SEPERCIK SURAT UNTUK SENIOR HMI

Foto : penulis

Mencintai itu jangan setengah-setengah. Karena hasilnya juga akan setengah. Mencintai harus utuh
dan harus hati yang tulus ikhlas.💚

Ada sepercik surat singkat.

Yunda dan Kanda

Tuntunlah dinda agar tetap selalu tetap belajar mencintai dalam setiap genggaman nafas perjuangan ini.

Yunda dan Kanda

Tuntunlah dinda agar bisa menjadi perempuan yang sesungguhnya. Perempuan yang kelak bisa menghasilkan generasi umat dan bangsa. Pun yang menjadi cantik dengan kejujuran lewat perkataan.. 💚

Yunda dan Kanda

Ada kenikmatan didalam mencintainya
Ada hasrat yang selalu ingin disampaikan padanya. Bahwa dinda ingin terus menikmati.

Menikmati hasil melalui proses yang dibekali oleh Keyakinan lewat Iman, diUsahakan lewat Ilmu dan diSampaikan dengan Amal. Hingga akan tertuai layaknya menikmati kenikmatan yang ada pada puncak tertinggi.

Karena dengannya aku berada dalam kasih dan sayang. Dengannya aku berada dalam lingkup saudara rasa sekandung. Yang ku cinta adalah Himpunanku,  "Himpunan Mahasiswa Islam"

Salam santun dari dinda 💚

Penulis : Ningsih Ulwansyah

BUNGA DARI KSR-PMI STISIP MB

Foto : bunga dari KSR-PMI STISIP MB
Aliran darah menjalar di setip selang
Menghimpit adrenalin tiap setiap pendonasi
Sebab jarum adalah kata kecil bagi benda tajam
Penghapus kata berani bagi segelintir jiwa
Yang berjiwa sosial
Yang mempunyai nurani solidaritas tinggi
Jiwanya akan melawan ketakutan pada benda tajam kecil yang di takuti oleh preman sekalipun

Berbagi kasih dengan setetes darah
Tertumpah ruah para pendonor
Sang suster siap dengan segenap kampuan
Menggosok kulit dengan perban alkohol
Menusuk perlahan lengan si ikhlas darah

Tersunggik senyum diwajah panitia
Menyambut peserta dengan senyum sumringah
Hati bergetar di antara kesadaran
Sebab tafsir diri ialah senyuman istimewa yang memberi harapan
Bunga indah pun terselip dalam kado
Membawa naluri kecakrawala
Atas mimpi tentang sunggik senyum sang suster yang manis

Ah.... Sudahlah
Itu hanya mimpi
Sebab pelayanan adalah utama
Keselamatan adalah yang pertama
Kata seorang wanita si sudut gedung

Ya ya ya
Bunga dari KSR-PMI
Indah dalam naungan senyuman bibir si suster
Yang memberi dengan seutas senyuman manis
Hingga jiwa bermimpi
Aku ingin menjadi bagian dari KSR
Pun juga bagian dari dirinya
Suster cantik

REVOLUSI WANITA AKSIONER

Foto : wanita penginspirasi puisi

Wanita perjuangan?
Ah tidak
Aku hanyalah pemberontak tanpa taring
Berteriak lantang di jalanan
Menyambuk aspal
Hingga asap mengepul menghiasi jalanan

Ban bekas adalah meriamku
Megafon adalah senjataku
Menusuk telinga para pembual busuk
Yang tengah asyik duduk di kursi panas

Akulah wanita tanpa taring
Berdiri di tengah kerumunan
Menjadi saksi para bedebah menyiksa sahabat seperjuangan
Yang tengah asyik bercumbu dengan jalanan

Aku di tengah jalan berteriak
Membongkar kedok penghuni istansi
Namun wajah geram petugas yang katanya penegak hukum
Datang menyibak baju dan benderaku
Lalu tak terelai semuanya
Hancur...........
Batu bata
Batu kapur
Kayu lapuk
Terbang melawan peluru karet dan gas air mata

Akulah wanita tanpa taring yang tak pernah takut akan wajah buas petugas
Berusaha mengingat semua luka kawan-kawanku
Luka hati perjuangan
Luka-luka yang masih membekas di wajah, di kepala dan di punggung kawan-kawanku

