Pelukan Sunyi Sang Penyair

Seharusnya aku sadar bahwa dengan berpuisi
Tidak mampu menata kembali hati
Ia bukanlah instrumentasi dari puncak rinjani
Bukan pula penulak bala dari wifik bali

Seharusnya pula dari dulu aku sadar
Sesuatu yang di anggap ada telah bersandar
Dalam-dalam pada dinding yang terpendar
Ia jauh dari kota mati yang menyimpan dendam
Babilonia dan plutonium memendam misteri goa

Terungkap sudah setelah filsafat tersurat
Buku-buku menjadi bukti
Perkara hati kini di perselisih
Bahkan cinta punya falsafah hidup
Mungkinkah?

Lantas apa yang akan tertawar di ujung bumi
Laila majnun yang tengah berbaring dengan srigala?
Ataukah pangeran altar yang rela memberi dubur demi kenikmatan menjadi jongos?
Lalu kita?

Apakah yang dinamakn kita?
Punya cinta antara kedua hati
Namun takut akan asumsi setiap mata
Lalu apa maknamu hidup dalam sosial
Jika mencintai saja harus ketakutan pada pandangan orang

Bukan...!!!!!
Bukan itu maksudmu bersembunyi
Wibawamu dalam strata yang menjadi dasar segala
Kau berkata kita adalah satu
Namun hanya di atas ranjang empuk
Setelahnya kita bukan apa-apa
Hanya sebatas tatap sayu yang kian tak punya rasa

Bolehkah?
Bolehkah aku menggugat lewat puisi?
Bolehkah 'ku gugah hati mu yang telah mati
Agar aku dapat menikmati
Meski sakit terpatri dalam diri
Setidaknya aku ingin di akui
Bahwa berpuisi adalah diksi
Permintaan hati yang ingin lepas dari pelukan sunyi
Kota Bima, 23 September
Ginanjar Gie

Tentang Rindu

Rindu merindu
Yang dirindui
Terindu

Bayangan itu kian mendera
Memeluk duka dalam asa
Menerawang upaya untuk temu
Adakah jalan yang terselip

Rintih
Merintih batin dalam diam
Dibalut nyeri yang kian menjadi
Menahannya menjadikan jiwa mati

Ia mati dalam semangat
Semangat dalam hayal
Ingin jumpa dengan rindu

Ya
Tentang Rindu
Untuk rindu
Yang terindu
Rinduku


Berkarya Atau Mati...???

Apa yang terjadi adalah sejarah kita
Biografi yang akan kita tulis bersama
Yg selalu menjadi kata penuh makna
Untuk kita ingat dalam catatan biodata

Beginilah semesta
Kadang membuat hati merana
Kadang membuat hati bahagia
Tapi jadikanlah dirimu cinta
Niscaya kau akan terbiasa
Merangkai kata dalam luka
Untuk menjadikan karya

Maka
Jadikanlah dirimu cinta
Agar engkau bisa membaca dengan mata
Makna apa yg tertera dalam masa
Bahwa kau adalah jiwa yang bahagia
Atas cerita setiap terlewati oleh mata
Maka hadirlah pena langit merangkai aksara
Kata-kata berkeliaran di pinggir trotoar
Hadirkan radikal dalam jiwa
Maka akan datang lautan abjad
Dalam naungan gibrani dalam Arasy

Semoga
Setelahnya
Setelah kau memulai
Setelah kita menggantung asa

Maka biarkanlah
Biarkan orang berkata " jika kata tak lagi bermakna lebih baik diam saja "
Biarkan orang berkata " jika ada tak mampu berkaca lebih baik mati saja "
Biarkan orang berkata " jika berkelana hanya mencari suasana lebih baik menderita "
Biarkan orang berkata
Yang pasti kobarkan semangat dalam dada
Agar orang tak bisa berkata kata
Setelah melihat hasil karya kita
Bima 05 Oktober 2019
Ginanjar Gie

Memandang Kedalam

Dengan dua lensa ku berkaca
melihat semua yg tertera
Memandang dalam berbagai titik cakrawala
Memandang ke dalam hingga aku ingin berasa
Menuang semuanya dalam hitamnya tinta,
Coba ku usik pikiran dengan sejuta olesan warna,
Coba ku rangkai kata agar menjadi bermakna,
Semoga laksamana ini menjadi pelita, Penuntun jalan dalam segenap cita
agar doa terkabul dalam setiap takbiran berirama
Gie
11 Sep 2019
#Terawang

Berdikari Untuk Meraih Makna Kehidupan Yang Hakiki


Berdiri dengan satu kaki untuk meraih kekuatan sejati
Dari alam yg tersembunyi di balik pandangan mata
Dan ketika semuanya tercapai
Akan keluar cahaya kebenaran dengan wujud bara
Yang akan menyilaukan mata para pendusta kitab suci
Jika kebenaran telah terkikis di hati
Maka tak ada lagi rasa yg akan membuat hidup berwarna
Semua yg kita lewati terasa tak bermakna dan nisbi
Dan perlahan hati akan mati.
Cobalah bangun di dalam malam yg sunyi
Bersandar pada cakrawala berkaca pada masa
Setelah kau termangu dengan mimpi.
Maka ambillah satu pilihan yg keluar dari dalam hati
Yg tersembunyi selama ini ditutupi awan dan pelangi
Karena selama ini kita terlalu mementingkan diri
Hingga tak pernah berkaca untuk mengingatnya
Itu saja hari ini, sempatkan diri untuk mengingatnya
Meski dalam penat yg sangat berasa
10 September 2019
Gie

Aliran Listrik Perpisahan



Masih paling lengkap semua kenangan
Kenang-kenangan saat pengorbanan menjelang maut
Meremas dada menahan pilu
Dalam detak detik ia tergeletak di tanah

Rayuan maut datang melamar
Saat menyambung aliran kehidupan
Kau membuatkan aku satu kayu pelukan
Kemudian menghilang selamanya

Kepergianmu ukan waktu yang sedikit
Namun waktu masihku rawat dalam nostalgia
Meski kerap menjumpai nestapa
Namun mengenangmu adalah candu dalam buah hati yang kau tinggal

Aliran listrik perpisahan
Menyedot nyawa sang lelaki perkasa
Memberi luka menelan nyawa
Ia tergeletak tanpa sesiapa

Ia hilang tanpa ada yang melihat
Kehilangannya begitu cepat
Ujung kabel bertemu ujung jari
Hingga membawa dan juga cinta pada ujung maut
08 September 2020
Ginanjar Gie Abdul Latif
°Sastrawan_sesat
^Kopi_kenangan

#NB
Puisi atas permintaan akun fb an. Takwa Sangiang guna untuk mengenang suaminya yang telah hampir 10 Tahun meninggal akibat sengatan listrik

Aksara Yang Selalu Tergenang Dalam Tenang

Percakapan yang tak mampu teruntai

Terjuntal-juntal dalam lintang semesta

Pikiran memeluk sunyi

Bahasa-bahasa sabda berambisi ingin bersuara


Konak yang menolak

Majazi pada rangkaian tujuan

Terhimpit katulistiwa ketakutan

Lalu membias menjadi peribahasa


Aksara itu tergenang dalam kenang yang  terbalut

Dalam kubangan pikiran yang kalut

Dalam rangkaian doa yang takut

Terkungkung dalam situasi kemelut


Meramu dalam nuansa sasar

Menenggelamkan makna di balik arti

Kemudian meng-ambigu dalam susunan kata

Biarkan saja


Kata-kata yang tak pernah istrahat

Terkulai ia dalam godaan pena

Merangkai satu titik setelah tanda koma untuk menjeda

Lalu terhenti selamanya.

31 Agustus 2020

°Sastrawan_sesat

^Kopi_kenangan

Orasi : Kekejaman Penguasa dalam Membunuh dan Memakan hak Rakyat

Foto : Marra
Oleh : Marra

Otak tumpul jadi andalan 
Membabi buta intruksi jalang sialan
Hati yang legam beku kini jadi sandaran 
Untuk jiwa mereka yang kini ditelan

Dengan ego dan mimpi bak kotoran
Gemakan kata iba pada kemanusiaan
Sementara dalam kenyataan
Ia bagai drakula yang menghisap darah perawan

Lantangkan suara menyambuk semesta 
Dengan salam hak asasi dusta 
Sementara dalam kitab yang tertera
Aturan yang semakin menjadi Bara

Ia membakar segala mimpi rakyat
Anala itu membakar semua yang terikrar
Janji dulu yang sewangi sekar
Kini diganti bau angus ban bakar

Lantang bergaya seolah sekata 
Dua-duanya sama saja
Akal bulusnya semakin meraja
Dan menguasai ambisi jiwa dan raganya

Sumpal pejabat dengan nota kertas nominal sejajar
Biarkan ribuan nyawa jadi korban asal untung besar terkejar 
Sumpah dipublik dan di bawah kitab suci kembali di ingkar 
Tindakan Si Tikus berdasi yang katanya punya gelar

Darah dan teriakan pembantaian manusia
Dianggap biasa dan dijadikan ladang usaha kerja 
Benar nian Kami memang umat akhir masa 
Di mana uang, lebih berharga dari nyawa

Agama dikuliti lalu di bombardir
Demi tahta dan uang yang bergulir 
Perdamaian jadi bumbu politik para pemilik suara bak api yang berkobar 
Sementara bualan Si kerah putih Bermuka dua yang berorasi kini tengah berkoar-koar

Fasih kini aku katakan
Hidup di zaman penuh kemungkaran 
Agama di monopoli, HAM tempatnya pencitraan 
Oleh mereka yang bangga bersenda gurau di atas penderitaan 
Kami yang tersiksa dan saudara kami di kebiri dengan kejam

Anak Zaman
Zaman fitnah 
Zamannya konspirasi 
Nyawa manusia dipandang enteng
Dalilnya toleransi
Saat bersuara kita dikecam induknya provokasi 
Kita diam tunggu mati jutaan saudara dihabisi.

Doa paling manjur dan muzarab untuk mengusir jin, setan dan sihir


DOA BERLINDUNG DARI EMPAT HAL


اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

Allaahumma innii a'uudzu bika min 'ilmin laa yanfa', wa min qolbin laa yakhsya', wa min nafsin laa tasyba', wa min da'watin laa yustajaabulahaa.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu', jiwa yang tidak merasa kenyang (puas), dan dari doa yang tidak dikabulkan.

HR. Muslim no. 2722 dari Zaid bin Arqam.


PELAJARAN DAN FAEDAH

1.  Anjuran kepada kita agar senantiasa berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari empat perkara yang disebutkan di dalam hadits ini.

2.  Di dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam banyak berlindung kepada Allah dari empat keburukan, padahal beliau adalah hamba Allah yang paling bertakwa dan telah mendapat jaminan dari Allah berupa pengampunan terhadap dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang. Maka kita sebagai umatnya yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat agar semakin semangat dalam memperbanyak bacaan doa tersebut.
.

📎 KETERANGAN

1.  Ilmu yang tidak bermanfaat.
Maksudnya: ilmu yang tidak mendatangkan manfaat bagi pemiliknya di dunia dan akhirat. Akan tetapi justru ilmu tersebut menjadi bencana dan penyebab kesengsaraan dan kebinasaannya. Dengan sebab ilmu tersebut dia menjadi orang yang tersesat di dunia dari jalan Allah yang lurus, dan di akhirat menyebabkan dirinya disiksa oleh Allah di alam kubur maupun di dalam api neraka. Nau’udzu billah min dzalik.
.

• Beberapa ilmu yang tidak bermanfaat bagi pemiliknya :

a. Ilmu Sihir
Mempelajari, mengajarkan dan mempraktekkan ilmu ini hukumnya haram, dan bahkan merupakan kekufuran.

Allah ta’ala berfirman :
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia…”. (Al-Baqarah [2]: 102).

b. Ilmu Kalam dan Ilmu Filsafat
Ilmu ini termasuk ilmu yang tidak bermanfaat karena banyak mudharatnya. Bahkan dapat menjerumuskan orang yang mempelajarinya ke dalam keragu-raguan terhadap suatu kebenaran, kebingungan dan kesesatan.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata :
“Tidak akan beruntung selama-lamanya ahli ilmu kalam”.

Imam Syafi’i menegaskan :
“Hukuman yang saya tetapkan bagi para ahli ilmu kalam adalah mereka diarak mengelilingi kabilah-kabilah dan dikatakan kepada mereka, ‘ini balasan bagi orang meninggalkan Al-Quran dan As-Sunnah serta menyibukkan diri dengan ilmu Kalam’.”

Imam Malik mengatakan :
“Seandainya ilmu Kalam termasuk kategori ilmu (yang disyariatkan) maka tentu para sahabat yang lebih dahulu membahasnya, akan tetapi ilmu Kalam adalah sebuah kebatilan dan mengajak pada kebatilan”.

c. Termasuk ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu syar’i yang bersumber dari Al Quran dan As-Sunnah namun pemiliknya tidak mengambil manfaat darinya; tidak diamalkan, tidak diajarkan dan tidak merubah perangai dan akhlaknya. Bahkan aqidah, ibadah dan muamalahnya bertentangan dengan ilmu syar’i yang dimilikinya itu.

Seorang ulama tabi’in yang bernama Hasan Al-Bashri pernah mengatakan:
“Ilmu itu ada dua macam: ilmu yang ada dalam hati, itulah ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang hanya ada pada lisan yang merupakan alasan bagi Allah untuk menyiksa seorang hamba”.

⤵️

2.  Hati yang tidak khusyu’
Maksudnya: hati yang tidak mampu menghayati dan merenungkan ayat-ayat Allah dan tidak merasakan ketenangan di dalam hatinya pada saat berdzikir kepada Allah, serta tidak merasa takut kepada-Nya.

Allah ta’ala berfirman dalam beberapa ayat Al-Qur’an tentang ciri-ciri orang yang beriman: 
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d [13]: 28).

Di dalam ayat yang lain

 A

llah berfirman: 
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada Rabblah mereka bertawakkal.” (Al-Anfal [8]: 2).

3.  Doa yang tidak didengarkan oleh Allah.
Jika kita berdoa kepada Allah dengan meminta segala hajat dunia dan akhirat, dan ternyata Allah tidak mendengar doa dan permohonan kita, apalagi mengabulkannya, maka ini termasuk musibah dan kerugian yang paling besar yang menimpa kita. Sebab kita semua adalah hamba-hamba-Nya yang sangat fakir di hadapan-Nya.

Doa atau permohonan seorang hamba tidak didengar oleh Allah disebabkan beberapa hal, di antaranya:

a. Tidak ikhlas dalam berdoa.
b. Doa untuk perbuatan dosa dan memotong tali silaturahim.
c. Tergesa-gesa agar Allah segera mengabulkan doanya.
d. Memperoleh harta dengan cara yang haram, serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram.
e. Meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.

4.  Jiwa yang tidak kenyang
Maksudnya: jiwa yang tidak pernah merasa qona’ah (puas dan cukup) dan tidak bersyukur atas segala nikmat duniawi yang Allah anugerahkan kepadanya. Adapun tidak pernah merasa puas terhadap kenikmatan ukhrawi dan ingin agar selalu ditambahkan kepadanya, maka hal tersebut tidak tercela, bahkan sangat terpuji dan diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya, sebagaimana firman Allah: “…dan katakanlah: Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan (yang bermanfaat, pent).” (Thaha [20]:

REY (Rindu Engkau Yank)

Foto : Nurwaraihan
Ijinkan sederet kata menelusup kedalam jantungmu. 
Mendekapnya dengan sebongkah rindu yang tengah 'ku panen dari kebun hatiku
Agar nanar dan redupnya cahaya kembali bersinar
Menyemai tonggak-tonggak tua yang telah lapuk dan lebam karena cinta

Rey dari bilik reot ini 'ku laungkan bait-bait puisi guna menghiburmu yg sedang palka menjamu syairku rinduku.
Asrar yang selama ini ku pendam akan 'ku segerakan membuka tabirnya
Bersama teduhan rona wajah indahmu
Aku disini terkungkung dalam kenstapaan

Ketakutan akan cinta di tampar membuat hati takut untuk meluapkan segalanya

Ketahuilah

'Ku kirim sejagat doa dan sepintal harap pada langit yang telah memulai menyelipkan renjana pada hati hingga aku tak lagi bisa bergerak dalam penjara hatimu.

