TENTANG KOPI DAN RASA

Ilustrasi puisi
Tetesan air mata di dasar danau es
Saat matahari terbang di sayap rembulan
Menghardik diri pada pekatnya lilin
Hingga lahir sejuta gores tersayat yang tak tampak

Terucap satu tanya dari bibir merah merona
Hendakkah kopi mampu memeluk rasa
Saat majazi asmara menindis diri dalam masygul
Adakah rindu kisah yang tertuang dalam kopi
Hingga begitu tinggi nikmatnya dari rindu

Jawabku :
Dengan kopi aku teringat untaian seorang wanita
Saat itu kala senja merona memancarkan jingga
Mengucapkan sepatah kata tentang kopi
Bahwa disaat kau meneguk kopi berikut ampas dari air mataku ialah suatu kenangan yang tak mungkin dapat ku lupakan
Meskipun tangan dan goresan pena Tuhan berkata pada hati yang lain
Namun yakinlah rindu padamu akan tetap ku ramu dalam satu wadah jiwaku
Hingga kata hilang dan kadaluarsa tak pernah tertulis untuk expo rasa di hati
Untukmu juga canduku
Aku bercerita..!!

PENANTIAN TERTUNDA SANG PERINDU

Dirimu

Langkah akhir adalah ikhlas. Ketika sebuah ketulusan dipatahkan begitu saja. Dekat namun tak harus terikat,adakalanya kita mengikhlaskan sesuatu yang belum tentu kita miliki, dan mungkin memang bukan milik kita. Mengungkap rasa memang cara yang baik untuk saling mengetahui rasa masing-masing,namun disisi lain, akan ada kecanggungan dalam diri masing-masing. Afwan,ketidakjujuran tak akan kulakukan,baik ditempat ramai maupun sunyi. Tentang rasaku padamu biarlah kusematkan dalam Do’a,dan mungkin akan ku kubur dalam perasaanku padamu sedalam rasaku padamu.
Aku duduk merenungkan kembali kenangan-kenangan yang tlah lalu. Kenangan bersama seorang kawan yang menjadi pahlawan tiap aku butuh bantuan dan lainnya. Seorang kawan yang tak kusangka aku akan menaruh hati padanya.
“Zahra,kenapa melamun nak?” suara bunda mengagetkanku, “egkk,aku gak melamun kok bun” suara bunda mengagetkanku ,aku mencoba menutupi lamunanku.“lah,trus kalo ndak melamun kamu mikirin apa hayoo? Ngaku deh sama bunda..” “ ndak ada bunda,” tambahku menutupi. Pipiku akan memerah jikalau terus berada didepan bunda. “ Zahra ke kamar dulu ya bunda,ngantuk soalnya” aku melangkah pergi meninggalkan bunda yang masih dengan raut wajah bingung dengan tingkah ku tadi.
Ggggrrrrrrr… getar hp ku mengagetkanku yang sedari tadi memperhatikan lapisan halaman buku yang tersusun rapi di perpustakaan kampusku pagi ini, (ternyata sms dari temanku ukhti nita),  “Assalamu’alaikum,zah lagi dimana? Udah denger beritany nggak?” isi pesan itu membuatku bingung,berita apa maksudnya ini? Pikirku. “afwan ya ukh,berita apa maksudnya ini? Ana gatau ukh?” jawabku polos. Ukhti Nita menjelaskan dengan panjang lebar padaku,meski aku dengan capeknya membaca sms dari beliau, yang isinya tiada lain dan tiada bukan tentang Rahman,yah,dia keluar kota hari ini,meneruskan studynya diluar kota,entah dengan alasan apa ia mau melanjutkannya keluar kota,pada hal ia sudah meyakinkan diriku bahwa ia akan melanjutkan studynya disini saja denganku. Apa mungkin ia malu denganku karena pernah menyakiti hatiku? Yaah,ia pernah mengatakan padaku bahwa ia hanya menyukaiku saja,namun disisi lain ia dengan senang membonceng wanita lain yang sama sekali belum menjadi mahromnya, meskipun aku bukan mahromnya,dan kudengar kabar bahwa ia menembak wanita tersebut. Apakah ia merasa bersalah padaku? Kurasa tidak. Mungkin ia memang berubah pikiran,namun,dengan berubahnya pikirannya membuatku sakit,ia pergi tanpa ada sepatah katapun yang ia ucapkan padaku,bahkan bertemu atau mengirimkan pesan singkatnya yang keluar kota pun tidak,ia pergi tanpa alasan. “Jika seseorang dalam hidupmu pergi tanpa alasan,maka jangan biarkan ia kembali dengan penjelasan” aku tersenyum kecut mengingat kata-kata Ustadzahku dulu.
Rahman keluar kota hari ini,Sedangkan aku? Aku disini saja memilih melanjutkannya dikota kelahiranku,dan kurasa ini memang sudah takdirku untuk tidak bersamanya lagi.  Yaaah,begitulah pikirku.    Memang,sudah beberapa bulan ini aku tak berjumpa dengannya lagi,aku disibukkan dengan tugas-tugas kampusku, dia pun begitu. Walaupun kampusnya berbeda, namun sama-sama sibuk.