Hari itu 28 oktober 2017
Ingatanku masih murni
Mengingat semua rentetan peristiwa
Darah mereka yang berceceran di tanah
Terpentul tongkat buas sang polisi
Polisi buas tanpa busana kewibawaan
Menindas layak preman jalanan
Memukul
Menginjak
Harga diri bagai harga sampah

Atas nama perjuangan dan revolusi
Aku bersumpah atas nama emansipasi
Aku adalah wanita perjuangan tanpa taring
Namun jangan kau coba menyolekku
Niscaya cakarku akan mengaum bagai raja hutan
Aku sudah tak punya urat ketakutan
Akulah wanita revolusi


#NB
Puisi ini saya tulis untuk seorang wanita yang berjiwa aksioner. Saya rasa dia adalah reinkarnasi dari jiwanya kartini.
Mungkin dia adalah RA. Kartini tapi dalam rupa yang berbeda

RINDU BAU BADAN

Foto : penulis
Kata angin semilir di suatu siang
Bercerita tentang pengapnya ibu kota
Di sela-sela awan putih
Berhembus sepui hawa tak mampu
Menembus panas tak kunjung menjadi sejuk

Telanjangi saja tanpa busana
Sebab pengap kini lagi menerpa
Menindih kulit terekresi basah
Dalam baju tersimpan garam pun bau keringat

Bercak putih di ujung kerah
Mengingatkan saat kita masih bersama kemarin
Kita habiskan siang di suatu bukit
Bukit indah jua bukit hatimu

Bercorak khas hasil ekskresi
Gumpalan putih di kerah baju hitam
Saat kau rebah di pangkuan kasih
Kau berucap aku rindu bau badan ini
Akan selalu ku ingat bau badanmu
Meski ribuan waktu nanti yang akan memisahkan kita

Terbuai lamunan saat angin menghembuskan pengap
Senja tiba menyapa
Membawaku pada kenangan masa lalu saat bersamamu
Namun tidak untuk sekarang
Semua hilang dalam kekejaman waktu dan ego kita

Malam menghampiri
Menghapus senja yang baru saja ku nikmati
Pekat megah siap menciutkan nyali
Sebab tanpamu adalah ketakutan dalam hidup
Dan juga untuk menjalani hidupku

INDONESIA DI BAHU KIRI JALAN

Foto :ilustrasi puisi, koin bergambar dan bertulis nama pahlawan di pinggir jalan

Indonesia di bahu kiri jalan
Terkantuk-kantuk di pinggir trotoar
Tertuju mata pada si bapak tua
Yang terukir di atas koin lapuk

Dosa apa gerangan dirimu kawan
Apakah kau bukan pahlawan?
Kenapa engkau tertidur sendirian di bahu kiri jalan
Apa yang hendak kau pikirkan?

Hewan melata melingkari koin
Terselip doa dari juluran lidah
Pangkulah aku kata yang ku baca dari impinya
Doa terucap untuk sebuah koin dengan nama dan ukiran wajah pahlawan

Nama jalan jua pun nama koin yang di buang di pinggir jalanan
Semua adalah harga sejarah bukan?
Dimana harganya?
Jalananku adalah jalanmmu tuan
Bersabarlah
Perjuangan mu tak akan berakhir
Meski kau di marginalkan di pinggir jalanannya para pahlawan

Kau telah hilang jendral
Kau di buang di bahu kiri jalan dekat trotoar
Hargamu tak lagi di gunakan
Namamu hanya pelengkap nilai seratus rupiah

Maaf kan aku pahlawanku
Pahlawan negeriku
Jasamu hanya menjadi potret di sebuah koin kusut yang kini tak lagi punya nilai
Kau di buang, tanpa ada mata yang punya rasa takut kau kehilangan.

#NB
Puisi : jujur, jiwa saya menangis melihat sebuah koin yang tengah terlantar di pinggir trotoar, aku menangis tanpa air mata, terlintas dalam benak saya, nilai perjuangan para pahlawan yang pernah saya baca di beberapa buku, tapi kini hanya menjadi pelengkap koin 100 rupiah yang tak punya nilai, dan di buang begitu saja di pinggir trotoar..

Himbauan : bagi siapapun yang punya uang koin dan merasa tak di butuhkan lagi, tolong simpan dengan baik dan jangan di buang, sebab di sana tertulis dan terpatri wajah pahlawan kita, tolong hargai perjuangan mereka dengan tidak membuangnya.