Bahwa

Hatiku adalah kuntum rindu dalam kulum dengan papasan senyummu yang sayu.
11 juni
Gie

Do'a Sang Pelacur



Ada doa di balik megah dan tingginya gedung prostitusi
Ingin bebas dari belenggu neraka
Doa yang tak sempat terikrar
Ia terpendam nun jauh dalam kholbu
Hendak apa kemana ia merebah
Dosa tertelan di atas ranjang empuk

Ada doa di balik jeruji
Seorang pecandu terpenjara karena membunuh diri
Membunuh generasi dari dalih mereka
Sedang di dalam megahnya kantor birokrasi
Tangan besi siap membunuh seluruh hak rakyat

Ada doa di balik gubuk peot di pematang sawah
Seorang lelaki buta terkantuk menunggu istri
Di sana-sini tak ada cahaya
Ia melamun meratap diri
Doa terkabul mata tak mungkin bisa lagi
Melihat apa lagi

Ada doa di pinggir trotoar
Sang penyair jalanan yang sedang membaca
Suara semesta tengah berbisik
Lihai pada dunia
Hilanglah adab pun etika jua estetika
Terlindes peradaban produk milenial
Terlahir dari rahim kapitalis
Generasi tanpa produksi inovasi
Terbunuh dengan keji di atas meja warung internet

Ada doa di balik puisi
Semoga kau berkata dan berteriak sepertiku
Disini sana
Kita terbitkan fajar kebenaran di bumi mbari
Kita hidupkan peradaban di tanah sanggili
Mari berjanji

Dana ma mbora
Dana ma mbari
Kerajaan yang hilang di tanah Bima
Adalah simbolis dunia peradaban mulai
Kembali di rajut untuk sebuah reinance ketiga
Benahilah
Beranilah

Bersama Alunan Dzikir


Kidung doa yang terucap
Terpanjat di alaska semesta
Menuju rimba berpaut auman srigala
Menyatu dalam lolongan malam bersama alunan dzikir bintang didalam dekapannya.
Alunan-alunan lagu rindu terlantun disudut bibir
Didekap Doa sang amfibi yang tengah menunggu pasangan
Ia laungkan suara hikayat penyatu hakikat
Bahwa suara adalah pemanggil ampuh bagi jiwa kesepian
Sementara disudut sini
Mata bersama kunang-kunang menunggu cahaya
Yang terpancar dari lawan tulang rusuk yang hilang
Ginanjar Gie
13 Des 2019
Resto super geprek sape
^Kopi_kenangan

Nikmat Tuhanmu yang Manakah Yang Kamu Dustakan

Mega dalam balutan lazuardi
Lantunan syair-syair semesta
Menyatu dalam kemegahan ciptaan pencipta
Sketsa-sketsa sang maestro terukir dalam netra
Terbias sang cakrawala mendekati ujung bumi

Pohon-pohon bernyanyi melantunkan senandung perindu
Menyeka bulir-bulir embun dikala mentari menyapa pagi
Disatu sisi mata tersihir keindahan surga
Disisi lain hati tergoda oleh pesona hijau yang mempesona

Dalam balutanan do'a dan harapan hati yang memuji keagungannya
Dengan lambain tangan bersama air mata ku ucap satu kata akan kembali dalam dekap waktu
Semoga terdengar ucapku pada Tuhan
Harapku dalam kebisingan para mantera suci 
Semoga tak ada nikmat yang tak pernah terdustakan dalam setiap tapak kaki yang ingin mengerti kehadiran-Nya dalam setiap ciptaan terindah-Nya.
28 Mei 2020
Gie
^Kopi_kenangan

Tunangan Hari Raya


Foto:ilustrasi
Dalam rangkaian kata yang tengah bersenandung
Mencari pada setiap aksara yang di laungkan
Apakah ada secercah harap yang terselip
Ataukah hanyalah bualan ilusi yang menghambakan kehampaan
Semua lekuk terurai di atas kertas
Diatas arasy berkumandang ingin menjumpai
Namun satu yang belum tersampai
Cinta di ujung pena dengan ujung kebahagian abadi
Semoga harapan adalah doa
Di setiap lafaznya di Aamiinkan oleh sepasang malaikat
Yang menaungi Amor di tiap kholbu manusia
Inginkan cinta
Inginkan bahagia
Inginkan kesejahteraan dalam kehidupan
Itulah senandung setiap jiwa
Memikirkan masa depan untuk satu yang terharap dan diharap
Agar menyatu dalam kepastian
Sakinah mawadah warahman
#harapan_semua_anak_manusia
^Kopi_kenangan
Ginanjar Gie

Indonesia Terserah, NTB Lelah, Bima Mewabah

Foto : ilustrasi puisi
Tertumbuh jurang jalang pada seorang pejuang
Meretas idealis garang menuju midas nasib malang
Berpaut asa di ujung dua mata pedang
Hempaskan nafas terakhir dalam iringan suling
Bersenandung buluh perindu sang petualang
Merobohkan niat-niat kebebasan orang-orang

Kemana lagi kita berpacu melodi
Jika semua sudah terikat dan di ikat
Dalil demokrasi sudah di kebiri
Patuhi saja undang-undang yang melekat
Karena kuasa adalah batasan bagi semua suara
Dimana-dimana telah berlaku hukum rimba
Lalu moncong senjata telah menjadi barikade terdepan untuk membunuh rakyat sendiri
Menjelmalah tirani
Kembali ke orba atau revolusi
Pertanyaan itu tersendak disisi kiri jalan
Bersama merah putih yang kini terkulai layu
Jiwa Generasi muda berucap dalam diam :
Indonesia terserah
NTB Lelah
Bima mewabah

Sajak Sang Pejuang

Foto : ilustrasi puisi
Pasir-pasir berbisik dalam gombalan gerombolan ombak
Merayu aksara gurau untuk bercanda riak
Dengan desiran alunan serunai alam gelap
Menanti bianglala 'Tuk menemani penat yang ingin terlelap

Samudera terhanyut legam
Bersama bisikan do'a para penyelam
Berucap selaksa untain-untaian kalam
Menanti rejeki ditengah hitamnya malam

Ayat-ayat menjala karang
Mengajak ingin untuk segera menggalang
Segala rezeki di pintu tanpa palang
Turutkan rejeki-rejeki itu laksana kapal kilang
Agar tercapai cinta pelepas dahaga
Istri-istri tercinta yang tengah menanti bahagia
Dengan baju baru hadiah dari lelaki tangguhnya.

Sajak Hegemoni Penguasa Semesta

Foto : ilustrasi puisi
Iblis...!!!
Ucap sang bapak bak pendeta membaptis
Mengutuk anak manusia dengan sadis
Seumpama diri adalah jesus

Mendogma bengis
Mengoyak hak-hak politis
Membunuh suara-suara Aktivis
Mengedepankan kepentingan ophortunis

Coba lihat kembali
Tengoklah kitab-kitab suci
Itu adalah fatwa ilahi
Untuk mengingatkan untuk menjaga hati

Perjanjian lama membuka tabir
Perjanjian baru menutup takbir
Sama-sama wahyu tuk tuntunan takdir
Namun semua tertutup kepentingan sang pandir

Sekarang telah hilang
Masing-masing cari sendiri senang
Mau terbang atau berenang
Silakan bukan urusan orang

Tapi tuan memaki puan
Pun puan menggosok tuan
Rohingya masih ditelan pilu
Apa tuan dan puan mengharu biru?

Bukankah islam, kristen bahkan yahudi adalah Agama wahyu Tuhan?
Lantas apa yang kita perjuangan demi Tuhan?
Tak bisakah kita hidup saling menyayangi demi Tuhan
Sebab firman Tuhan dalam tiap agama selalu kedepankan kasih sayang demi Tuhan.!!!

Apa bedanya kita dengan gama-gama?
Pemikir radikalisme yang mencoba membunuh Tuhan?
Sementara kita membunuh makhluk Tuhan
Palestina masih perjuangkan wilayah demi Kemerdekaan yang di janjikan oleh Tuhan pun tuan.

Haruskah lagi sang iblis
Yang kini difitnah dengan sadis
Sementara kita adalah skenarioris
Dalam album pembataian para gadis-gadis

Apa sebenarnya yang kita cari?
Kebenaran itu ada tiap agama (bagi agama masing-masing)
Pembenaran itu ada di tiap kepala politisi
Sebenarnya ada di tiap wahyu
Mengapa jua kita tetap jua ingin menggunjing agama yang satu demi kebenaran agama kita.

Apa sebenarnya kita?
Makhluk agama ataukah makhluk Tuhan?
Kenapa kita memfonis manusia macan Tuhan
Apakah kita panitia Tuhan?

Mengapa kita
Adakah yang diperebutkan hingga virus di pelihara
Diskenariosisasi dengan dogma saling menjaga
Ujung-ujung minerba melampaui kenikmatan bersanggama bagi para kapitalis di ruang prostitusi

Ah..... Bukankah kita sama-sama iblis?
Kenapa tuan memilih untuk tetap narsis
Sementara dalam jiwa tuan mengalir jiwa borjuis
Yang di tambal oleh darah kapitalis
Hingga lahir banyak asumsi bahwa Tuan punya Gen komunis

Tuan
Sebenarnya tidak ada peperangan
Tidak ada kejahatan
Tidak perdebatan
Kita sama-sama sudah punya wilayah
Apalagi aqidah
Tolong tuan
Jangan siksa rakyat demi kepentingan kalian
Jangan siksa manusia demi kepentingan Keserakahan
Jangan siksa hamba demi kepentingan Tuhan
Sebab Tuhan telah berpesan bahwa sayangi hambaku niscaya akan kusayangi hambaku yang menyayangi hambaku

Menelanjangi Surga

Ilustrasi puisi


Aku yang begitu lama menanti suara surga
Mendamba pengharapan sampai pada tujuan
Namun hanya aku
Kau
Tidak juga

Waktu menelanjangi segala keyakinan
Jiwa kini hendak ditidurkan dalam pembaringanan abadi
Kau
Tidak juga memahami

Jika tidak pada syahdu lafaz indah mu
Adakah guratan aksara mati yang hendak kau sampaikan pada buta ku
Dalam aksara-aksara hampa yang tengah ku nikmati

Agar aku paham dan setidaknya melihat
Di mana
Ada suara suurga yang tak sanggup di ucap bibir manis mu

Aku terbiar berdiri sendiri pada jalan berkabut bayang mu
Aku terbiar untuk memahami bahwa aksara ku hanya harapan hampa
Torehan rasa dan tintaku hanya untaian aksara basi
Buta.
Dan mati.
^Kopi_kenangan

LINGKARAN TAKDIR TAK LAGI BERSAHABAT

Foto : ilustrasi puisi
Lelah melepuh membakar pacak
Hingga melebur menjadi si idiot buta
Membawa hati dalam nelangsa yang tak berujung
Hingga waktu inginku sumpal dalam kutukan
Menyekap dalam hitamnya lumpur kenistaan

Kian detak nisbih dalam majazi cita
Membungkam ambisi seirama gloming sunday
Mendentingkan instrumental pembunuh berwajah sufi
Yang menyamar dalam putih tak berparas
Haaaaaaaaaaaaa
Muak

Dekap lara begitu sempurna
Menjajal mimpi-mimpi yang kini lagi tak bertuan
Ah.....silau
Tak dapat lagi ku lihat cahaya dari bayangan ini
Hingga menghapus suka kian menertawakan
Tertawanlah ambisi

Begitu hitam takdir
Menjajahi tiap patah pikiran melampau
Hingga terpuruk kembali dalam kebimbangan
Menjemukkan
Memuakkan
Jengkel...!!!!!!
24 Maret 2020
^Kopi_kenangan
Ginanjar Gie
Pena langit di Bumi sanggili nggoi

RINTIHAN PARA JOMBLO

Foto : ilustrasi puisi
Lalu lalang begitu ramai
Namun tetap saja begitu sunyi
Rintih merintih dalam kolosal rasa
Hendak kemana rindu tertuju

Lihat disana orang-orang ramai berbicara
Malam minggu malam panjang buat anak muda
Nun disini dirundung kepiluan
Berilusi dalam diam terbungkam oleh keadaan

Kontras bisu

Hentak tersentak oleh waktu
Kapan lembaran kisah ini usai
Dalam hati tetap berambisi
Namun luapan hati tak punya tempat untuk menuju

Hah....
Rintihan para jomblo
Ingin pergi ke penjuru semesta
Bertemu bidadari yang hendak mencari ikhwan
Namun harap hanyalah asa yang tak pernah bersua

Pikir terpikir untuk mencintai
Namun hati belum jua menemukan sang putri
Peneduh hati penenang jiwa
Dalam album penyatuan cinta

Ah
Hayal
Kau tak jua mau pergi
Tetap saja menuntunku untuk tetap berimaji
Meretas dinding-dinding kesunyian kamar kos
Ginanjar Gie
19 Oktober 2019
^Kopi_kenangan

Wahai Yang Telah Menggetarkan Hati

Foto : ilustrasi Puisi
Wahai Sang Surya
Aku kini tersayat luka
Luka lebam tanpa obat
Sebab tatapannya adalah air mataku yang tak mampu tersekat

Wahai cahaya yang mengutuk dingin
Peluklah jiwaku pada satu kolosal
Sebab siang adalah kehangatan
Dan malam adalah kedinginan dalam kebencian

Wahai sang rembulan
Cukupkah keaangkuhanmu menghiasi malam
Sementara di sini
Jiwa merinding dalam pekat

Cukuplah bintang gemintang yang menemanimu
Menghampirimu dalam kemegahan semesta
Sementara kesunyian disini menyatu di tubuhku
Membelai ubun terkungkung dalam nestapa yang tak berkesudahan

Wahai rembulan sang malam
Cukuplah indahmu yang di nikmati segala semesta
Sementara jangan tenggelamkan wajahnya di pikiranku
Sebab jika ia tiada maka tak ada lagi alasanku untuk hidup dan melanjutkan hidup

Wahai yang telah menggetarkan jiwa
Tolong dengarlah pendengaranmu yang tuli
Atas langit yang kau teduhi
Adalah segala Doaku yang ter-rapal untuk memeluk dan mengasihimu dengan segala cinta
Gie
19 Maret 2020
^Kopi_kenangan

Reboisasi Adalah Cita-cita Bersama

Foto : ilustrasi puisi
Akan aku pungut bunga di persimpangan jalan
Ku semai dengan kasih
Ku pupuk dengan kenangan
Ku berikan kehidupan yang akan membuahi pepohonan

Yang terkasih telah berucap
Pepohonan hendaklah lestari
Tanpa buah ia adalah ketiadaan fungsi
Lanjutkan oksigen yang di hirup dengan campuran opium
Tugas fotosintesis telah usai
Luapkan saja segalanya dengan cinta

Siramilah
Air itu adalah rahmat
Maka rawatlah sebagai penulak balak bencana
Sebab reboisasi adalah cita-cita bersama
Agar tercipta alam yang damai
Tanpa panas tanpa dingin
Tanpa penebangan liar nya hasrat nafsu setan
Para manusia yang hanya mementingkan kantong dan saku pribadi

Lihatlah dengan seksama
Hutan-hutan adalah jantung kehidupan
Sementara jantungmu menghirup asap-asap polusi mesin-mesin ulah manusia

Jangan buta
Lihatlah bunga di tumpukan sampah
Bunga di pinggir jalan sedang membutuhkan air kehidupan
Maka laksanakan program Tuhan
Sayangi mahkluk niscaya alam akan memberimu ketenangan dan semesta akan memberimu kebahagian
Yakinlah.
Ginanjar gie
06 Oktober 2019
^Kopi_kenangan

Berharap Hadirmu Dalam Tiap Istikharahku

Foto : ilustrasi puisi
Ada cerita disini
Disisi sunyi tempat hamparan sajadah merapal Doa
Dalam kholbu para pecinta 1/3 malam
Semoga teraksa semua asa

Dalam munajat suci yang ter-ingin
Dalam balutan sukma yang tengah terengah
Berkelana ke penjuru antero
Berkawan bintang sang pecinta terdiam diatas hamparan sajadah

Pada satu waktu dimana indah masih-lah belia untuk sebuah hubungan
Kau dan aku hilang dalam kabar
Kau kemana?
Aku dimana?

Kenang
Kini ku bersandar pada satu
Meramu kalimat-kalimat suci pada tiap putaran butir tasbih
Bulan bintang turut jua berdzikir di kedipannya
Teriring doa dalam hitamnya lilin
Terucap jelas kian bergema
Berharap hadirmu dalam tiap rukuk istikharahku

Bahwa kita tak akan sampai tanpa peduli pada masa lalu
Bahwa kita tak akan lagi berpaut jika masih saling menjauh
Bahwa kita akan tetap terkungkung dalam nestapa
Jika satu kata kenangan kau buang percuma dan tak berusaha untuk mengingat dan saling ingin kembali menyumbuinya
03:21
18 Maret 2020
Ginanjar Gie
Pena langit di Bumi sanggili nggoi
^Kopi_kenangan



Keheningan Kalimat Suci

Foto : ilustrasi tulisan
Tengadah tengah memanjat langit
Menyeka bulir butir embun cahaya
Menyemai Nostalgia yang tengah nelangsa
Pada jiwa kini ia terpendam gundam

Rembulan menata diri
Dalam sunyi yang tak ingin bergeming
Gema gemuruh bak halilintar
Memecah keheningan dalam merangkai kalimat suci

Langit kini gelap
Sehampa senyummu yang kini tak lagi memberi seutas cahaya
Merenggut diri hingga tak menjumpai diri
Bahkan tersadar jiwa ini tak jua sadar

Jiwa-jiwa hampa
Terengah-engah di ujung pena
Merajut aksara di saat badai menerpa
Kasihan sekali jiwa pendamba

Terjungkal-jungkal di sudut-sudut Menara
Terpisah terhalang Gedung-gedung birokrasi dan perpus kota
Kini hanya asa yang masih tersimpan
Kenangan dan senyuman biarkan hilang bersama jalan-jalanan
Ginanjar Gie
14 Maret 2013
Pena langit di bumi sanggili nggoi


Sajak DAM LAMBU (Diwu Moro)

Foto : Ginanjar Gie

KISAH DAM LAMBU (Diwu Moro)
1.
Gemercik air berderu syahdu
Senandung kidung mengalun haru biru
Menandakan alam tengah menyapa parau
Sebab hujan kini membasahi perut pertiwi yang telah lama kelu
2.
Ular gunung menipu kerbau
Menjerit korban dengan suara pilu
Sebab alam kini telah dihiasi dengan arang dan abu
Gunung-gunung kini hitam akibat ulah si pemburu
3.
Pemburu itu tengah menanam bibit bencana
Jagung emas menjajikan banjir yang akan melanda
Bersiap-siaplah wahai anak manusia
Kita akan punah akibat keserakahan nafs (jiwa)
4.
Datanglah mala petaka
Tuhan kita tuntut di ujung bencana
Sementara kita adalah awal mula semua
"Telah tampak kerusakan dibumi akibat ulah manusia"
5.
Lihatlah kembali
Dulu sebelum nafsu menjulang tinggi
Alam damai tiada di gubris oleh penghuni
Hutan-hutan rimba sumber mata air kehidupan sehari-hari
6.
Lihatlah kini
Kita tak ada lagi yang peduli
Tanam seribu pohon hanyalah wacana dan bualan janji
Akibatnya pengrusakan kerap terjadi
7.
Elit-elit telah menebar janji
Bahwa hutan rimba yang telah menjadi suram akan direboisasi
Tapi kini cobalah tengok di menara yang paling tinggi
Semua itu hanyalah bualan ilusi
8.
Kasihan Bumi kita
Ia kini tercemari oleh para pendusta
Rakyat kini dibikin buta
Penguasa semakin merajalela
9.
Mereka tengah menangis
Meminta kepada tangan kekar agar tak lagi membakar habis
Biarkan mereka tumbuh berbaris-baris
Dan jangan lagi membabatnya dengan sadis
10.
Pepohonan kini bergerak sayu
Tertiup angin lembut merasuk khalbu
Awan-awan tengah beruntai di senja kelabu
Sebab hitam kini tengah menikam bak pisau
11.
Kini Murid-murid tak lagi peduli apa katamu
Mereka telah paham dan berbusung dada dengan kata lampau
Akibatnya adalah adab tercemar dan menjadi abu
Lalu di buang di hamparan samudera biru
12
Wahai sang guru yang budiman
Tanamkanlah nilai etika dan estetika untuk peradaban
Sebab generasi rusak merusak moral kehidupan
Maka ajarilah dengan menanamkan nilai kehidupan
Ginanjar Gie
13 Des 2019
Kec. Lambu
^Kopi_kenangan

Syahwat Cinta

Foto : ilustrasi puisi
Aporia yang membuat apopleksi
Atas fragran dari setiap inci tubuhmu
Hingga netra tak mampu berkedip
Menjelma sukma ingin menjadi pandir

Hendak membuat sang kiri sibuk mencatat
Saat lolongan malam bersama lengkingan jangkrik
Menghiasi bunyi katak-katak sawah
Saat menunggu lawan jenis ingin bersenggama

Syahwat cinta pada tubuh molek
Merah padam lesung pipi dan jua puting
Ia adalah jurang dosa nista
Ah persetan nikmat masih yang utama
Ginanjar Gie
^Kopi-kenangan

Pelangi Di Hari Senja

Foto : kekeringan di Bima
Cukup lama hujan deras mendera
Suara air tumpah tak juga mereda
tepat dimana tempat sekarang ku berada
memeluk nasib dalam dekapan lara,
ahhh. ini luar biasa
kali ini baru kulihat pelangi yang mempesona
membelah jiwa, dalam rintik air yang tertata
yang tak pernah ku lihat sejakku di ibukota
sempurna
Tuhan memang tak ada duanya
saat hati terbelenggu derita
ia mengirim gumpalan warna
di atas langit ia tampil tanpa cela
memberi isyarat agar aku berdoa
mengucap syukur atas nikmat yang ada
pelangi di hari senja
penawar hati yang tengah terluka
pemberi semangat ketika sesak terasa di dada
penghapus pilu yang melanda
#Dulu sekali
#senja
17.28
06 januari

Keluhku

Foto : ilustrasi puisi
Rindu yang terlarang
Di sudut mata yang memandang
Menjelma dendam pada kisah yang malang
Hingga tercipta perasaan yang tergenang

Tanpa tempat kini menjadi kubangan
Membuyar semu semua kenangan
Hilangkan Senyum pada tiap jiwa yang ingin bahagia
Bersama untaian yang tak sempat beretorika

Langkah kini gontai
Kata-kata sakit sakti tak mampu teruntai
Pada siapa tersisipkan sepi
Sementara semua tepi adalah tebing bagi puisi

Ahhh
Celah
Keluhku
Peluhku
Dingin dan senyap di sudut ini
#kombieee
#edempa
Ginanjar Gie
15Januari 2020
^Kopi_kenangan
Pena langit di balik awan

Anak Zaman

Foto : pena langit bersama pak dosen ganteng

Sunyi Senyap Tanpa Suara

Foto : pena langit
Sudah sekian luka yang telah tersayat
Terawat dalam arungan waktu
Menghasut mimpi di sudut-sudut sunyi
Disisi terdalam bait-bait kepahitan

Luka ini
Menjejal di seluruh kulit yang masih utuh
Mengoyak hati dengan duka perih
Menjalar ketiap-tiap detakan saraf

Berpusat pusar tempat penampung segala
Lenggak lenggok menisbihkan kehadiran klausa
Muak melihat mual
Muatannya masih memberi keluh pada peluh dingin di ujung sunyi

Malam temaram
Tanpa sesiapa di peluk duka
Sunyi senyap tanpa suara
Muara kembali pada kegelapan tepi nian malam

Dalam keheningan
Tanpa Bulan dan Bintang
Berkaca pada cakrawala gelap
Bahwa hadir adalah luka jika hanya dalam ilusi

Luka
Aku
Kau
adalah Dua yang tak akan menyatu
Realis
Ginanjar Gie
13 Januari 2020
Pena langit di ujung Bumi
Kopi_kenangan

Senja Tanpa Puan

Foto : pulau ular
Senja tanpa puan
Disisi sunyi temaram jingga
Di tepi cakrawa bersemburat
Disana terpendam mimpi bersama asa

Harapan pada sesosok yang menjelmakan cinta dengan nurani
Meresapi relung-relung hati
Membuka segala tabir sepi dengan sunggik kebahagian
Ia adalah harapan dari Doa yang berjuntal-juntal di pelataran langit

Doa
Terapal dengan khidmat
Bersama harap yang rindu akan kehadiran sesosok jelmaan rengganis
Wanita yang kecantikannya tak mampu di gambarkan oleh kata-kata.
Gie
11 Desember 2019
^Kopi_kenangan

Lorong Cahaya

Foto : Ilustrasi puisi
Lorong-lorong cahaya menembus mega
Jingga meraba sayu dalam perpisahan
Gelombang gunung terhampar samar
Merambat cahaya diatas merah merona sang senja
Waktu meronta ingin pergi
Berlari mendahului semuanya
Mengejar angin yang tengah mengusir peluh
Dingin..!!!!!!
Dilereng-lereng para pemuja
Menanti sesuatu tanpa tahu
Asa pada bualan ilusi
Kehampaan semaunya semuanya
Angin berembus mesra
Menelisik pepohonan yang tengah berdendang
Mengalunkan senandung perpisahan
Antara bahagia dan sedih satu dalam bingkisan skenario indah semesta
Aduhai
Kataku satu
Namun doa masih saja samar
Mbuja
#pule
Ginanjar Gie
24 Des 2019
Pena Langit Di ujung Timur Bima

SUARA YANG RINDU AKAN KEADILAN

Suara berakhir di penjara
Pelopori semua hasil semu
Gerakan masif hancur di mimbar jalanan
Kini tinggalkan meja hijau yang akan mengambil alih

Hantu-hantu berkeliaran dimana-mana
Tak terbang namun berjalan layaknya anak harimau
Liar tanpa cakar mengaum tanpa busana
Hendakkah kiri terisolir di muka bumi?

Asap gas air mata adalah senjata pamungkas
Meneteskan air mata meski dalam laga perang
Apa yang hendak kau tangisi?
Tanya sang ibu penjual somai di pinggir trotoar

Air mataku jahat Tuan ujar seorang gadis saat menyapa wajah muram petugas
Aku bukanlah dari air mataku
Air mataku air matamu yang kau tumpahkan lewat diriku
Karena aku yakin generasi dari anakmu akan mengalami nasib yang demikian yang kini tengah kami alami

Kembali besok kata teman di atas surau
Namun senjata tak mampu di hadang oleh kekuatan Toa di tepi atap
Sekali terbang asap gas mengepul
Air mata kembali berlinang di atas sana

Loakkan kata seorang pengendara di jalanan
Sampah ucap seorang petugas saat mengejar para pencari keadilan
Busuk ucap media dalam headline deadline
Tetaplah semangat dan hidup ucapku dalam hati
Karena suara yang rindu akan keadilan tetap abadi
Seabadi fajar merah saat pagi datang
Seabadi fajar merah ketika melantunkan senandung kebenaran tak pernah mati
gie
^Kopi_kenangan