Berbulan-bulan aku melewati hari tanpa dia,hanya focus pada kuliahku saja,tak seperti dulu, pulang perginya jelas tiap waktu bersama dia, karena dulu kami satu sekolah. Ahhhh,sudahlah.
Hari-hariku kini aku lewati tanpa ada pesan singkat yang menyapaku dipagi hari. Tak ada pesan singkat yang mengingatkanku untuk makan, dan lain sebagainya.
Sudah 1 tahun lamanya aku menjalani hari hariku tanpanya, bahkan belum ada yang menggatikannya dihatiku meski itu hanya sebatas teman. Hmmmm.. aku tersenyum kecut saat memikirkan hal bodoh itu. Yang terpenting sekarang, aku harus memperbaiki diriku agar kelak mendapatkan yang baik pula. Karena jodoh adalah cerminan diri. Dalam renungan itu terlintas dalam pikiranku seperti ada yang berbisik dan berkata “jika ia menyakitimu, bersyukurlah. Karena Allah sedang memberitahu bahwa kau telah menjatuhkan hatimu pada orang yang salah, segera ikhlaskan, karena penggantinya telah Allah siapkan”. Ungakapan itu seakan mencambuk diriku yang tengah terlena dengan masa bodoh ku dulu. Aku berkeyakinan “untuk sekedar memisahkan Adam dan Hawa saja Allah bisa. Pun menyatukan keduanya Allah memiliki kehendak. Apalagi kita yang baru jumpa beberapa saat”. Akhir-akhir inipun aku disibukkan dengan tugas kuliahku serta kegiatan ini, itu dan sebagainya.
Hari ini,tepatnya hari jum’at . Aku mengikuti kajian Remaja Muslimah.
“pacar itu bukan siapa-siapa kita,ia hanya orang lain yang mencoba memasuki hidup kita dan menghancurkannya. Termasuk yang perempuan,banyak perempuan yang menjadi sasaran sadisnya pacaran . Betapa banyak yang kehilangan masa depan dan kehormatannya akibat sadisnya pacaran.”
  Tak lama  setelah pemateri menyelesaikan materinya, terlihatlah seorang Akhwat disampingku mengangkat tangan untuk bertanya,kelihatannya ia memang belum mengerti sama sekali dengan apa yang disampaikan oleh Pemateri. “kalo gak pacaran,gimana kita saling kenal mengenal?” Tanyanya dengan penuh polos. “loh,’kan ada ta’aruf tuh. Artinya saling mengenal. Bukan hanya kelebihannya saja,tapi juga kekurangannya” jawab Akhwat pemateri tadi.
“tapi aku gak suka, nanti dibilang gak laku” yang lain lagi menimpali. Aku langsung saja menjawab dengan spontan “ justru mereka yang pacaran yang gak laku, mengapa? Karena mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan hubungan yang tanpa ikatan dan berusaha untuk menjadi laku”. Kemudian lanjutku “akan ada waktunya kita menggelar sajadah bersama berdoa diatasnya sahut-menyahut “amin” tanpa saling bertanya didalam ikatan yang diridhoinya”
Aku tanpa sadar menjawabnya, meski sesudahnya aku menyadari bahwa sebelumnya akupun  pernah mempunyai rasa seperti yang mereka rasakan.  “tapi gimana kita dapat jodoh kalo kita gak pacaran?” tanyanya lagi. Akhwat pemateri pun menjawabnya dengan sopan dan santun “ wa khalaqnaakum azwaja,artinya, dan kami ciptakan kamu dengan berpasang-pasangan, (qs. An-naba ayat 8). Dan apakah ada syarat-syarat dapat jodoh itu harus dengan pacaran? Gak ada dalam Al-Qur’an. Laa taqrabuzzina,jangan deketin zina sis,dan jodoh itu ada dalam diri kita,karena jodoh adalah cerminan diri,paham InsyaAllah?”  “InsyaAllah paham” jawab semuanya. 
Setelah puas dengan jawaban dari pemateri dan saya, akhwat tersebut menerimanya dengan senyuman dan mengucapkan terima kasih. Setelah kegiatan selesai, kami saling bersalaman dan pulang menuju rumah masing-masing . Sepanjang perjalanan,aku merenung kembali apa yang tadi disampaikan oleh Akhwat pemateri,bahwa syarat-syarat jodoh harus dengan pacaran itu tak ada dalam Al-Qur’an dan jodoh adalah cerminan diri.. “Wahai zat membolak balikkan hati,teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu” gumamku dalam hati..
