 |
Foto : penulis |
Dengan dua lensa aku berkaca
Membaca dari pendengaranku yang tuli
Atas intrument yang di lantunkan oleh para elit
Cinta NKRI katanya
Pancasilais katanya
Demokrasi katanya
Bhineka tunggal ika katanya
Negara agraris katanya
Sementara di balik mimbar
Pelacuran kata siap di mainkan
Obral janji adalah taman firdausi bagi telinga tanpa saring
Sebab dompet pribadi menebal
Bolehlah kita beli orang
Ekonomi meroket
Tak usah ngutang lagi
Sejahterakan buruh
Usut tuntas kasus HAM (munir dan wiji tukul adalah misteri)
Inilah bukti bualan dalam mimpi sebelum tidur
Ah sudahlah
Ekonomi sosial tanyakan saja pada karlmax atau ferdrik angel
Ekonomi kapitalis tanyakan saja pada adam smith
Ekonomi syariah tanyakan saja pada google kata bang fahri karena kami bukan lagi berdebat tentang ekonomi syariah atau apapun itu
Itu terlalu rumit dalam rumus hidup kami
Yang kami minta ekonomi mikronya tolong di perbaiki
Sebab peti mati sudah kami siapkan sendiri
Tak usah memahat peti dari berlian
Tanah liat saja sudah cukup
Insektisida murahkan
Harga bawang naikkan
Nilai rupiah naik terhadap dolar
Korupsi di hukum mati
Petani berikan mobil dinas
Jangan hanya kepala dinas yang mendapat perlakuan yang istimewa dan hanya duduk di kantor
Sementara para petani jalan kaki sejauh lima kilo menuju kebun dan ladang untuk bercocok tanam
Revolusi petani
Tanggal 24 hari tani
Kami dari anak para petani
Siap tumbangkan tirani
Dijalanan kami berorasi
Menuntut para penguasa untuk di adili
Sebab pajak rumah dan sawah kami sudah terlalu tinggi
Sementara para petani tak pernah menghiraukan nasibnya
Mereka asyik bercanda ria di sebuah gubuk sawah
Harga cabe naik istri minta cerai
Harga BBM naik gagal kawin lagi
Harga Telur naik janda minta di poligami
Harga diri naik kayaknya 1989 harus terulang lagi
Revormasi revolusi petani
Besok pagi
Siap menggemparka penguasa negeri