AKULAH SI MISKIN YANG BUTA

Foto penulis
Akulah si miskin yang buta
Buta huruf
Buta mata
Buta hati
Buta segala

Akulah si miskin yang bodoh
Bodohi orang
Bodohi diri sendiri
Di bodohi orang

Akulah si miskin yang malas
Malas-malas
Malas melas
Malas mulas
Malas moles

Aku si miskin yang tak ada harga
Harga diri
Harga hidup
Harga malu
Harga pinta
Harga ingin
Harga mau
Harga mati
Harga marga

PUISI UNTUK DJ

Foto : masalah hingga lahinya puisi


Kagoko
Kagoko
Kagoko
Kagoko
Kagoko
Kagoko

Ribuan makna telah ku cerna
Ribuan kata telah ku andai
Namun di balik itu hanya kata sampah yang ku lihat
Yang terangkai di situs para atheis

Ingin sekali ku layatkan sebuah surat cinta
Namun kasihku kini buram
Menjelma sukma angkara murka
Hingga legamkan semua kebenaran dalam nurani

Rumah Tuhan?
Orang Tua?
Peduli apa?
Yang penting aku di puji dengan kata bahwa aku berani berstetment di antara ribuan hantu

Aku lebih dulu katamu
Aku tua tanpa umur katamu
Aku terlahir sebelum ibumu di lahirkan katamu
Aku si kagoko katamu menurutku

Kagoko
Kagoko
Kagoko
Kagoko

Sudahlah empat baris saja
Sudah capek aku menulisnya
Kalimat tanpa isi
Isi kepala apalagi
Hanya isi dompet yang masih tersisa

Sudahlah
Ku akhiri saja puisi ini
Puisi kagoko untuk dj
Yang memainkan musik opini tanpa adab dan etika.


Puisi : untuk seorang anggota wakil rakyat yang menjabat sebagai wakil ketua DPRD Kota Bima

IDEALIS ITU KATA SAMPAH

Foto : penulis

Rasanya hidup ini tak ada lagi yang namanya idealis
Bajingan adalah kata sampah yang menjadi teman setia
Tiap setiap persoalan selalu berakhir dengan kata kepentingan.
Lalu apa maknanya kita gaungakan semua bisa berekspresi
Jika hanya segelitir orang saja yang di utamakan?

Idealis?
Itu kata yang sudah menjadi sampah
Karena semua berkoar tentang idealisme
Namun di balik mimbar semua adalah anjing yang kelaparan

Hahaha
Rasanya ingin ku telanjangi semua kain pembungkus molek itu
Agar dunia tau bahwa di dalamnya ada bangkai yang kehausan untuk di setubuhi

REVOLUSI PETANI

Ilustrasi puisi

Tak ada lagi tempat untuk pulang
Aku anak yang terbuang
Terjual di pinggir warung gorengan
Bersama penjual koran korengan

Mimpi terbeli untuk berjuang
Menjadi seorang bocah petualang
Berorasi di atas mimbar antonim beruang
Tak kenal panas meski hari telah masuk siang

Teringat sedari pagi
Belum satu teguk pun kopi ku nikmati
Sebab hari tani menuntutku berorasi
Melawan tirani yang suka beronani

Merah putih hijau biru kuning jingga
Warna pelangi politik indonesia
Yang mengisi ruas jalanan ibu kota
Menuntut harga sandang pangan kembali tertata

Satu lagi
Kata kopi revolusi
Peti mati para petani
Harus Terbuat dari besi
Agar mereka selalu abadi

SYAIR PETANI DAN ELIT POLITIK

Foto : penulis
Dengan dua lensa aku berkaca
Membaca dari pendengaranku yang tuli
Atas intrument yang di lantunkan oleh para elit
Cinta NKRI katanya
Pancasilais katanya
Demokrasi katanya
Bhineka tunggal ika katanya
Negara agraris katanya

Sementara di balik mimbar
Pelacuran kata siap di mainkan
Obral janji adalah taman firdausi bagi telinga tanpa saring
Sebab dompet pribadi menebal
Bolehlah kita beli orang

Ekonomi meroket
Tak usah ngutang lagi
Sejahterakan buruh
Usut tuntas kasus HAM (munir dan wiji tukul adalah misteri)
Inilah bukti bualan dalam mimpi sebelum tidur

Ah sudahlah
Ekonomi sosial tanyakan saja pada karlmax atau ferdrik angel
Ekonomi kapitalis tanyakan saja pada adam smith
Ekonomi syariah tanyakan saja pada google kata bang fahri karena kami bukan lagi berdebat tentang ekonomi syariah atau apapun itu
Itu terlalu rumit dalam rumus hidup kami
Yang kami minta ekonomi mikronya tolong di perbaiki
Sebab peti mati sudah kami siapkan sendiri
Tak usah memahat peti dari berlian
Tanah liat saja sudah cukup

Insektisida murahkan
Harga bawang naikkan
Nilai rupiah naik terhadap dolar
Korupsi di hukum mati
Petani berikan mobil dinas
Jangan hanya kepala dinas yang mendapat perlakuan yang istimewa dan hanya duduk di kantor
Sementara para petani jalan kaki sejauh lima kilo menuju kebun dan ladang untuk bercocok tanam

Revolusi petani
Tanggal 24 hari tani
Kami dari anak para petani
Siap tumbangkan tirani
Dijalanan kami berorasi
Menuntut para penguasa untuk di adili
Sebab pajak rumah dan sawah kami sudah terlalu tinggi

Sementara para petani tak pernah menghiraukan nasibnya
Mereka asyik bercanda ria di sebuah gubuk sawah
Harga cabe naik istri minta cerai
Harga BBM naik gagal kawin lagi
Harga Telur naik janda minta di poligami
Harga diri naik kayaknya 1989 harus terulang lagi
Revormasi revolusi petani
Besok pagi
Siap menggemparka penguasa negeri