KEARIFAN LOKAL YANG MULAI PUDAR DALAM BUDAYA BIMA

Lambang Daerah Mbojo
Mendalami tentang kultural budaya Bima di era milenial yang di pengaruhi oleh majunya peradaban globalisasi tentunya banyak hal dari Tradisi Budaya Bima yang kini mulai pudar dan sudah tidak lagi di jaga nilai keasrian, kemurnian dan nilai kearifan lokalnya. Penulis melakukan studi banding dengan menonton berbagai kesenian yang di tampilkan oleh beberapa sanggar yang ada di Kabupaten dan Kota Bima di berbagai acara kampus yang berada di Kota dan di Kabupaten Bima maupun karya-karya yang di suguhkan di dalam media youtube. Bahwa ada sesuatu yang di hilangkan dari nilai keasrian budaya tersebut dari hasil pantauan dan yang penulis analisis dari pengamatan film-film yang di buat tersebut adalah kecendrungan mengikuti arus global tanpa memperhatikan sesuatu yang merupakan buah Kultur asli, malah yang di hidupkan dan yang tercermin adalah sebuah  peradaban baru yang menghilangkan nilai etika dan estika yang selalu di hidupkan oleh para pendahulu dan para ulama yang telah menanamkan nilai garuda berkepala dua sebagai lambang dearah kita yang berlandaskan islam. Tentunya jika kita berbicara islam maka itu akan bermuara bagaimana tata krama dan tingkah laku yang di atur dan di jaga sedemikian rinci oleh aturan Al-qur'an dan hadist. Dalam hal perfilman ini tentunya adalah sesuatu yang perlu di apresiasi dengan baik, mengingat bahwa perkembangan teknologi tentulah tidak akan membunuh nilai peradaban dan budaya dan begitupun sebaliknya bahwa kultural budaya tidaklah bermaksud membuat kita berpikir primitif dan tidk menerima teknologi yang di subuhkan oleh peradaban modern.

Tapi itulah yang menjadi PR kita bersama, bahwa hasil gagasan dan ide yang di gagas oleh kumpulan atau komunitas tersebut adalah mulai menyampur baurkan perkembangan jaman dalam hal ini tentulah harus di sesuaikan oleh jaman sekarang. Tentunya ini bukanlah masalah karena di era milenial kita di tuntut untuk mencocokan nilai tradisi dengan peradaban yang kita hadapi sekarang ini. Namun ketika kita melihat dari sisi menghidupkan kembali nilai kearifan lokal dan tradisi budaya yang harus di hidupkan, tentunya sangat kontradiktif dengan nilai-nilai budaya yang telah di wariskan oleh leluhur dan nenek moyang kita. Nilai budaya yang seharusnya di jaga dan di rawat oleh masyarakat dalam hal ini adalah tanggungjawab besar bagi pemerintah daerah yang seharusnya memberikan seminar dan melakukan sosialiasasi kepada masyarakat, guna untuk tetap merat dan mencintai nilai warisan budaya, namun hanya satu dari ratusan nilai kearifan lokal yang di hidupkan dan juga hanya sebagian orang yang bisa mengadakan acara dan mengetahui nilai esensial budaya tersebut.

Dalam hal ini dari kacamata saya hanya melihat bahwa hanya satu budaya yang di hidupkan oleh    pemeritah yakni budaya rimpu, dalam hal ini tentunya kita ketahui bersama bahwa kemarin pada awal tahun 2018 di adakannya pertemuan besar dan reunian bersama yang di adakan oleh masyarakat Bima di jakarta tepatnya acara itu di selenggarakan di Monas, tentulah ini adalah sesuatu yang harus kita dukung bersama baha budaya bima bisa terekspos samai ke seluruh penjuru Nusantara, namun mari kita tengok lebih dalam lagi tentang bagaiman bima ini yang sesungguhya. Budaya-budaya yang bernilai sakral kini hanya menjadi cerita lama yangtak pernah di hiraukan kembali oeh khalayak ramai karena bupati kita saja tidak pernah mau memberikan perbupnya terkait pelestarian budaya tersebut. Contohnya, budaya gantao dan kapanca hanya di adakan oleh orang-orang elit saat melakukan pernikahan, kren banyak dari masyaratkat bia yang tidak mampu membayar guna melakukan acara ataupun ritual tersebut. Dan inilah yang menjadi ujuan saya kenapa budaya ini semakin tidak di hiraukan dan tidak di pedulikan terhadap pelestarian keberadaannya.

Selain itu ada nilai kearifan lokal yang mulai di lupakan oleh hampir semua masyarakat Bima bahwa nilai “Wanga Maju (Tanduk Rusa).”, yang sengaja di hidupkan oleh para leluhur sebagai warisan budaya, dan Budaya ini di hidupkan dalam bentuk setiap rumah haruslah di buatkan kayu/balok yang berbentuk seperti tanduk kijang yang baru tumbuh supaya kehidupan penghuni rumah tersebut kuat dan kokoh seperti kuatnya dan kokohnya tanduk tersebut. Namun bisa kita lihat sekarang bahwa gedung-gedung sengaja di bangun dalam bentuk modern, dan kayu yang sebagai nawacita dan falsafah warisan budaya tersebut kini mulai pudar dan nilai filosofisnya kini hanya sebagian orang yang mengetahuinya. Disini  ataupun tidak sengaja, tapi membunuh pelestarin nilai kearifan lokal budaya bima yang selama ini di jaga dengan baik oleh para leluhur kita.
Belum lagi tentang nilai falsafa bima “MAJA LABO DAHU” kini secara struktural di ganti oleh pemimpin daerah kita dengan gaya bahasa yang kita tidak mengerti nilai simbolisnya seperti apa. Bagaimana tidak nilai yang diturun temurunkan oleh leluhur kita di era ini di ganti dengan “BIMA RAMAH” agar elektabilitasnya tinggi, justru menghilngkan kalimat sakral yang di tulis oleh sejarah sebagai cerminan dan ciri khas orang bima. Di tambah lagi kantor Bupati dan Walikota sekarang dapat kita lihat sebagai masjid. Budaya bimanya entah kemana di bawa oleh pemerintahan sekarang.

Dalam hal ini tentulah peran kita sebagai generasi yang berperan aktif dalam bagaimana membangun dan menghidupkan kembali budaya kita yang mulai hilang dan mulai di lindes oleh kemajuan peradaban globalisasi yang secara masif membunuh nilai kearaifan lokal budaya daerah bima yang kita cintai bersama ini. Melalui studi yang coba saya rangkul ini sebagai bahan supaya kita sebagai generasi penerus budaya bima tentulah sangat di harapkan peran aktifnya. Karena yang kita ketahui bersama bahwa majunya sebuah negara dan daerah adalah tidak terlepas dari perjuangan generasi muda, dan terciptanya sebuah peradaban budaya yang di warisi oleh leluhur kita adalah bentuk kecintaan kita kepada sejarah. Karena bapakproklamator kita yang kita kenal dengan “Jas Merah”pernah berkata “Jangan lupakan sejarah”, dan juga mari kita cermati apa yang menjadi pernyataan Winston Churchill (1874-1965), perdana menteri inggris yang memimpin sekutu di era perang dunia II pernah berkata  “Makin lama anda melihat kebelakang maka makin jauh anda melihat kedepan."

Dari paparan di atas saya menyimpulkan bahwa setiap daerah yang menjaga nilai keasrian budaya daerah dan yang selalu mengingat sejarahnya adalah daerah yang mampu dan mumpuni membaca dan melihat situasi perkembangan jaman untuk kemajuan daerah tersebut di masa yang akan datang, maka dari itu, kembali kita mengingat lagi kalimat sakral ini “Jangan Lupakan Sejarah”. Dan hidupkan kembali Kearifan Lokal Yang Mulai Pudar.

KAU SAKIT KAWAN

Foto : Ilustrasi puisi
Langkah tergontai menahan kaki di bumi
Hentak tersentak lututmu goyah
Hendak apa yang masih kau sembunyikan
Hingga aksa tercerai saat imaji ingin terangkai

Rembulan sephiakan wajah langit
Gemintang bercayaha di antara warna buram
Hendakkah gunung tertunduk pada satu purnama
Pastilah rindu bukan lagi tentang penantian

Aspal licin kini menjadi kubangan
Banjir bandang lalu membiarkan itu terjadi
Bersama cerai luka yang tersemai dalam hubung
Kini pecah menjadi mimpi yang sangat mengerikan

Lukaku lukamu luka kita kawan
Namun masih jua kau pendam dalam sendiri
Hingga kerut nampak di sekujur muka
Enyahkan aura jiwa suci perjuanganmu

Kau masih sama kawan
Dalam mataku ada biru yang ku semai untuk depanmu
Namun kau pergi memilih jalan sunyi
Entah luka apa yang kau tawar pada nasibmu

Kau masih muda kawan
Belum cukup umurmu untuk mengkerut
Membelai wajah kusut atas hinaan nasib
Kau masih tetap sama dalam paruh waktu

Tersemai doa dalam ujung malam
Iyakan sakit yang sedang kau pendam
Semoga lekas semoga lepas
Agar beban masa silam hilang dalam dekapan kenangan

Luka apa yang pendam kawan?
Masihkah kau rawat itu
Hingga langit masih merana
Meratapi sedihmu dalam bingkai nostalgia

Kau sakit kawan
Bangunlah
Bangkitlah
Meski tak tau dimana kau bersembunyi

Pulanglah

PENA LANGIT

Pahlawan Transacts Untuk Menggunakan Berat Tangan Orang Dewasa Dari Bisnis Fountain-Pen Untuk Buku Penyalinan Untuk Mengirim Pria Kotak Hadiah Untuk Pak Tinta Pena Gratis Mengukir Kata-Intl November 2018
Foto : Ilustrasi Puisi (Sumber : tambah.co.id)


Pena adalah mimpi keabadian bagi setiap jiwa manusia, pencetus sejarah peradaban dunia, hanya saja sebagian manusia tak menyadari bahwa apa yang di inginkannya adalah sebuah keabadian nama dalam sebuah guratan aksara yang terangkai dan yang bertuliskan namanya di mata peradaban dan sejarah. Setiap manusia ingin abadi dan di kenang oleh orang lain namun seiring perjalanan waktu keabadian nama yang di idamkan akhirnya menjelma sebagai perbudakan jiwa yang telah menafsirkan bahwa harta dan finansial kebutuhan yang tercukupi adalah tujuan akhir untuk mengabadikan dirinya, dan agar anak-anak dan keturunannya mengingat keabadian namanya. Namun itu akan sementara hanya dalam waktu yang cukup sedikit dan kurun waktu sementara saja, namanya kemudian di lupakan oleh anak dan keturunannya, lewat pergejolakan pembagian harta warisan yang ia tinggalkan. Namun itulah kenyataan yang terjadi, semua nilai keabadian nama hanya mampu di abadikan oleh pena, meski kau menafikannya, tetap nilainya esensialnya tetap demikian.
Sebagaimana socrates termaktum dalam sejarah, ia abadi di mata sejarah sebagai guru dari bapak filsafat dunia yang kita kenal dengan nama plato yang bernama asli aristocles, dialah yang mengabadikan nama socrates dan pikiran socrates, meskipun socrates sendiri tidak punya buku maupun tulisan dalam sejarah dan jamannya. Tapi pena plato mampu menghadirkan sejarah guruya yang meninggal dengan memilih mati demi membela kearifan dan kebijakan pikirannya.Dari situlah kita bisa menyimpulkan bahwa keabadian sejarah dan keabadian nama hanya bisa di abadikan dengan tinta pena.
Sebuah cerita kehidupan berawal dari sebuah pena langit, pena itu nun jauh di  atas sana, di dalam nirwana Tuhan bagi yang percayaakan adanya sebuah agama dan berkeyakinan kepada alam akhiratdan duani ghoib, karenaberbicara tentang dunia ghib dan akhirat adalah erat kaitannya dengan surga dan neraka, bagi yang pecaya tentang itu, pastinya akan melakukan hal-hal baik agar bisa mencapai surga dan pena Tuhan akan menulis takdirnya dengan tinta emas dalam kertas takdir hisab tersebut. Sebuah buku yang berjudul Menuju Tangga Langit seorang sufismen sekaligus gerbang ilmu bagi para pencari Tuhan dalam diri, yang bernama “Ibnu Arabi”, mengatakan bahwa di langit ketujuh tersimpan sebuah pena tuhan yang akan menulis dan menceritakan setiap perjalanan hidup setiap manusia. Ia menjelaskan bahwa setiap perjalanan hidup manusia ini tidak terlepas dari catatan-catatan amal yang menggunakan pena tuhan untuk di pertanggungjawabkan di hari pembalasan kelak.
Semua yang ada di bumi dan di langit ini tidak lepas dari pantauan pena yang akan menulisnya, seorang astronom menulis tentang bagaimana bentuk dan tata letak galaxi, seorang anatomi bercerita tentang sel-sel yang hidup dan mati dalam sebuah tubuh makhluk hidup, seorang dokter kandungan bercerita tentang sperma berikut ovum yang melakukan pembuahan di dalam rahim, berikut bayi tabung yang pernah di lakukan percobaab dan sekarang sudah di praktekan, seorang penyair bercerita tentang kisah-kisah percintaan dan penindasan hati yang pernah terjadi dan yang pernah di lalui oleh manusia yang ada di bumi. Semua tidak terlepas dari sebuah pena yang di tunjukoleh Tuhan sebagaijalantercipta dan terlestarinya sebuah peradaban yang ada di dunia ini,bahkan Al-qura’an umat islam, dan kitab-kitab suci lainya tidak akan pernah sampai pada kita saat ini, jika tidak di tulis dan di abadikan oleh pena.
Sebuah cerita di anatara peperangan meteor dan lapisan atmosfir yang mebuahkan ledakan dan memercikan api hingga dengan mata telanjang manusia mampu meliah sebuah bintang berekor berlari, dan itu kita kenal dengan bintang jatuh yang setiap pasangan muda mengungkapkan harapannya kepada tuhan agar hubungannya tetap langgeng selamanya bahkan sampai ke pelaminan. Hujan terjatuh dan membawa semua kenangan dan sampah-sampah kota, hingga menyebabkan bajir adalah semua rencana Tuhan untuk membuat semua pena berbicara di deadline berita, agar pena berbunyi menceritakan dan mengabadikan setiap kejadian yang adadi bumi,dan gejala-gejala alam yang akan terjadi di atas dunia ini. Laku yang kita buat tak juga bisa lepas dari pantauan pena rakib dan atid untuk menuliskan semua perbuatan baik dan buruknya semuayang kita lakukan, semua pena adalah cerita dan semua cerita adalah pena, tanpa pena maka semua akan hampa dan mati, dia tak akan lama hidup di matasejarah, sebelum ia di abadikan oleh tinta pena.
Reunian terjadi karena pena sejarah tertulis dalam sebuah ijazah, yang mengakuisisi hingga yang memiliki dapat mengakukan diri untuk merasa memiliki semua kenangan saat duduk di bangku sekolah, maupun bangku kuliah. Semua terjadi dan direncanakan oleh Tuhan agar peradaban manusia tak pernah punah untuk mengingat sejarah, sebagaiman bapak revolusioner kita yang kita sebut dan yang kita kenal dengan nama “Jas Merah”. Didalam ayat pertama Al-alaq, menyuruh dan mewajibkan kita untuk membaca, maka lahirlah sebuah adekiu yang mengatakan “membaca adalah menulis dan menulis adalah membaca”.dan pesan yang tertulis di dalam mimpi seorang yang dikucilkan terlahir dalam mimpi, “menulislah, maka engkau akan abadi”.
Keabadian sebuah nama adalah yang paling di agungkan oleh banyak orang,bahkan di dalam peradaban negari china, di haruskan untuk tetap memakai nama sekte ataupun nama ayahnya untuk mengenang jasa orang tua dan nama para leluhurnya yang telah memberiya kehidupan ataupun yang telah melahirkan dan merawatnya hingga ia menjadi sesuatu yang berguna bagi dirinya dan orang lain.
Dalam dekap doa dan mimpi yang makin menjelma, semua lekukan dari indahmu kembali hadir, berikan sebuah pesona pada jiwa yang hampir mati, karena kerontang akan cinta yang kini tenggelam bersama hilangnya cinta dari dirimu yang tengah aku rindukan. Hamparan sajadah tak mampu membendung semua luka yang tengah ku reguk, disaat semboyan cinta menghantam kepala di sudut malam yang tengah terjengah mengelabui setiap pikiran manusia yang tertunduk dalam satu romansa kisah percintaan. Karena malam adalah penjara hati bagi para insomnia yang menaruh rasa pada sosok yang jauh, yang entah di sebuah pulau keabadian ataupun nirwana Tuhan. Berjuta kiasan para jiwa memaknakan kehadiran malam, di ujung pulau seorang berandal tengah asyik mengisap tembakau surga di balik nikmatnya kamar kontrakannya, semenatar di ujung cakrawala seorang anak manusia hampir mati karena takut akan kehadiran malam yang tengah memberinya kenangan pahit dalam hidupnya yang payah, atas kisah intrik sunyi yang tengah ia lalui waktu demi waktu. sementara aku disini bersama malam menguraikan semua peristiwa dalam hidupku, inci demi inci waktu berputar memberi kenangan berbeda bagi setiap insan.
Perkara malam adalah perkara lilin yang rindu akan pijarnya sebuah cahaya meski itua dalah cahaya bintang kejora di ufuk timur sana, yang memberi isyaratbahwa pagi telah datang kepadaembun agar ia bersiap sedia di sapu oleh panasnya terik matahari yang menghilangkan nilai kesuciannya di atas ilalang-ilalang alam. Hadirkan prosa-prosa sunyi bagi para penyair,menuangkan segala luka dunia kepada sehelai kertas lalu meleburkan semua penat hidupnya lewat curhatannya pada ujung pena. Hingga tertuang sebuah bait keabadian di mata penanya yang berbuny mengalunkan senandung fungsi pena

