ULURAN KASIH TANGISAN LOMBOK

ULURAN KASIH TANGISAN LOMBOK

gemuruh riuh desakan reruntuh bangunan
menjelma menjadi duka bangsa
maut terenggut dalam nestapa yang menyayat
membuka mata bagi para jiwa solidaritas manusia
berpapas diding, menjerit nelangsa para bocah-bocah menangis di tengah guncangan petaka

aku berdiri di persimpangan jalan
dengan kotak bertulis pray for lombok
untuk jiwaku
untuk kemanusianku
yang ditanamkan tuhan lewat nurani anak manusia

terengah-engah di bawah terik matahari
membasuh luka mereka dengan teriakan lantang di jalanan
sebab finansial perseorangan tak akan mampu mencukupi butuhnya
tak akan sanggup menyelimuti kedinginannya
tak akan mampu menghapus tiap duka dalam ratapannya

anak-anak, kehilangan ibu bapaknya
pemuda kehilangan pacarnya
suami kehilangan istrinya
mereka semua manusia yang seperti kita
yang membutuh dekapan kasih sayang seorang terkasih

aku menangis meratapi ini
meringis dalam batin
atas duka lombok yang menyayat kholbu

tak ada yang mengerti tak ada yang tau
sebab apa aku menangis.
menangis tak berairmata
selalu resah dalam dekapan nurani
aku menjerit
aku meratap
mungkinkah langit yang menurunkan bencana
ataukah bumi yang tak lagi bersahabat
seribu tanya menghantam pikiran
yang kemudian membuyarkan segala resah dan lamunan sedihku

wahai para jiwa-jiwa dermawan
tak cukupkah jeritan itu yang akan membuka nurani kita?
tak cukupkan air mata mereka membasahi jiwa kita yang kekeringan??
kenapa tak kau ulurkan tangan tuhanmu untuk membantu mereka yang tengah kedinginan, kelaparan, ketakutan dan semuanya.

aku butuh lombokku butuh
kebutuhan ku tak tertandingi
namun kebutuhan mereka lebih utama
sebab manusia yang baik ialah manusia yang mendahulukan orang lain dari pada dirinya

tidak kah kau lihat umar bin khatab rela miskin agar rakyatnya sejahtera??
tidakkah kau dengar dari telingamu yang tuli umar berkata gempa bumi adalah teguran dari Allah.
sebab itu mari kita ulurkan tangan kita
sucikan harta kita
murnikan niat kita
ikhlaskan hati kita
demi kemanusian
demi lombok yang tengah menangis


Penulis sedang melakukan penggalangan dana


Ginanjar Gie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk