AKU MEMILIH PERGI

Oleh :Desti
Foto : penulis
Perjalanan Melupakanmu
Aku memutuskan untuk berhenti. Membiarkan remah-remah kenangan yang pernah kita ciptakan, tersapu angin bersama gugur daun kering yang merapuh. Dengan gemetar kututup kotak memori yang berisikan keping-keping hati yang dulu sempat tersusun rapi, kini berantakan nyaris tak membentuk. Kita; simpul yang telah tandas, ingin segera aku kuburkan dalam-dalam di dasar segara perasaan yang kau tinggalkan.
Aku memutuskan untuk berhenti.

Membiarkanmu pergi tanpa peduli telah menghancurkan harapku. Sedang aku harus mengemasi segala cerita yang pernah kita rangkai, menaruhnya di laci paling dasar dan menguncinya, agar tak lagi kubuka. Kuakui, melupakanmu bukan perkara mudah, terlebih ketika kenangan kita beterbangan seperti capung kala petang mencumbu senja; indah yang harus kuhentikan.

Aku dan kamu sempat menjadi kita yang melangkah seiring. Membunuh waktu dan rindu dalam riak tawa dalam ruang semesta tanpa batas. Hingga pada suatu ketika perpisahan mengalir dari birai kenestapaan. Beku; serupa gelas kaca yang kau biarkan menggigil dalam dekap musim dingin. Dadaku sesak, lidahku kelu. Ada hampa di sana yang sedang mempersiapkan diri, melepas ceria satu demi satu.

Air mataku gugur setiap kali kuingat kamu, setiap kali bayangan tawamu terlintas dalam anganku. Tidak lagi ada rindu sebagai alasan untuk jumpa denganmu, tidak ada lagi perjalanan untuk menuntaskannya. Kini dan selanjutnya, aku akan menanggung rindu sendirian, menikamnya dengan kejam. Meski akhirnya, jantungku layak terhunus pedang panas yang menyala saga. Tak apa, jika ini adalah jalanku untuk bahagiamu.

Pasca kepergianmu, ada yang harus berkali-kali kuhadapi. Sepi yang menggaungkan jerit nurani, pun dengan luka yang kian perih, dihujani derai yang mengalir dari sudut netra. Aku baik-baik saja, sejujurnya aku telah muak dengan pernyataan itu. Berulang kali kurayu diri agar mau berdamai dengan segala yang tersisa. Menyiapkan langkah untuk mengurungi perjalanan baru; perjalanan melupakanmu.

Pernah kamu bertanya, perihal apa yang bisa kamu lakukan untuk membuatku membaik. Berdoalah, berdoalah agar segala ingatan tentangmu segera terpangkas. Pun dengan aku sedang berusaha mengendalikan hatiku, menghapus aksara yang menyusun namamu. Menata kembali hari depanku yang tanpamu. Berdoalah untukku, dan aku percaya bahwa mengarungi perjalanan melupakanmu, aku mampu.

Satu Waktu, Ada satu waktu di mana aku membayangkan, bahwa bersamamu di masa depan adalah sebuah kebahagiaan.
Ada satu masa di mana kebersamaan denganmu, kukira akan selamanya hingga nanti menua. Namun waktu dan masa itu sudah usai, habis ditelan kecewa yang nyatanya hadir bertubi-tubi. Meski jujur saja, sesekali waktu aku masih akan tertawa mengingat kita yang dulu.
Seseorang pernah berkata, jika tawa sudah tercipta, maka tak lagi ada masalah untuk masa lalu itu. Mungkin kiranya itu benar, aku dan kamu sudah benar-benar saling melupa, hingga tak lagi peduli dengan apa yang kata orang-orang belum jua usai.

Untuk kamu yang pernah berada di penghujung harapku. Semoga kali ini kamu masih dan akan selalu baik-baik saja. Sebab di sini aku, sedang teramat baik karena telah merelakanmu untuk pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk