MENIKMATI DUNIA

Penulis : ilustrasi puisi

Mata tak mau merem
Mikirin puisi yang bermakna dalem
Sambil ngirup lem
Hidup indah terasa kalem
Lalui indahnya malem
Di bawah pohon palem
Main gitar sambil ngelem

Oh dunia bagai di surga
Tak tertandingi dahaga ingin menyapa
Bintang gemerlap pemberi cahaya
Oh indahnya karunia
Menghayal tingkat dewa
Ilusi terasa terbang ke angkasa
Meraih bulan yang menghiasi surga

Cakrawala ku di atas kelana
Melayang hingga ke samudra Hindia
Bermain bersama penghuni bahtera
Yang ingin menikmati dunia

Oh oh oh oh

Andai aku bisa berkarya
Menjadikan ini sebagai kata
Pelepas penat dalam bingkai aksara
Penyambung bait tuk kalimat dara
Yang tengah merayu di ujung senja

MENGAPA?

Foto : penulis


Menggema dalam setiap detakan
Gong ini membingarkan telinga
Andai saja ringkikanku dapat kau tafsirkan
Mungkin aroma dari semerbak harum akan tercium di kala pagi datang menyapa

Seirama sair berdendang dalam senandung
Dekapan pikiran terus menyelam dalam kebisuan yang haus akan hadirmu

Gerakku mulai terhampa pikiranku mulai menganga
Atas ambisiku yang kian hilang oleh torehan yang tak kian menggema

Mengapa?

Mengapa kau tak bisa membaca atas kata yg kurangkai dalam baitku

Mengapa?

Mengapa dalam menjamu hanya sekedar lemparan senyuman sinismu

Mengapa?

Senggama gema kini kian tabu akan harapan
Seiring pikiran telah tengelam dalam raut yang hanya bayangan

Harapanku hampa
Harapan ku sirna
Harapanku harapan

DEMOKRASI RASA KAPITALIS

Foto : Penulis


Aku pengemis demokrasi yang mencari keadilan dan kejujuran dalam kepekatan kabut politik....
Engkau yang berlalu lalang dengan sutera berkereta kuda....
Emas kami telah kau rampas bersama kuasa yang berada ditanganmu....
Aku merasa ada dinegeri ujung tanduk....
Bersama bangsa yang dibangun oleh para Bedebah....
Engkau memahat mimbarmu sendiri dan berceramah tentang kebaikan didepan keburukan....
Tanganmu bagai sutera tapi hatimu besi....
Kata-kata yang menguap bersama kotoran gigi - gigi busukmu bagai madu saat ini....
Dan akan menjadi racun dikemudian hari....
Inilah keringat kami yang menjadi nasi....
Bukan sepertimu yang menabur janji menjadi berlian....
Sadarlah bila engkau berdansa diatas kubangan keringat rakyat jelata........

JUJUR TIDAK MEMBUNUHMU

Foto : Penulis

Mengapa tidak kau katakan saja isi hatimu
Hatimu yang selalu merindu
Merindukan tatapku yang membuatmu tunduk merunduk

Mengapa tak kau akui saja isi hatimu
Bahwa akulah wanita yang kamu tuju
Akulah wanita yang kau inginkan tuk hadir dalam hidupmu

Namum gengsimu membuatmu bungkam
Hingga rasamu tak kunjung mendapat balasan dari hatiku

Aku bukanlah sahabat rentenir yang menukar hati dengan sebongkahan perhiasan

Aku bukan pula bukan seorang Hitler yang membutuh akar hatimu

Tapi aku hanya ingin bergerilia bersama bunga asmaramu.

Penulis : Dian Novita

PAHIT TAK BERKEHIDUPAN

Foto : penulis

Pahit getirnya hidup telah banyak ku lalui
dalam setiap hembusan nafas dan deraian air mata
semua itu telah melukiskan luka tersendiri
dalam satu ruang di hati ini

Kecewa, sakit, menahan setiap luka
goresan itu telah melukai batin yang sudah cukup tersiksa ini
dan semakin lama membuatku makin sakit dan sakit
kini aku telah di rambah oleh keterasingan hidup dan kesengsaraannya
semangatku telah patah

senyumanku telah pudar
karena aku telah terjerat dalam sebuah kehidupan yang semu
Aku terjatuh di sebuah jurang kegelapan
tersesat dalam jalan tak brujung dan
tenggelam di tengah lautan tak bertepi

Dingin dan sunyinya malam selalu menyudutkanku dalam tangis
manis pahitnya hidup membuatku bimbang dan resah
aku bener-benar terpuruk dalam keterpurukan yang panjang
kesedihan memenuhi setiap anganku

fikiranku di penuhi awan mendung yang gelap
semakin lama semakin ku ingin menjauh pergi dan lari
membawa setiap luka dan rasa kecewa

namun aku tak mau terlalu lama di jajah oleh rasa pilu
karena rasa itu telah menghancurkan harapan ini
Aku telah didera oleh dinginnya angin malam yang menusuk ragaku
aku di landa ketakutan kegelapan yang mencekam
Kini aku benar-benar merasakan pahitnya hidup
sendiri dalam sebuah keterasingan
yang mengheningkan sejuta luka kalbu
Setiap ku mencoba tuk berdiri

aku selalu di dudukkan oleh bayangan dunia kegelapan
bayangan itu selalu melayang-melayang di benak ni
mengiringi setiap pijakan alangkah kaki dan detak jantung
Aku lemah langkahku gontai

merasakan tabir kehidupan ni
alunan nada sendu selalu berdengung-dengung di pendengaranku
tatapan kebencian selalu membayangiku dalam tangis
Kesunyian, Kesendirian, dan kesedihanku
telah menggagalkanku dalam mengarungi hidup ini
aku kehilangan


Penulis Arizona