TANGGA MENUJU LANGIT

Foto : HMI
Kesendirian merupakan inspirasi terhebat untuk meluapkan segala hal-hal indah dalam guratan tinta, menghasut imaji untuk terbang menuju dimensi langit, mencapai arasy hingga menyapu dinding penghalang antara ilusi dan rasa.

Melampaui ini, menjadikan diri merasa terkungkung di bawah majazi istimewa, memukhliskan segala skenario langit pada tiap tapak kaki dan pada sesuatu yang harus di gapai untuk membezakan sesuatu yang telah di beri oleh yang maha rahman dan yang maha rahim.

Kita sebagai insan dan makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-Nya di tuntut untuk mencapai arasy dalam perjumpaan sebelum terpisah jasad dan ruh. Menemui sang khalik yang tersembunyi di balik netra yang tak terlihat. Ia kekal abadi di dalamnya namun tidak pula kita mampu melihat DzatNya yang maha Agung. Ia berada di antara dua sisi hamba yang di cipta dan hamba yang tujuannya untuk di ciptakannya hamba.

Manusia yang tinggi ialah manusia yang bisa melampaui segala aspek kehidupan sosial, kita terbangun di dalam gelap tanpa gemerlap cahaya, kita kembali meminta ncaha untuk di pancarkan dala jiwa melalui mata hati yang bersih dari pengatuh kemegahan dunia. Ikhlas yang sering di gaungkan itulah jalan menuju jalan maktifattullah yang di ridhoi Allah SWT.

Kita tertuntut dan di tuntut untuk mencapai langit. Namun di dalam hal tersebut tentu kita mencari jalan mana yang harus di lewati dan tangga mana yang di gunakan untuk sampai ke atas puncak tertinggi.

Tangga menuju langit yang di lafazkan oleh ibn arabi adalah jalan yang di lewati melalui maktifatullah, namun Jalalludin rumi menggunanakan jalan yang berbeda untuk mencapainya. Ia jauh dari kata pisah dan dekat dari kata jauh. Selalu bernaung di dalam lingkaran puncak tertinggi namun takdir dari skenario yang di rahmatilah yang akan menjumpai perjalanan setiap pencapaian.

Takdir, kita di haruskan untuk menemukan jalan dalam takdir, juga rahmat Allah bagi hamba yang menyerahlan firi dan yang menerima terkungkung di bawah majazi Tuhan semesta. Mengarungi lautan semesta yang tak berujung untuk melihat cerminan dunia dalam diri agar tercapai makrifat yang telah di janjikan Tuhan. Menjumpai perjumpaan diri dalam diri untuk menemukan cahaya yang abadi.

#hamba_yang_baik_ialah_yang_selalu_bangun_di_setiap_sepertiga_malam

Gie
16 Juli 2019
Kampo sarae Kota Bima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk