Aku ingin menjadi dengusan nafasmu yang akan memberikan keseimbangan
Ketika para bedebah memerangi kita dengan asap gasnya
Ketika para bedebah datang memuntahkan peluru karetnya

Aku ingin mejadi samurai dalam lidahmu
Pemberi racun bagi telinga para penghuni birokrasi
Aku ingin menjadi golok dala
Hingga para tirani tergorok dengan kejam oleh lantangmu

Loakkan
Sumpah sampah serapah
Hujatkan pada mereka
Kita ada
Belum mati
Kita selalu ada
Akan tetap dan terus ada
Gie
11 Mei 2019
Pena langit di bumi pai
Pulau ular di ujung pena

BAGAIMANA KABARMU PALESTINA : SUDAH HILANGKAH KAU DALAM PETA

Foto : Che Guevara
Apa kabarmu palestina
Sungguh aku ingin
Ingin membebaskanmu
Ingin menghapus dukamu
Rinduku
Tak mampu

Karbala menggores mimpimu
Menyibak semua tabir
Hentak terhenyak tak pernah bermimpi bunga
Sebab mesiu dan ledakan senjata membisingkan setiap telinga
Telinga keledai
Terus saja lengkingkan ocehan
Para bedebah barat berkomando
Selaksa kiblat dunia
Menekan tertekan
Teken meneken
Kesepakatan

Lihatlah para mata
Nirwana menanti penghuni
Pusara di perbatasan kota
Tanpa nisan
Mereka terkubur oleh debu gurun

Lihatlah
Bahkan bayi yang masih dalam kandungan ingin cepat terlahir
Ingin bebas
Ingin membebaskan
Menghirup udara surga
Dunia tanpa penindasan
Tanpa peperangan
Dunia tanpa darah
Dunia yang damai
Perdamaian dunia

Haha
Perdamaian dunia tak punya nyali
Serikat setan yang memporak-porandakan
Tak mampu memberi kenyamanan
Tak membebaskan belenggu keterpurukan

Sistem bangsat para kumpulan elit polical dunia
Menatap di balik layar lebar
Darah para suhada
Darah para pejuang
Darah anak-anak yatim
Darah bayi
Darah orok dalam perut ibunya
Semua terpercik di depan muka
Muka tuan di depan layar
Di depan meja
Keputusan tak terambil
Terambil terampil
Intervensi kepentingan
Kestabilan ekonomi dunia
Hilangkan palestina dari peta
Gie
10 Mei 2019
Pena langit di bumi Pai

UNTUK PENJILAT

Foto : ilustrasi puisi
Angin terbungkam
Berdesakan para penggoreng menyebar berita palsu
Demi nama ke puncak
Antar terhantar antah berantah
Yang penting tenar
Ideologi jangan di tanya
Liberal katamu
Liberal kataku
Semua masuk

Untuk penjilat persilatan
Untuk pergulatan
Untuk pembual bualan
Untuk pendusta
Semua adalah kemenangan
Tak ada yang di bela
Karena pembelaan adalah nama tertunjang di sana-sini

Tenggelam dalam kelam
Terbunuh mimpi untuk setara
Revolusi sosial hilang
Kepentingan
Terhegemoni semua kepala
Kita terkungkung dalam dosa pencitraan
Publik figure cari sensasi
Statment pembodohon terpublikasi
Tersistem
Meracuni setiap pikiran manusia
Kemarin
Hari ini
Esok
Situasi yang tetap satu
Sama
Gie
9 Mei 2019
Pena langit di bumi pai

PENGHULU SEGALA NCUHI

Foto : penulis
Malam bersama api unggun
Pinggiran jalan-jalanan
Dengan lentera di ujung netra
Sang samudra tawarkan kemilau
Gili banta memancarkan keindahan
Kopi tawarkan ketenangan
Alam pai tawarkan kesejukan
Kita ada dalam satu kolosal semesta
Lazuardi tak mampu mengimbangi
Langit telah meluapkan rahmat
Nikmatilah
Kenikmatan
Kita adalah surga yang tak tersentuh
Tangan bengis
Tangan besi penguasa
Tak akan sanggup
Mengubah menggugah keindahan
Karena kita adalah bima yang pertama
Pencetus sejarah dalam sejarah
Maka nikmatilah
Kita adalah kerajaan di atas kerajaan
Pulau ular adalah raja diraja
Penghulu segala ncuhi
Lihatlah
Kita kecil
Namun punya kekuatan yang tak tertandingi
Yakinlah
Gie
06 Mei 2019
Pena Langit di Bumi Pai

REVOLUSI TIDAK JADI : GENERASI DOPING

Foto : ilustrasi puisi
Revolusinya tidak jadi
Belum dapat ijin umi aji
Yang punya istri harus mikir MP-ASI
Senior harus cari link politisi
Junior dilarang berambisi
Harus selaras dengan ilmu yang di beri
Kata sang pemateri
Di dalam sekret saat pengkajian materi

Dari terbentuknya NKRI
Orde Lama Orde Baru Revormasi sampai Demokrasi
Teriakan mahasiswa ingin revolusi
Tapi
Setelah masuk pada sistem birokrasi
Kepentingan partai
Kepentingan Menteri
Kepentingan rakyat di ujung orasi
Hanya koar-koar basi
Revolusi belum jadi
Hanya darwin yang punya teori evolusi
Habis itu kita sama-sama ingin revolusi
Tapi hanya wacana sebelum masuk jadi pegawai
Bualan untuk melancarkan ambisi
Generasi televisi
Hahaha
Pencitraan
Pencemaran

Revolusi dengan sebiji doping
Teriakkan orasi di mimbar jalanan
Tanpa obat penenang tak bisa bersuara
Pecundang

Mengundang
Bingung
Penjara bukan karena suara
Kristal putih di dalam kaca
Jadi idaman para pejuang
Katanya

Hahaha
Kau sendiri yang membunuh
Kau sendiri yang memancing
Kau sendiri yang menyulut
Kau sendiri yang tergoda
Kau sendiri yang jual harga diri
Kau sendiri yang jual idealisme
Kau sendiri yang mati
Kau sendiri yang bodoh
Revolusi di jalanan
Restorasi di bawah kolong meja
Kenikmatan di atas langit
Kembali kristal putih jadi idaman
Sekali lagi

Hahahaha
Bualan revolusi
Memapah diri sendiri
Tak mampu
Tak sanggup
Mati saja
Tak berguna
Tak ada guna
Lenyap sudah
Generasi tanpa tau diri
Pecundang
Gie
02 Mei 2019

PERAWAT TAK TERAWAT

Foto : ilustrasi puisi
Wanita sinting
Otak giting
Miring
Juling
Garing

Kesehatan jiwa tak terawat
Perawat tak mampu merawat
Kaum gujarat
Petugas pembuat surat
Habis di gurat
Semburat

Jerawat?
Gigi berkawat
Semoga kau di jerat
Semoga hidupmu melarat
Moga-moga kau cepat sekarat
Terbenam bersama matahari menuju barat
Sampaikan salamku pada malaikat
Sesampai di ujung maut
 Kau Kemelut?
Aku kalut
Salut

Wanita sakit
Kedua bukit
Sudah terjangkit
Sang burung bangkit
Pantaslah lapina terakit
Hati ku kau buat sakit
Sapamu membawa penyakit
Akut
Gie
03 Mei 2019
Pena langit di bumi pai
#NB : BUAT WANITA YANG DAPAT IJAZAH DARI SKRIPSI BAYARAN

GENERASI PENGGORENG KORENG


Foto : ilustrasi puisi
Rekayasa akal
Semakin dangkal
Jarak sejengkal
Kepala tanpa bekal
Hilang intelektual

Budaya yang sakit
Jiwa-jiwa generasi bulshit
Terjangkit penyakit
Semua ingin menjadi parasit

Berisik
Jelmaan manusia bersisik
Anak jaman berisik
Racik-me-racik
Goreng-meng-goreng
Nama ter-Coreng
Moreng
Bopeng
Koreng
Ideologi loteng
Terbangun jereng
Tinggi tanpa cakar penguat
Ingin bangkit
Kembali terjangkit
Jalanan terboikot
Dompet harus isi di loket
Kembali idealisme terjual di kolong
Kantong kosong
Terisi lemari bendahara bolong
Sama-sama nyolong

Apa bedanya?
Penguasa dengan yang dijalanan sama
Mereka pernah jadi mahasiswa
Kita masih mahasisa

Mari belajar jual diri
Generasi tanpa ideologi
Melacur di meja birokrasi
Prostitusi?

Sama
Tak ada beda
Yang ada di rel kereta
Yang ada di penggilingan kota tua
Yang ada di doli surabaya
Yang ada di sosial media
Kongsi antar benua
Apa bedanya?
Sama-sama jual diri
Kasihan generasi
Di perkosa sistem hirarki
Benci..!!!!
Gie
05 Mei 2019
Inspirasi pagi Kopi Pai

TERBUAI MIMPI

Foto : Ilustrasi puisi
Saatnya tidur
Tak usah ngopi malam ini
Tak usah lagi berpuisi
Sebab keduanya tak bisa memberi ketenangan bagi hati
Yang gundah gulana menahan sepi
Sunyi
Intuisi
Imaji
Kita kungkung di bawah kaki
Mereka harus lenyap malam ini
Insomnia segeralah berhenti
Pergi
Aku ingin mati
Sejenak ingin merebahkan diri
Mari kembali
Di atas ranjang kita terbuai mimpi
Gie
30 April 2019

CINTA ITU

Foto : gie
Cinta itu lilin pada api
Cinta itu hujan pada pelangi
Cinta itu Matahari pada pagi
Cinta itu senja pada gelap
Cinta itu Kerbau petani
Cinta itu sapi peternak
Cinta itu telur madu pekerja
Cinta itu batu pasir semen gedung megah
Cinta itu rokok pada api untuk penikmat
Cinta itu entahlah
Gie
02 Maret 2019

MIMPI REVOLUSI

Foto : Che Guevara
Mari merangkul tangan
Kita dalah dua yang pasti menyatu
Bersenda gurau di atas mimbar jalanan
Di hiasi asap ban bekas di pinggir trotoar

Aku rela jadi megafone
Agar hingar semua telinga
Mendengar segala kemelaratan bangsa
Yang akan kita gugat bersama-sama

Aku rela jadi kertas
Untuk kau urai semua mimpi revolusimu
Aku penopang pena lusuhmu
Aku pendamping setiamu

Jika polisi datang
Jadikan aku tameng pelindungmu
Aku laskar yang akan menghujani para aparat dengan batu
Aku akan datang
Pasti
Kita punya satu mimpi
Indonesia jaya dengan rakyat yang hidup merata
Bukan melarat dengan janji yang sering di ralat
Kita generasi tanpa pedang
Tapi dengan pena
Yakinlah kasih
Kita adalah sehelai kertas yang akan meluluhlantakkan istana
Gie
01 Mei 2019