“Bagaimana pena berbunyi?
Apakah semacama lagu goyang dua jari?
Ah tidak
Cara pena berbunyi ialah kata tanpa suara
Ia mengalir dari pikiran para intelek
Yang ingin merubah alam bawah sadar si pembaca

Pena adalah pasangan hidup bagi suami atau istri
Ia mewakili semua keistimewaan berpikir
Menuangkan segala suka duka
Tanpa ampun menguraikannya laksa banjir bandang melanda hunian warga

Pena adalah pedang
Yang mampu menikam tanpa bersentuhan
Ia bisa mematikan jiwa
Meski jarak berada di cakrawala
Ajiannya mampu memenjarakan setiap manusia
Meluluhlantakkan istana laksana pancasona legenda karmapala

Pena adalah sahabat terbaik
Yang selalu mendatangi setiap kau mau berkeluh kesah
Tanpa bising ia mendengar semua kisah
Hujatan kritikan rayuan bahkan penghambaan
Ia adalah tempat penampung semua kata-kata pun sampah

Sementara para sufismen bercerita
Bahwa di lauhil mahfudz berbunyi suara pena
Penulis takdir bagi setiap jiwa yang bernaung di dalam semesta
Menguraikan jodoh dan semuanya
Sebab itu pena sangat indah
Ia mampu menelanjangi tubuh bahkan dengan satu guratan”
Berbicara tentang pena tak hentinya kita berbicara tentang keabadian kisah, tentang keabadian mimpi pada setiap jiwa yang setiap hari mencurahkan suara hatinya di dalam buku diari, tentang keabadian biografi bahkan oto biografi para tokoh-tokoh revolusi, tentang abadinya ide-ide liar manusia, hingga pikiran teringat akan sebuah kisah di sebuah pulau terpencil yang memberikan kenangan yang sama dengan kisah yang tengah aku rasa saat ini. Kisah itu adalah kisah abadi para pemuja cinta, para pendamba hati, para optimisme pada waktu dan keputusan takdir Tuhan. Guratan-guratan pena yang telah mengabadikan kisah-kisah manusia, kitab-kitab telah mengabadikan banyak kisah manusia. Hingga terpikir olehku menuangkan semua kenangan dari kisah tersebut untuk jua ku abadikan dalam penaku.
Air mata pada keabadian kasih langit kepada bumi kembali tercurah sebagai rahmat bagi penghuni bumi.

“Air mata langit hadirkan pesona pada tiap helain daun pepohonan jati di samping kuburan tua, hingga sang melati memekarkan bunganya sebagi simbol ia telah belia dan memberi tumpuan pasti pada lelaki bujang tanpa ayah di sebuah gubuk samping jalan-jalanan
Sembari melihat pelukan nestapa pada hati yang tengah nelangsa pada kenangan, lelaki itu jauhkan harap pada langit, karena mimpi kini hanyalah sebuah angan di tengah duni yang kini semakin tua
Karena hujan baginya adalah cambuk nostalgia yang sangat mengerikan berikut kenangan pada ayah dan bunda yang telah lama tiada karena terseret banjir tahun lalu

Kenangan itu kembali hadir dalam kenangan pikirannya, ia berandai dalam hati agar di dalam hujan ia berteriak mengutuk langit yang teleh merenggut kebahagiannya dan yang telah membawa kedua orang tuanya terbaring lesu di balik papan yang telah di semai oleh manusia-manusia sosialis
yang tengah asyik berbincang dan memberi ucap kasih pada jiwa mungil yang di tinggal oleh kedua jasad tanpa nyawa yang tengah mereka kuburkan.

Kedua mayat yang sekaligus adalah ayah dan ibu si laki-laki malang itu di kubur di sebelah timur kampung
Ternama kuburan tua yang keramat lagi angker karena di sana adalah tempat berkumpulnya jiwa-jiwa arwah penasaran yang meninggalkan kasih sayangnya di atas hamparan tanah merah yang tengah menguburinya

Kuburan tua tanpa hiasan bunga dan pohon kamboja kuyup di lumuri air mata tangisan kerinduan awan
Batu kapur dan batu nisan sebagai tanda bahwa masih ada bekas kehidupan yang tertanam di dalam perut bumi yang tengah di banjiri luapan kesedihan
Banjiri semua makam-makam tua, bekas-bekas sampah dan fosil dedaunan yang telah busuk kini telah di aliri dan di bersihkan oleh kesucian hati yang menumpahkan air mata
Air itu adalah air suci, Rahmat Tuhan yang tersalur lewat bersenggamanya kerinduan dua alam
yang telah tertakdir tak akan bisa bersatu

Air itu kemudian kembali ke muara kemana dan dimana ia berasal
Sebagian meresap ke lubang-lubang tanah dan sebagiannya mengalir ke hilir lalu bermuara di lautan tanpa tepi meski pantai adalah sandaran bagi sebagian jiwa yang tercerai
Lalu air itu kembali hadir di gubuk peot milik seorang petani yang tengah menunggu hasil panen di esok pagi yang tanamannya telah di satukan dengan hilir air kasih sayang yang bermuara ke samudra
Air itu adalah air mata kesakitan petani, karena banjir dan air melimpah ruah sedari pagi telah menenggelamkan padi bawang cabe dan semua hasil taninya

Di seberang pulau seorang gadis belia tengah berdiri di pinggir pantai, dengan mata di lumuri air mata darah
Sempat tertanya olehku lewat mendung yang menghiasi pelataran langit dan juga raut wajahnya
bahwa ada hikayat alam yang tengah ia pecahkan dan sempat harap tertanam dalam hati bahwa ayah yang tengah di nanti di tepi pantai kembali hadir bawakan kebahagian dengan kehiodupan masih bersama raganya
Namun angin laut bertiup angkuh hingga badai di samudra antartika hadir mengajak menari ombak yang ada di tiap muara lautan
Hingga hadirlah duka pada hati si gadis belia yang tengah menanti ayahnya yang telah tenggelam di dasar lautan bersama hujan dan badai yang di bawa oleh kesedihan langit dan kecemburuan awan pada bumi

Gadis malang datang dengan segala harap kepada langit, berpanjat pada setitik harap yang hampir punah karena sakit itu adalah kepedihan yang membawa keyakinan hampir hilang pada ketuhanan
Lalu dengan sedikit yakin yang masih membekas pada kholbu, ia bangkit terperanjat dari keterpurukan karena kepedihan hati karena di tinggalkan oleh ayah dan bunda
Ia berharap di sepertiga malam semoga cinta yang abadi akan terwujud dalam satu fase kesempurnaan pasangan dari alam kejadian ia menjadi seorang jelmaan Hawaniah

Gerakan tangan Tuhan kemudian kembali membelai keduanya, tanpa peduli pada jarak dan waktu, mereka bertemu dalam satu gubuk seorang petani yang tengah meratap karena hasil panen yang seharusnya menjadi penunjag hidupnya di beberapa bulan yang akan datang, kini ludes terbawa oleh alir air ke hilir yang menuju hulu tanpa nurani.
Jiwa-jiwa yang tersakiti oleh hujan kenangan pembawa petaka kini berpaut dalam satu gubuk kecil seorang lelaki tua tanpa istri di tengah hutan yang jauh dari hunian warga
Hingga terciptalah sebuah masa depan baru yang akan memberi warna cerah di masa yang akan datang

Lelaki malang dan si gadis malang itu kemudian bertemu pada satu nasib yang sama dan takdir yang menyamakan untuk di pertemukan, meski mereka adalah jiwa yang terpisah oleh pulau dan  air mata langit dan juga lautan luas yang membentanginya
Mereka adalah satu jiwa yang takdirnya tertulis rapi untuk sebuah ujian jiwa yang di beri kehilangan untuk orang-orang yang mereka kasih dan sayangi berikut yang paling berharga dalam hidup dan kehidupannya
Jiwa-jiwa mereka tengah melalang buana di atas langit, di tengah hamparan samudra, di dalam surga sambil berpelukan dengan kedua orang tuanya, juga sedang merana di atas ranjang yang sudah kusut karena di makan waktu yang tak mau tau akan kepedihan dan kesdihan yang di berikan air mata langit pada kisah mereka

Dengan di wakili walimahan dan wali nikah seorang petani tua di gubuk peot
Kedua jiwa yang di obrak-abrik oleh masa lalu kini menjadi satu, berpaut dalam satu hubungan abadi dalam kesaksian burung-burung yang berkicau di pagi hari dan bunga yang bermekaran tanda kemarau telah tiba dan musim gugur telah sampai dan kebahagian mereka tak akan mungkin bisa di gugurkan oleh musim apapun, karena janji jiwa yang pernah di hina oleh waktu, di sakiti oleh masa adalah benar tak akan menyia-nyiakan orang yang telah memberinya kebahagian setelah badai duka telah terlewati bersamanya.”

Masih tentang malam yang menguraikan segala cerita, dalam bentuk aksara-aksara yang tak terangkai berikut tak pernah tertulis, karena malam adalah penjara jiwa, namun kebebasan bagi pikiran untuk menerawang sesuatu yang bahkan malaikat tak mampu menjangkaunya hadir dalam kepekatan malam. Karena benar adanya bahwa para sufismen menghadirkan setiap sajak-sajak rindunya pada Tuhan, ialah ketika jiwa-jiwa anak manusia tertidur dan terbuai oleh mimpi mati sesaaatnya, maka hadirlah rahmat bagi jiwa yang inginkan wajah-wajah yang tengah di idamkan di pelupuk matanya,meskipun semua itu semu adanya. Ibnu Arabi menilai malam adalah tertutupnya jiwa bagi para manusia yang tak ingin memperdalam dalam perkara Tuhan dan rahasia-rahasia yang di sembunyikan di dalam alam, sementara bagi yang manusia yang mau berpikir malam adalah tempat di bukanya semua pintu surga,berikut rahmat-rahmat Tuahn yang telah di janjikan. Sementara lailatul qadri adalah malam seribu bintang yang di riwayatkan dalam kitab suci bahwa adalah malam yang lebih baik dari seribu malam.
Maka dari itu, waktu sepertiga malam adalah tempat yang paling indah untuk bercumbu dengan Tuhan, meminta dan meluapkan segala keluh kesah sang hamba kepada pencipta. Terangunlah dan bercumbulah dengan doa dan harapan kepada Tuhan semoga apa yang teruntai di aminkan oleh malaikat, agar bisa menerawang semua peristiwa mana yang hendak tangan tuhan kasih untuk kita jumpai dan perkara apa yang akan kita lakukan untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Aku sendiri mencintai malam yang di cintai oleh para wali Allah dan para ahli sunnah wal jamaah, agar kiranya rahmat tuhan tetap terjaga dalam jiwaku, meski memori otakku sedikit amnesia karena terlalu lama terpuruk akan kehilangannya.
Taukah kau, aku disini, di tempat biasa kita merenung dan bercanda ria. Di tempat kita melepas penat saat senja, berpuisi, melantunkan sajak-sajak cinta. Aku disini berusaha mengingat semua rentetan peristiwa suka-duka kita, menguraikannya lewat lagu sambil mengingat masa lalu yang penuh romansa indah. Sampai pada sebuah kenangan masa lalu, dimana kita melakukan sebuah percakapan indah. Di sini adalah segala kenangan kita tertulis dengan indah, terangkai segala peristiwa yang membuat hati ini selalu ingin kembali kala masa itu.
Itulah keabadiansejati oleh pena, mengurai segala yang terurai dalam bentuk rumus bahkan simbol, ia adalah keabadian sejati para jiwa yang ingin tenang meninggalkan nanam dan sejarah peradaban untuk dunia. Dan pikiran adalah senjata utamanya bahkan ia mampu menguraikan semua peristiwa dengan guratan pena langit nya.


MERAIH MAKRIFAT

Ilustrasi puisi
Aku rindu dalam sabda yg mempunyai dzat
Aku ingin hidup dalam tegap seperti mereka
Aku ingin kisah ini berakhir dengan indah
Aku ingin dalam lauhil mahfudznya tertulis kisah yang mengharukan semua jiwa
Aku ingin sabdamu begitu indah ku yakini
ayat mu begitu mempesona ku lakoni

Kulamati setiap lembaran tafsirmu
Kukisahkan semua kisah kesan dalam episodemu

Semoga dalam meraih makrifatmu selalu diaminkan oleh penghuni surgamu

TANYA KU

Ilustrasi puisi
Sering ku terdiam untuk sekedar bertanya
Kini telah sampai di manakah driku?
Apakah aku masih sebatang ranting kering?
Ataukah kini mnjelma menjadi dahan yg kuat?

Aku bertanya
Aku melihat di balik cermin itu
Apakah semuanya baik-baik saja?
Ataukah kutukan Tuhan dalam takdirnya menjumpai sedihku?

Aku terdiam
Lalu Kutantang cermin itu
Meski tertampar ku tetap melototi rautku yg makin kusam

Sipu terpampang menyudahi pandangku
Kembali ku renung
Siapakah aku?
Apakah aku?

Lalu tanya tanpa wujud menghardik batinku
Apakah kau terbuang??
Tanya yang mampu menggoyahkan yakinku.

Kujawab dengan lirih
Aku bukan saja terbuang
Tapi aku tertindas dan terlindas dalam lumpur kegelapan

YENI (Yakinkah Engkau Nama Itu?)

Foto : Ilustrasi Puisi
Yakinkah Engkau Nama Itu?
Yang Engkau Niscayakan Indahnya
Yang Engkau Narasikan Imutnya
Yang Engkau Nadakan Iramanya
Yang Engkau Napaskan Ikararnya

Yakinkah Engkau Nama Itu?
Yakni Emas Naib Islamiah
Yang Enyahkan Nasib Intusi
Yakut Ending Nurani Insan

Yakinkah Engkau Nama Itu?
Yakini Ejaan Naskah Ilmiah
Yayaya Ending Narasi Ilmu
Yang Engkau Nisbihkan Ilhamnya


SAJAK UNTUK PENITI DAN SOPIR BUS

Masa aksi

Oleh : Ginanjar Gie

Aku terlahir untuk ini, memandang semua yang terjadi tanpa sesuatu yang harus di selesaikan bersama tukang peniti yang merangkul bawahannya untuk mengecam para pembawa sampah di hadapan menara megah yang berwarna biru. Mereka berteriak dengan lantang lalu tukang peniti menyambutnya dengan suara senjata, dengan berteriak selaksa petir menyambar : datanglah kesini kauuuuu, agar ku gelitik otakmu dengan tumitku, otak kalian teracuni, sini ku bersihkan semua sampah yang ada di kepalamu agar semua sistem bekerja dan berjalan dengan baik ujarnya sembari mengarahkan moncong senjata kepada penindas elit yang tertindas, yang sangat membutuhkan nilai keadilan.

Tukang peniti itu penyulam yang bagus bahkan dalam situasi yang pengap mereka tetap menjahit kain untuk menyumpal mulut para komunal dengan paksa, merah padam muka para peniti berdiri di gerbang gedung megah, dengan suara gagah berani sang komando berkata : perisai komando tegapkan senjata, hancurkan para tikus-tikus kecil itu, mereka hanyalah sampah bagi negeri maka tenggelamkan saja.
Sambut sang jenderal dengan komando yang tak kalah lantang : lakukan sesuatu yang kalian anggap benar...!!!

Sebuah tragedi besar pun tercatat oleh sejarah, sang orator di bungkam dengan moncong senjata, batu dan kayu tak lagi punya nilai sebab letusan senjata dari para wajah beringas mulai fi dengungkan, seirama alunan musih k-pop korea yang di dengar oleh seorang ayah ketika seorang ayah tengah menderita sakit gigi.

Peniti mulai beringas di arena laga ia berteriak dengan seraya memerintah : hancurkan semuanya, kemarin kalian yang menduduki gedung ini, mari sini ku ajarkan bagaimana berada di tanah yang menjadi dasar bangunannya agar kalian tau bagaiman sakitnya di siksa oleh kata-kata atau sakit yang kalian inginkan adalah moncong senjata yang akan memberikan keadilan dan ketenangan. Lalu sang peniti menarik paksa seseorang yang kurus kering tanpa rasa manusiawi dalam diri memandang ia sebagai seekor domba para gembala yang akan di kurbankan saat idul adha tiba, kemudian ia lemparkan tubuh tak berdaya itu, sebelum bagian-sebagian dari peniti itu memukuli dan menyerangnya bagai srigala kelaparan. Seorang wanita berjas hijau memeluk tubuh kurus itu, membelainya dengan mesra sambil membisiki seuntai kata di telinganya "Kawan inilah bagain dari perjuangan, Revolusi belum usai, kami pasti menyelamatkanmu, Bersabarlah." sebelum ia di tarik paksa oleh peniti bengis. Perempuan itu tetap memeluk dan menenangkan dirinya, tapi wajah bengis tanpa ampun menariknya dengan paksa. Di angkutnya tubuh kurus kering itu di atas mobil bak terbuka, lalu seorang peniti datang menjemputnya sebelum mereka telanjangi bajunya. "Dasar sampah" sinisnya sambil memungut rambut panjang si tubuh kurus kering .

Kemudian satu per satu mereka datang dengan tangan di belakang punggung, dan di pegang dengan kuat oleh para peniti tangannya, lalu memaksa para jalang jalanan itu untuk melepaskan pakainnya lalu di buat paksa untuk duduk di atas aspal yang panas karena di terpa matahari sedari pagi. Sempat para komunal itu berteriak berontak hendak memprotes apakah ada aturan di atas aturan yang membuat mereka harus melepaskan bajunya laksana maling ayam di kampung-kampung tanpa listrik di sudut ibu kota.

Hampir semua dari komunal itu di babat habis oleh asap air mata, hingga cair mencairkan semua yang hadir dalam aksi, hadirkan tafsir dan makna bahwa mereka yang berdiri di depan gerbang adalah sampah sumpah serapah para elit. Orang seorang dari peniti hadir kembali membawa orang per orang  tuk di jatuhkan hukuman di atas meja hijau. Keadilan yang di perjuangkan kini berbalik menyerang bagai ibu tiri yang takut kehilangan kasih sayang suami dan takut kehilangan warisan sang suami lalu menghardik anak kandung dari lelaki yang mempersuntingnya hingga ia tewas dalam fhobia yang mengerikkan. Kasian mereka yang berjiwa merdeka, mereka telah lihai dengan kekuatan revolusi hingga lupa bahwa taring dan moncong senjata masih tegap berdiri di gerbang istana.

Setelah mobil membawa para komunal ke pengasingan, lalu hadir sebuah bus sewaan dengan tulisan di depan kaca "Berkedok Almamater (berwajah preman) di gedung berwarna biru. Mereka hadir bawakan makanan untuk para komunal, dengan daging dan ayam di bungkusi oleh plastik nasi sebelum mereka bubuhi semua makanan itu dengan racun. Racun itu lahirkan kematian bagi para jiwa perindu keadilan.

Racun-racun itu adalah obat untuk kebijaksanaan ucap seorang jendral dari kumpulan tertindas, karena racun itu adalah setidaknya mampu membawanya kepada keabadian hingga tak lagi melihat dunia yang begitu kacau oleh ulah manusia-manusia kerdil. Kematian adalah perebahan abadi yang membuat jiwa tenang karena tak ada lagi sisi yang dapat membantu menghancurkan sistem yang terstruktur oleh para peniti. Setidaknya kematian dapat mengantarku pada surga maka akan ku raih itu, namun sebelum nyawa terenggut oleh racun itu, ijinkan aku bersuara di depan istana itu lagi dan menghancurkan para penghuninya, kemudian ku ikhlaskan jiwa ku kalian ambil, tubuhku kalian cincang, dan setiap dagingnya kalian berikan saja kepada anjing-anjing kampung yang kelaparan. Karena bagiku kemerdekaan yang tertindas adalah mati bagiku. Ucapnya dengan air mata darah.

#Suara hati para aksioner

SEBUTIR PELURU DI SUDUT GERBANG

Foto: ilustrasi puisi
Sebutir peluru di sudut gerbang
Terlindes terinjak kaki pejalan jalanan
Hentak terkaget sang hati anak polos
Peluru karet bukan lagi kawan

Peluru itu berbentuk lonjong kuningan
Tertulis pin angka di ujung sisa
Dua digit digit dua
Entah apa maknanya aku tak mengerti

Peluru itu ku masukan dalam saku celana
Ku buang di pinggir kiri trotoar
Suara kiri tak boleh mati karenamu kawan
Karena kau bagian dari kiri mulai sekarang

Peluru itu misterius kawan ucap sahabat ketika bermain gitar
Peluru itu menembak seorang anggota berwajah kriminal
Hingga pahanya terkena peluru
Menjelma handphone sebagai pahlawan

Pahlawan telah retak bersama dengan selamatnya paha dari peluru
Sang anggota berteriak dengan lantang dengan emosi
Aku bunuh kalian semua jika benar aku berdarah
Sinisnya memandang karena paha yang satu terkena batu misterius pula

Kasian
Bahkan anggota mengamankan anggota
Bentuk dari terstrukturnya rencana propaganda
Alangkah indah stratag penguasa

Kalian mau lawan?
Intc adalah lawan stratag kutu buku
Hahaha bergidik semua bulu kuduk
Tak akan mampu tak akan bisa

Ingat kawan
Kalian adalah jalang jalanan bagi mereka
Kalian adalah sampah peradaban bagi mereka
Tapi jangan sampai kau berkecil hati
Karena aku selalu bersama jiwa-jiwa pembebas kaum tertindas

SUARA YANG RINDU AKAN KEADILAN

Foto : ilustrasi puisi
Suara berakhir di penjara
Pelopori semua hasil semu
Gerakan masif hancur di mimbar jalanan
Kini tinggalkan meja hijau yang akan mengambi alih

Hantu-hantu berkeliaran dimana-mana
Tak terbang namun berjalan layaknya anak harimau
Liar tanpa cakar mengaum tanpa busana
Hendakkah kiri terisolir di muka bumi?

Asap gas air mata adalah senjata pamungkas
Meneteskan air mata meski dalam laga perang
Apa yang hendak kau tangisi?
Tanya sang ibu penjual somai di pinggir trotoar

Air mataku jahat Tuan ujar seorang gadis saat menyapa wajah muram petugas
Aku bukanlah dari air mataku
Air mataku air matamu yang kau tumpahkan lewat diriku
Karena aku yakin generasi dari anakmu akan mengalami nasib yang demikian yang kini tengah kami alami

Kembali besok kata teman di atas surau
Namun senjata tak mampu di hadang oleh kekuatan Toa di tepi atap
Sekali terbang asap gas mengepul
Air mata kembali berlinang di atas sana

Loakkan kata seorang pengendara di jalanan
Sampah ucap seorang petugas saat mengejar para pencari keadilan
Busuk ucap media dalam headline deadline
Tetaplah semangat dan hidup ucapku dalam hati
Karena suara yang rindu akan keadilan tetap abadi
Seabadi fajar merah saat pagi datang
Seabadi fajar merah ketika melantunkan senandung kebenaran tak pernah mati

MEMAHAMI TAKDIR

Foto : penulis dan si jenggot keramat
Menghardik diri dan yakin ini
Coba ku pahami
Namun semua tetap tak terbaca
Aku hilang dalam gelap
Merintih di sudut jalan
Aku tak terbaca
Aku terbuang
Aku tak ternilai

Sempatku terdiam dan memahami segala soal ini
Namun semua tetap terlilit dalam kabut yang menganga

Tanyaku
Akankah semua kembali berwarna?
Akankah kanvas kusam mampu kembali memekarkan bunga?

Aku diam dalam dekapan luka
Memahami torehan takdir dalam goresan pena Tuhan
Hingga diri melebur dalam diri
Agar cahaya kebenaran mampu di tampung oleh hati

NARASI BUTA

Ilustrasi puisi
Narasi rindu yang ku untai di awal hari
Merasuk embun di telinga sang alam
Hingga lahirkan intuisi kepekaan pada luka sejarah
Lahirlah sang jalang jalan di mulut pengutuk nostalgia
Yang memberi harapan hampa pada sosok yang masih percaya akan sebuah rasa suci pada nurani

Narasi itu adalah bubuk mesiu
Pembunuh saat ia bertemu dengan suatu gesekan
Berseteru satu dengan lain demi sebuah ego
Hingga jalan pikiran yang satu terbelah pecah berkeping entah seluluh lantak apa
Haus melanda
Kerontang di pelihara
Sang alam bercerita tentang dunia dan penghuni yang rakus akan kemenangan diri
Hingga tak lagi ada nilai yang murni
Bahkan emas kini sudah menjadi barang dagangan penjual asongan
Karena gejolak liar setiap pemikiran yang di pelihara oleh tiap anak manusia

Narasi rindu itu adalah kegoblokan pada diri
Memahami diri ranpa ada pemaknaan diri
Maka filsafat kini bernilai buta
Rindu adalah hampa yang tak berongga
Hingga lahirkan sebuah polemik luka tanpa sayatan
Di neraka bahkan di surga
Itulah luka tanpa
Semu semua
Tanpa makna semua bersuara
Tanpa ilmu ia menjelma sebagai filsuf
Lalu hilang tanpa jejak
Namun suara sucinya masih abadi
Hingga munculkan gejolak pada tunas yang baru lahir

Ah narasi itu kemudian hilang tanpa arti
Sedikitpun tak ounya makna
Teologi dan epistemologi masih di jajal oleh pikiran-pikiran
Lalu menggugurkan nilai pada harafiahnya yang telah bermuara dengan esensi murni

Narasi rindu yang buta
Bahkan semua masih tetap saja kalah padanya
Meski dusta membubuhi tiap perjalanannya
Masih ada kata maaf yang masih terselip di sela-sela luka yang di sayat
Itulah buta yang membunuh
Buta rindu
Rindu buta
Yang di nikmati oleh insan
Yang di abadikan oleh anak manusia
Yang di tiduri oleh jiwa murni para pendamba
Yang di lakoni oleh para penyair
Buta

PERCAYALAH WANITAKU

Aku rindu padamu
Pada setiap bayanganmu
Harmoni dalam hati mengalun sendu
Harus kau tau
Dunia terasa tak lengkap tanpamu
Seindah pelangi kau hiasi hariku
Ingat saat pertama kita bertemu

Kau sapaku dengan senyum manismu
Aku terjatuh dalam palung hatimu
Hey girl, i love you
Sungguh aku jatuh hati padamu

Hatiku bak di palu
Jika kau berlalu dari hidupku
Tolong rasakan rinduku
Yang bersemayam jauh dalam kholbu
Bahwa rasa ini tak ada lagi kata ragu

Percayalah wanita yang selalu memberi rindu
Bahwa begitu dalam cinta ini padamu
Hingga Tiap detik diriku hanya memirkanmu
Wajah dikau yg begitu memukau
Membuat diriku selalu termangu
Bermimpi untuk menjadi sesuatu yang bisa kau rindu

Tolong rasakan ditiap hembusan angin malam kusampaikan
Kau yang selalu hadirkan kenangan dalam ingatan
Yang setiap mengingatnya melahirkan tangisan
Untuk dapat berdamai dengan kenangan
Untuk mendapat sebuah kesejukan
Dalam hati yang inginkan kedamaian

NARASI RINDU

Foto : penulis bersama seseorang
Aku adalah cangkir yang telah retak
Yang tak bisa kau gunakan untuk meminum
Jangan lagi kau tuang kopinya
Sebab hanya ampas yang akan tertinggal jika kau memaksa untuk menampung segala candu kafeinmu
Karena semu adanya bahwa cangkir retak mampu menahan panasnya kopi dan mencairnya cairan cintamu

Ah narasi rindu yang tersemai
Bahkan cangkir kopi yang indah akan retak ketika menampung panasnya rasa yang tengah di pendam
Menjelma bubuk hitam para gerylia muda
Yang melakukan pemberontakan atas rezim dalam sejarah
Ialah cinta yang ku untai
Ia adalah jelmaan dari segala rasa para bidadari
Ketika menunggu sang wildan datang di akhir hisab mahsyar

Ah tak ada lagi kopi
Tak ada lagi candu
Tak ada lagi rindu
Sebab semua hampa karena hati telah lama mati

KECAMAN UNTUK PENGUASA

Ilustrasi
Wahai para pemimpin
Jangan Pura-pura Tuli dan tak menghiraukan orasi kami
Sebab hanya pagi yang paham bagaimana menyambut panas tanpa rasa marah
Gie


TENTANG LUKA

Foto : hasil karya tangan gie
Ilusi tak bertepi di ujung cakrawala
Meninggalkan sesak yang begitu membuncah
Menghadirkan kenangan pahit dalam sejarah cinta
Hingga lagirlah benci dalam diri tuk membuat pembalasan

Tak mampu menahan siksa dalam diri
Hingga diri tak lagi mau menemui tuhan
Dalam dekap doa yang tak ingin mau merubah menjadi sahabat
Selalu ia menjadi kebencian yang di benci oleh pembenci ini

Kau berbicara tentang lukamu
Sedang aku tengah meratap di ujung ini
Di ujung senja yang tengah menanti
Kabarmu pun tak jua datang
Menemuiku di ujung mimpi-mimpi lama
Yang telah kita rajut bersama asa yang indah
Menuju altar abadi
Di singgah sana istana panggung
Kita berteduh di bawah atap jerami
Bersama dua lelaki bujang yang kita impikan

Ah sudahlah
Mimpi itu kian pudar bersama denga egomu yang memuakkan
Aku benci

Perang Ideologi Hingga Mengorbankan Rakyat Indonesia

Ilustrasi tulisan

Ketika negara tak mampu memberi solusi terhadap apa yang di butuhkan oleh masyarakat dan terkait gejolak-gejolak yang terjadi dalam masyarakat tak mampu di pecahkan, maka negara menghadirkan agama untuk terlibat di dalamnya guna untuk menjadi solusi. Namun agama juga tak mampu memberi solusi secara bijak, karena ketika agama hampir bisa menyelesaikan permasalahannya, negara akan muncul mengintervensi semua masalah yang di pecahkan tersebut lalu memasang badan, sehingga citra negara dan elektabilitas rezim (incumbent) mampu terdorong lebih tinggi lagi. Baca : (MOJOK.CO – Setelah santri post Islamisme Sandiaga Uno, santri Jokowi, Kiai Ma’ruf Amin (kalau ini betulan statusnya), kapan Pak Prabowo nyusul?)

Peran Agama yang seharusnya berbicara tentang indahnya surga dan betapa sadisnya masuk di dalam neraka, kini di buat ambruk oleh kepentingan yang membuat terpecahnya umat. Hadirlah, pluralisme, liberalisme dalam doktrin keyakinan sebagai pendekatan sosialisme. Bahwa agama adalah benar yang akan menjadi sandaran ketika ada gejolak yang terjadi dalam tubuh negara, namun ketika kebijakan-kebijakn di berlakukan, maka agama yang di agungkan akan di tenggelamkan di dalam pengambilan keputusan tersebut.

Ketika kita menelaah secara dalam, kita akan menemukan bahwa ada kejanggalan terhadap sesuatu yang terjadi di negeri ini, hingga bisa kita lihat bagaimana isu penistaan Agama kerap terjadi, tentunya kita yang mau berpikir tanpa harus melakukan reaksi yang lebih terhadap strategis dan peran yang di mainkan oleh orang-orang yang punya kepentingan dan yang mau menghancurkan bangsa ini, harus berpikir kembali sebagaimana gagasan guru besar kita H. Abdurrahman Wahid tentang bukunya yang berjudul "TUHAN TAK PERLU DI BELA" tentulah itu akan membanatu kita agar bisa menelaah lebih dalam lagi terkait penyerangan lewat isu dan opini yang sengaja membuat kita bentrok sesama rakyat Indonesia.

Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana mungkin permusuhan ini bisa berjalan dengan masif dan berkepanjangan hingga melibatkan isu-isu bahwa imam besar kita HRS bahkan sedang berada di negara lain mampu di fitna, jika kita berpikir lebih dalam. Dan juga perang opini dan saling persekusi dan mencap satu sama lain dengan kata kotor tanpa kita memikirkan nilai, dan memendang remeh lawan politik, hingga lahirlah kalimat saling ejek-mengejek yang akhirnya berujung ke Meja Hijau. Tentunya ini sudah mencederai nilai Demokrasi yang kita junjung tinggi selama ini, dan ini membuktikan bahwa ada yang melatarbelakangi dan sengaja menjaga gejolak ini, hingga pada saatnya nanti ketika kita terpecah dan menjadi kumpulan sekte-sekte kecil maka dengan sangat mudah mereka yang mempunya renca besar ini bisa meruntuhkan dan menguasai daerah dan negara Indonesia hatta sekalipun dengan mudah. di  sinilah penulis menarik kesimpulan bahwa semua gejolak ini sengaja di rawat dan di ciptakan. jika memang tidak ada intervensi dan kepentingan penguasa di dalamnya, maka dinamika ini sudah terpecahakan dan sudah terselesaikan bahkan sudah lama sekali.

Tapi itulah yang tidak bisa kita just dan menuduh siapa yang bermain disini, karena benar adanya bahwa kedua pesangan capres berikut cawapresnya adalah orang-orang terbaik kepunyaan negeri ini, Tapi dari kacamata penulis melihat bahwa ketiga Ideologi dunia inilah yang membawa kita pada jaman yang serba kebingungan ini.

Bagi penulis Kisah ini mengingatkan kita kepada sejarah munculnya syiah, dan aliran lainnya ketika kepemimpinan khalifah terakhir. Berawal dari persoalan politik, dan gejolak yang di buat oleh abu hanafiah yang haus akan kekuasaan, hingga lahirlah perpecahan dalam tubuh islam. Dan begitulah yang terjadi di indonesia ini jika kita mau kembali kepada kebenaran, dan kemerdekaan berpikir, bahwa semua yang terjadi ini sengaja di ulang kembali, karena 36 strategis berperang dan 48 hukum kekuasaan itu terlahir sebelum Indonesia merdeka, jadi sangat kita tahu dan paham jika kita mengkaji lebih dalam dan jauh bahwa sekarang kita di serang dengan hukum-hukum tersebut, hanya saja ada kelemahan-kelemahan strategi itu yang perlu di perbaiki dan di rubah. Kita dapat melihatnya dengan menengok kembali bagaimana lahirnya UU IT tentang penyebaran hoax, hingga kata Hoax menjadi sebuah pobia yang akan membawa kita pada kedunguan seperti yang di katakan oleh rocky gerung.

Bahkan ketika gejolak PKI muncul dan melakukan kudeta, manipulasi penumpasannya hadir sebagai kiasan skenario yang indah, agar sejarah mampu di manipulasi dan menghadirkan citra bagi yang melakukan perlawanan terhadap PKI. Di dalam buku " Supersemar Palsu : Kesaksian Tiga Jendral, oleh: A Pambudi" membahas tentang bagaiman kebobrokan sejarah tak mampu di pertanggungjawabkan. Ketiga jedral melihat ada kecendrungan yang di manipulasi yang di lakukan oleh si penumpas PKI, bahwa setidaknya ada tiga naskah "SUPERSEMAR" yang entah keasliannya masih di eagukan, dan masih di pertanyakan, jika SUPERSEMAR itu asli, lalu siapakah yang memegang naskah asli "SUPERSEMAR" tersebut.

Belum lagi sejarah-sejarah dan kejadian yang terjadi kesininya, Munir, marsinah, widji tukul, tak usahlah di bahas. Karena itu masih misteri yang harus kita ingat sebagai peristiwa indah yang di bungkus rapi oleh para penguasa Negeri. Sebagaimana yang di tulis dalam Puisi "senkon karta" oleh peri sandi yang di teruskan oleh Tonny JA's, dalam puisi esainya yang di akui oleh para sastrawan bahwa itu adalah jenis sastra baru yang di ciptakan meskipun ada kontroversi di dalamnya yang tak mau mengakui keberadaan puisi esai sebagai sastra baru, namun di sini, penulis tak ingin membahas masalah tersebut, tapi lebih kepada kebobrokan sejarah yang terdiri dari beberapa pengklaiman, dan beberapa versi menurut buku putihnya masing-masing.

kembali ingin saya luapkan bagaimana sejarah itu bisa di manipulasi oleh penguasa, bahkan di nagara Amerika Serikat, yang katanya negara Adi daya, menyimpan dan memendam hitamnya sejarah, dan misteri terbunuhnya presiden Jhon kenedi yang sampai sekarang belum ada titik temunya adalah bukti, bahwa sejarah itu adalah faktor yang tak bisa kita ambil mentah-mentah terhadap apa yang di paparkan oleh perubah dan pelaku opini, hingga sejarah yang benar mampu di tenggelamkan kebenarannya.

Di dalam paparan kecendrungan sejarah yang penulis paparkan tersebut adalah agar kita mampu menelah dan bagaimana cara kita membaca dinamika yang terjadi di dunia ini adalah merupakan peperangan ketiga ideologi besar dunia (Komunis, kapitalis, dan islam). Dan itulah yang terjadi di Indonesia sekarang...!!!!

KENANGAN

Foto : Penulis
Di ufuk timur kemilau jingga yang masih terbungkus sempurna memberi keindahan pada setiap jiwa
Melafazkan kalimat-kalimat suci
Bersenandung dalam gemerciknya air suci yang di bisikan langit pada dedaunan dan rumput-rumput
Di sambut camar putih yang terbang memotong kilau cahaya ketika sang suria mulai meliarkan cahayanya hingga kepada gua-gua tempat kalong beristrahat

Disini aku bersama matahari yang sudah tinggi, namun jauh di dalam hati aku masih merasakan bahwa lilin masih memberi pekat yang angkuh atas kisah kesan dan keluh atas narasi yang telah kau tulis untuk cintaku dan juga hidupku

Ah kenangan
Kau membawaku pada satu dilema yang abadi
Hingga dalam cahaya aku masih dalam gulita
Dalam kehangatan cahaya yang di pancarkan sang surya
Aku masih saja diserang rasa menggigil yang berkelanjutan, yang selalu memberiku kesakitan dalam hatiku

Dalam kenangan malam tanpa siang
Dalam duri rindu yang selalu menusuk hati
Aku bermunajat dalam hati
Semoga di kau hadir memberikan secercah cahaya agar ada lagi tujuanku untuk melanjutkan hidup

ADA SURGA DI MONTA

Foto gie : Ilustrasi Puisi
Di sebuah jembatan samping masjid tempat penikmat senja melihat indahnya sang surya yang turun di balik gunung, sebuah lahan pertanian terpampang sangat luas, petak-petak tanah yang di pisahkan oleh pematang begitu indah.
Asri hijau sang padi tumbuh di atas tanah subur nan sejuk, di pinggir jalan-jalanan, pohon pinang berjejeran dengan indah sebagai pagar sawah yang di tanami petani, sementara di sebelah timur sebuah kebun milik seorang warga tumbuh berbagai macam pepohonan yang bikin mata tak henti memandang akan asri dan hijaunya.

Burung pipit dan burung gereja terbang di antara rerimbunan pohon, seakan berucap padaku selamat datang di negeri simpasai, ia berucap dengan nada tanpa kata pada bahasa-bahasa yang tak di mengerti oleh insan selamat datang di surga simpasa. Sementara ruh agung para leluhur membisiki nun jauh didalam nurani agar jangan melihat pada satu titik tapi lihatlah jauh lebih dalam lagi, agar kau mengerti bahwa di dalam surga selalu ada neraka yang berdampingan dengannya.

Sempat ku ucap terima kasih atas sambutan alam yang begitu damai dan santun, lalu tertuju mata pada hamparan gunung yang sedang mengepulkan asap-asap ganas yang membuat pepohonan lereng gunung menjadi polusi, hingga hijaunya tak mampu lagi berfotosintesis dengan baik, Semua bukan hanya tentang surga saja kata hasutan dan bisikan para ruh leluhur itu, tetapi tentang neraka yang di rangkul dan di jemput dengan indah oleh penduduk.

Kembali ucap lagi kata tak berwujud, sesungguhnya surga dan neraka itu terpisahkan hanya sejengkal, lihatlah kedepan ucapnya, pada akhirnya melahirkan musim gugur berkepanjangan dan penebangan di awali oleh kehausan akan materi untuk menyeimbangi lajunya globalisasi yang tak pernah mau tau akan datang dan dapat dari mana sesuatu yang akan menutupi segala kebutuhan. Tanpa mereka berpikir bahwa kegundulan hutan akan membawa dunia ini pada musim kekeringan yang berkepanjangan. Sungguh itu adalah neraka yang di perlihat dalam bentuk nyata dalam dunia, ketika kita mau berpikir.!!!!

JERITAN SAMPAH MASYARAKAT

Sampah Masyarakat
Bulan sabit bersama satu bintang
Bercerita tentang dinginnya malam saat musim hujan
Menusuk tulang menelisik dedaunan hembusan angin
Hingga sampah-sampah di sudut kota bertebrangan

Disudut gedung megah nan mewah tertidur lelaki bujang
Sampah-sampah buangan menerpa wajah kusutnya
Hingga terbesit dalam nuraninya
Hendak di bagaimanakan sampah-sampah itu?