Setelah beberapa tahun saya tidak mendapat kabar dari Rahman, dan saya berpikir bahwa sudah  watkunya saya berhenti memikirkan semua tentang laki-laki. Dan saya sangat bersyukur telah mengikuti banyak kajian juga yang berkaitan dengan Wanita pada umumnya. Satu hal yang selalu aku ingat dari seorang ustadzah yang pernah aku ikuti kajiannya dulu “simpanlah apa yang kau rasa dalam diam, serahasia mungkin. Hingga debarannya hanya engkau dan Tuhanmu yang  dapat mendengar suaranya”.
2 tahun sudah aku berada didunia kampus, singkat sekali rasanya. Waktu berjalan begitu cepat bagaikan anak panah yang keluar dari busurnya. Sebentar lagi aku akan melakukan KKP/KKN seperti senior-seniorku yang lain. Akan sibuk mengurus Skripsi dan lainnya.
Tak terasa  aku telah melewati banyak waktu dan kenangan indah di dalam bangku kuliah ku, dan ternyata sebentar lagi aku akan menyelesaikan pendidikanku.
Hufffftt… Aku menghela nafas panjang,sebentar lagi aku Wisuda,sementara kegiatan-kegiatan yang membuatku sibuk akhirnya terselesaikan dengan mudah oleh bantuan-Nya.. 1 minggu berlalu ,aku Wisuda dengan IP yang Alhamdulillah, memuaskan,berkat dorongan dari Ayah dan Bunda. Selesai Wisuda aku memutuskan untuk menjadi guru disebuah Madrasah yang tak jauh dari kampungku sendiri. Jadi,pulang dan perginy gampang. Gak harus ngerepotin ayah yang ngantar.(gak apa-apa curhat dikit).
“besok ada yang ingin menemui mu nak,bersama keluarganya..” “siapa bunda?” aku memotong pembicaraan bunda, “sepertinya bunda tak usah memberitahumu lebih dulu,”.aku hanya terdiam tanpa mengomentari perkataan bunda.
Adzan isya pun berkumandang,dengan segera aku mengambil air wudhu’ dan melaksanakan sholat isya,, selesai sholat isya,aku meraih Mushaf kecil warna biruku,mushaf dari Rahman dulu,aku masing menyimpan sampai sekarang,bahkan kemanapun aku membawanya, hhh? Baru ingat tuh anak. “Gimana kabarny dia?” pikirku .. sudah. Aku tiak memperdulikannya,aku langsung membuka surah Thaha..
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Thaha... Maa anzalnaa ‘alaikal qur’aana litasyqa… Illaa tadzkiratan liman yakhsya…
Thaha…
Satu persatu persatu kucoba pahami…
Thaha…
Tak memiliki arti dalam terjemahan Al-Qur’an.
Itu merupakan rumusan Rahasia Allah,rumusan yang tersimpan rapi dimega silver (Lauh Mahfudz) hanya Allah yang tahu. Sama seperti kehidupan kita,hanya Allah yang tahu apa makna dibalik semua itu .. Entah siapa yang akan menemuiku besok.
Aku tak bisa berkata apa pun, mataku berkaca, ada kesedihan dimata hatiku. Siapa yang ingin bertemu denganku besok? Aku hanya bisa berdoa “semoga Allah mempertemukanku dengan seseorang yang saat memandangnya saja, jiwa ini merasa tenang karena Allah sepenuhnya berada dalam hatinya”.
Pagi hari jum’at, tepatnya Jam 9 pagi, aku sudah bersiap-siap untuk menyambut tamu ku pagi ini.
Tok tok.. Suara  ketukan pintu membuyarkan lamunanku yang sedang berkaca,apa mungkin itu adalah tamu ku?  Aku segera melangkah membukakan pintu depan.
 “Assalamu’alaikum”  aku mengangkat kepalaku yang sedari tadi tertunduk, dan betapa kagetnya aku ternyata Rahman,ia tepat berada didepanku sekarang. Entah aku merasa bahagia atau bingung, dan sedikit bertanya, apa tujuannya kesini ?? entahlah.. aku mempersilahkan dia masuk. Bunda langsung saja keluar dengan teh hangat, rupanya ibu memang sengaja mempersiapkan semuanya, aku hanya diam membisu,hanya bisa berkata dalam diam. “kamu bagaimana kabarnya?”  Rahman memulai percakapan, aku hanya terdiam dan tertunduk antara bingung dan malu, dalam hati aku selalu mempertanyakannya, apakah ini nyata atau hanya sebatas mimpi?? Orang yang sudah lama aku kubur kenangannya kembali hadir dan sekarang sedang berada di depanku bahkan dirumahku. “kok kamu diam??” Rahman menyambung pembicaraanya. “eeeeeehhhh…. Mmmm ndk apa-apa kok..!!” “kamu sakit??” lanjutnya.. “aku ndk apa-apa kok Man, kenapa memang?? Jawabku,  “kamu kelihatan lagi ndak enak badan, kamu lagi ndak kenapa-kenapa kan?? Lanjutnya, “ndak apa-apa kok beneran deh..!!!” jawabku lagi. “ aku minta maaf dulu telah meninggalkanmu tanpa memberikan sepatah katapun, karena aku sangat malu dan takut sehingga aku tak mudah mengungkapkannya, khawatir kamu terluka dan melukai sebelum waktunya” tanpa aku bertanya tentang hal itu dia tiba-tiba mengatakannya. Aku berpikir “mungkin dia merasa bersalah dulunya, tapi biarkanlah aku sekarang tidak membutuhkan penjelasan itu”, “ndak apa-apa kok man tidak usah dibahas lagi aku juga udah ndak mikirin itu lagi kok” jawabku dengan tenang, sehingga terlihat dari wajahnya rasa tenang.  “apalah yang sanggup aku pendam lagi selain rindu, jika pada akhirnya sang pemilik semesta memberiku kesempatan untuk bersujud dan mengadu” betapa kagetnya aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulutnya. Hal itu membuat ku semakin bingung dan bertanya-tanya akan kedatangannya hari ini.
Ternyata tanpa kami sadar, kami telah mengobrol cukup lama sampai teh yang di siapkan oleh bunda telah dingin. “silahkan diminum tehnya Man..” Ucapku.
Entah bahagia atau apa yang aku rasakan sekarang, kenangan bersamanya yang sudah lama aku kubur kini hadir kembali. Ia tepat berada di dekatku sekarang.
“zah… kamu udah dikasih tau bunda belum tentang tujuan kedatanganku kesini?” ucapnya, “mmm.. belum,ada apa memang?” jawabku polos. “sebenarnya.. tujuanku kesini ingin mengajakmu kesurga bersamaku..!!!”…. entah apa maksud dari ucapanya, aku sedikit tak paham dengan ucapanya itu. “Maksud kamu apa Man?, aku ndak ngerti dengan maksudmu itu..!!”  Dengan sedikit rasa malu saya bertanya balik kepadanya. “Aku sebenarnya masih malu untuk mengatakan hal itu.. A..a.. aku mau mengkhitbah mu…” dengan sedikit kaku dia mengungkapnya.
Aku terdiam seribu bahasa mendengar ucapannya, dan hatiku mulai berkata “apakah ini nyata?? Ataukah aku tengah berkhayal ditengah penantian dan perinduanku?? aku sangat bahagia bahkan merasa menjadi orang paling bahagia di dunia ini, rasa yang selama ini telah lama aku nantikan, akhirnya tersampaikan juga..!!” aku tersenyum simpul dibuatnya.
“… itupun jikalau kamu bersedia menerimaku seperti dulu lagi..!!!” ujarnya lagi.  “kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah kesegala hal” ujarku. “maksud mu?? Apakah kamu ingin mengatakan tidak terima, atau kamu telah memiliki seseorang yang sudah kamu nantikan??” desaknya, “Bukan itu maksudku, aku hanya takut melanggar Cinta-Nya yang telah aku jaga selama ini. Aku tidak ingin merusak itu dengan rasa yang nantinya hanya akan membuatku menyesal”
Tiba-tiba Bunda datang menghampiri kami, dan duduk merangkulku yang sedari tadi  menguping pembicaraan kami, “ Nak Rahman, Zah itu bukan ndak terima, cuman dia masih malu-malu, maklumlah masih muda, bawaannya suka mengelak.. Hehe..” tuturnya. “Bunda kok gitu??” dengan tersipu malu aku berusaha mengelak dari ucapan Bunda. “Baik tante, insya Allah besok aku akan datang lagi bersama kedua orang tuaku, untuk membuktikan keseriusan dari ucapanku tadi.” Ujarnya kembali.
Hari itu aku merasa terbang dalam anganku, aku ingin menjelajahi dunia saat ini, dan mengabarkan kepada alam bahwa penantian panjangku akhirnya tersampaikan. Malam menjadi saksi akan rindu yang selama ini aku nantikan, hati  ini sebagai bukti akan penantian yang aku impikan. Itulah rasa yang bisa aku ungkapkan saat ini, dengan hati yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan, saat ini yang bisa aku lakukan hanyalah bersyukur kepada-Nya atas apa yang telah dikaruniakan kepadaku,  penantian ku yang tertunda kini telah tersampaikan dengan dia yang dijanjikan.
Aku mengenal mu lewat doa, bukan lewat ucapan.
Aku menulis namamu lewat hati, bukan lewat ikatan
Wahai engkau yang selalu terlindungi, ucapanmu terjaga pasti dan kewajibanmu terpenuhi. Aku tak berharap banyak untuk dipertemukan denganmu.
Cukuplah kau yang mencintai Allah, sebelum nantinya kau mencintaiku. Cukuplah kau yang mampu membimbingku, dan cukuplah bagiku dipertemukan dengan seorang yang selalu menyelipkan namaku didalam doa.
Semua rasa yang telah lama terpendam, semua mimpi yang pernah terbayang penantian panjang yang pernah terukir, kini kita akhiri bersama.
Kini aku menemukanmu, seorang yang telah ditakdirkan untukku.

Ya Tuhanku…
Teguhkanlah kekuatanku dengan adanya dia. Dan jadikanlah dia teman dalam urusanku. Agar kami banyak bertasbih kepada-Mu,dan banyak mengingat-Mu. Sesungguhnya Engkau maha melihat keadaan kami..
(Qs. Thaha ayat; 31-35)

Penulis : sofyan

FILSAFAT RASA

Foto : Ilustrasi Puisi
FILSAFAT RASA

Oleh : Ginanjar Gie

Mata jalang melintang di sudut lintang timur
Lintang kemukus memenjara jiwa pada satu asa
Doa terpanjat bagi jiwa yang tengah merindu
Sesunggik apa sempat asa terurai ia meramu tiap ajian teryakini

Niscaya bukanlah suatu keagungan hampa
Sebab di ujung senja setiap harap pasti punya makna
Membubuhi rindu yang kian mendesak
Menghadirkan likuifaksi di ujung mimpi bibir bergetar

Aku bukanlah aliran empirisme jhon luck
Yang memandang elok sebagai muara sebuah rasa
Berbicara fisik adalah yang utama tentang kebenaran
Menyampingkan absolut pada metafisis logis sebuah rasa

Rasaku adalah titian platonis
Bahkan dalam kesucian jiwa aku berani menghadirkan makam geogratos
Untuk mewakili kebenaran cintaku tanpa fisik
Yang bersemayam jauh dalam hati dan pikiran

Hati dan pikiran berkata adalah suatu kebenaran
Maka itulah rasa sayang bermuara dengan murni
Tanpa logika tanpa dialektika jiwa
Filsafat rasaku yang bermuara
Itulah keindahan cinta yang hakiki

MANTAN JAHAT MANTAN PENJAHAT

Foto : Penulis

Mantan jahat mantan penjahat
Pembunuh hati saat subur akan rasa
Selaksa bunga yang sedang merekah di awal juni
Ia terinjak oleh kambing si gembala saat merumput di padang ilalang


Bunga itu tumbuh di ruas jalanan
Lalu terhembus angin yang meniup bibit baru pada peradaban
Hingga lahir benih di tanah lapang tempat kambing gembala mencari nafkah

Loakkan tertumpu di tepi trotoar
Bunga tumbuh di dalam sampah yang membusuk
Hadirkan narasi si bungsu tanpa orang tua
Berjalan terhempas tanpa tau jalan pulang
Lalu dewasa tanpa etika
Ia membunuh para pelacur dan penguasa jalanan
Ia adalah penjahat tanpa hati
Keji dari segala kata kajian
Bahkan mendekam dalam penjara bukan lagi sesuatu yang di takuti

Lalu ia berjumpa dengan seorang gadis belia di pinggir trotoar
Bergetar hati luluh di ujung mimpi
Harap cemas atas masa lalu kelam
Hadirkan asa semoga terlaksa laksana mimpi pujangga
Lalu tangan Tuhan memautkan kedua hati menjadi satu

Bahagia menghampiri lubuk hati yang merindu
Hari-hari pekat kini menjadi berwarna
Menjamu semua kegalaun atas dialek jiwa pada kerontang yang telah lama hilang dari dasar nurani
Hingga kebengisan menjadi majazi pada satu jiwa yang tertemu di pinggir kiri jalan jalanan

Kelembutan hati dari muara senyuman lentik mata yang begitu indah saat berpapas
Mata itu bermain seakan menggoda jiwa
Hingga gelombang-gelombang jiwa menyalurkan neuron pada kholbu untuk kembali memunculkan cinta pada jiwa yang telah lama hilang  nilai manusiawi

Jauh
Jauh sudah hubung terhubung
Menjalin rasa dalam satu nada seirama dalam alunan rindu bersama kidung alam-alam cinta
Semua bermuara pada satu hikayat yang indah
Senja tak terlewat dengan kesendirian
Ada jiwa yang selalu menemani meskipun kadang ia tak satu dalam gravitasi pijakan

Kekuatan-kekuatan kebengisan jiwa pembunuh perlahan mulai hilang dalam diri
Hingga muncul pasrah untuk kembali kepada kebenaran
Menjalin hubungan dengan Tuhan atas cinta dan hikmah yang telah diberi lewat sunggik senyumannya

Namun
Ketika ikrar telah terucap untuk bertaubat
Ia
Sang tercinta memutuskan untuk menghilang dalam pandangan
Menjadi pendiam dalam diam yang tak mau terusik
Hingga jiwa liar yang telah di kubur kembali datang
Menghadirkan Tuhan yang tak adil dalam ucapnya
Hingga ikrar suci tuk berhijrah kemudian pupus
Hilang
Hati kini kembali mati
Jiwa kini kembali legam
Nafsu kini semakin tertuang dalam tungku yang sedang di semai untuk menjadi bara keabadian

Mantan jahat
Mantan si penjahat
Kau lebih jahat dari penjahat
Hingga hijrah terhambat oleh bisikan bualan sombongmu
Menghancurkan hati dan juga hidup untuk sang penjahat


#NB
Cinta boleh, tapi jika kau ingin kembali kepada tuhan, kembali padanya jangan kembali atas dasar orang lain atau faktor lain

03 Oktober 2018
Kota Bima
Kamar kos inspirasi

AJIMAT DAN KHODAM ADALAH KITA

Foto : ilustrasi puisi
Dosa dan rindu adalah kita
Nostalgia dan luka adalah kita
Sastra dan prosa adalah kita
Ajimat dan khodam adalah kita

Sakit yang tak pernah sembuh di ujung mimpi adalah kita
Luka yang tereguk tiap ampas candu kopi adalah kita
Kehampaan pada harapan yang tertata di ujung asa mengerikan adalah kita
Wifiq dalam satu bagan sulaiman adalah kita

Kita adalah sesuatu yang berjalan di tapak yang sama namun tidak pada satu jalan
Kita adalah ruang kosong kehampaan yang masing-masing ingin di isi kembali
Kita adalah saraf-saraf yang hancur karena kafein dan nicotin harapan
Kita adalah senja tanpa harapan dari penikmat di balik bukit

Kita?
Dosakah?
Aku kau yang tak pernah menyatu
Meski harap untuk bersatu adalah ingin yang tak yang selalu terselip di bawah lentera Tuhan di tiap sajadahnya