Sampah-sampah itu kemudian lahirkan puisi
Di pelataran lotre seorang penyair gila hendak bersenandung
Tentang sampah kota juga sampah masyarakat

Penyair itu kemudian mengurai aksara dari kediaman hati yang bisu
Hendak mengukir keangkuhan tafsir setiap pikiran
Hingga lahir sebuah gejolak di jiwa para pecinta
Laku apa yang tak pernah punya kesan?

Semua laku adalah cerminan jiwa katanya
Namun tak semua cover itu tercermin dalam hati
Sahut seorang pemuda dengan celana compang-camping saat ia termenung
Karena semua yang kita lihat belum tentu benar
Maka pandanglah semuanya dengan rata dan samar
Ucap datarnya di lubuk hati yang tak sempat bersuara

Kau berbicara tentang pakaian?
Kau bercerita tentang tutur kata?
Kau berbicar tentang wibawa?
Semua itu adalah semu dan semua jiwa adalah jongos bagi jiwa yang lain
Kau tak akan mungkin bisa menafsirkan pikiran setiap kepala

Jangan pernah lihai melihat sesuatu yang belum kau dalam
Karena di dalamnya tercermin sesuatu yang belum pernah kau tau
Maka bangunlah dari penghinaan jiwa manusia pada dirimu
Lenyapkan mereka
Nisacaya kau akan bisa menjadi manusia sempurna

Jangan lagi kau menilai semua dari kacamata mu
Tapi lihatlah dari dalam dan dasar kholbu
Bahwa ada ayat yang tak bisa kau tafsirkan di ujung makna yang kau nilai
Karena jauh di dasar jiwa kau tak pernah melihat bagaimana jeritan sampah masyarakat bergumam

Jeritan sampah itu tetap ada
Merusak lingkungan bagi pepohonan
Merusak akidah dan tatanan sosial bagi masyarakat
Sementara bagi sampahnya adalah pembebasan kebebasan

Bulan sabit itu masih tetap bercahaya
Berikut bintang yang tak pernah berhenti mengoceh
Kepada manusia yang memuji kecantikan rembulan
Tanpa mereka tau cahaya nya adalah matahari
Dan rupanya adalah tanah tandus kering berdebu

Lalu bulan berbisik pada bintang
Tak usah bercerita dan bersuara untuk menilai manusia
Karena mereka sadar
Sampah itu terlahir dari barang berharga sebelum mereka nista
Ucap hati yang tak sempat bersuara
Di ujung senja sebelum malam kembali menerka
Menghasut tafsir dari sudut pandang kata faedah
Menghimpit pikiran dari kata cerna
Hingga lahirlah sebuah kata
Pikiranmu adalah penjara dan kebebasan bagimu
Maka gunakanlah dengan bijak sesuai irama alam yang telah tertera

RINDU DAN RASA ADALAH KITA

ILUSTRASI PUISI
Sebagian rindu harus berbunyi
Dan sebagian lagi tetap tersembunyi
Agar ada keseimbangan nurani
Demi terwujudnya cita tanpa harap pasti
Karena benar adanya
Jika rindu tanpa jumpa
Jika cinta tanpa balas
Kesakitan yang menganga adanya

Sebagian rasa harus tetap terjaga
Sebagiannya lagi biarkan ia bermuara bersama air di dasar hulu
Agar tak ada yang mampu menerka
Sehebat apa ia tergiring di dalam selimut air yang deras

Rindu dan rasa adalah kita
Dua jiwa tanpa paut di ujung senja
Memercikkan air-air dahaga perjumpaan
Di sela wudlu subuh nguap terbasuh
Terpaunya keduanya adalah satu yang menyatu
Memberi kebahagian yang siap merasuki tiap jiwa anak manusia
Itulah cinta yang hakiki

MEMOAR SANG PRESIDEN

Foto : Ilustrasion Puisi
Sanak gembala menanggung beban
berikan isyarat tentang keyakinan
Tentang keyakinan yang tak mampu memapah
Adil semakin kerdil bahkan tanya tak sanggup lagi untuk di jabah
Kaum borjuis datang menyapa
Menjelma sebagai pengemis
Sementara di luar sana congkaknya begitu angkuh

Memoar Sang President
Melakoni seluruh untaian dalam koalisi.
Meliberalkan semua misi demi pencitraan periode indonesia revolusi.

Indonesiaku
Di jamanmu para komunis bisa bersuara dengan lantang.
Di jamanmu media mewartakan katak yang meninggal
Dijaman mu....!!

Pion bergerak tanpa tinta
Indah dari sidik jarimu terpancar cahaya kebijakan
Lalu melahirkan sebuah sariat yg berlaku tanpa isyaratmu


Presidenku
Salut ku
Aku mengagumimu dengan segenap kata yang memuakkan.

Penulis : Ginanjar

AIR MATA LANGIT KEPEDIHAN

Foto : ilustrasi puisi (sumber foto : Barry kusuma)

Air mata pada keabadian kasih langit kepada bumi kembali tercurah sebagai rahmat bagi penghuni bumi
Hadirkan pesona pada tiap helain daun pepohonan jati di samping kuburan tua, hingga sang melati memekarkan bunganya sebagi simbol ia telah belia dan memberi tumpuan pasti pada lelaki bujang tanpa ayah di sebuah gubuk samping jalan-jalanan
Sembari melihat pelukan nestapa pada hati yang tengah nelangsa pada kenangan, lelaki itu jauhkan harap pada langit, karena mimpi kini hanyalah sebuah angan di tengah duni yang kini semakin tua
Karena hujan baginya adalah cambuk nostalgia yang sangat mengerikan berikut kenangan pada ayah dan bunda yang telah lama tiada karena terseret banjir tahun lalu

Kenangan itu kembali hadir dalam kenangan pikirannya, ia berandai dalam hati agar di dalam hujan ia berteriak mengutuk langit yang teleh merenggut kebahagiannya dan yang telah membawa kedua orang tuanya terbaring lesu di balik papan yang telah di semai oleh manusia-manusia sosialis
yang tengah asyik berbincang dan memberi ucap kasih pada jiwa mungil yang di tinggal oleh kedua jasad tanpa nyawa yang tengah mereka kuburkan.

Kedua mayat yang sekaligus adalah ayah dan ibu si laki-laki malang itu di kubur di sebelah timur kampung
Ternama kuburan tua yang keramat lagi angker karena di sana adalah tempat berkumpulnya jiwa-jiwa arwah penasaran yang meninggalkan kasih sayangnya di atas hamparan tanah merah yang tengah menguburinya

Kuburan tua tanpa hiasan bunga dan pohon kamboja kuyup di lumuri air mata tangisan kerinduan awan
Batu kapur dan batu nisan sebagai tanda bahwa masih ada bekas kehidupan yang tertanam di dalam perut bumi yang tengah di banjiri luapan kesedihan
Banjiri semua makam-makam tua, bekas-bekas sampah dan fosil dedaunan yang telah busuk kini telah di aliri dan di bersihkan oleh kesucian hati yang menumpahkan air mata
Air itu adalah air suci, Rahmat Tuhan yang tersalur lewat bersenggamanya kerinduan dua alam
yang telah tertakdir tak akan bisa bersatu

Air itu kemudian kembali ke muara kemana dan dimana ia berasal
Sebagian meresap ke lubang-lubang tanah dan sebagiannya mengalir ke hilir lalu bermuara di lautan tanpa tepi meski pantai adalah sandaran bagi sebagian jiwa yang tercerai
Lalu air itu kembali hadir di gubuk peot milik seorang petani yang tengah menunggu hasil panen di esok pagi yang tanamannya telah di satukan dengan hilir air kasih sayang yang bermuara ke samudra
Air itu adalah air mata kesakitan petani, karena banjir dan air melimpah ruah sedari pagi telah menenggelamkan padi bawang cabe dan semua hasil taninya

Di seberang pulau seorang gadis belia tengah berdiri di pinggir pantai, dengan mata di lumuri air mata darah
Sempat tertanya olehku lewat mendung yang menghiasi pelataran langit dan juga raut wajahnya
bahwa ada hikayat alam yang tengah ia pecahkan dan sempat harap tertanam dalam hati bahwa ayah yang tengah di nanti di tepi pantai kembali hadir bawakan kebahagian dengan kehiodupan masih bersama raganya
Namun angin laut bertiup angkuh hingga badai di samudra antartika hadir mengajak menari ombak yang ada di tiap muara lautan
Hingga hadirlah duka pada hati si gadis belia yang tengah menanti ayahnya yang telah tenggelam di dasar lautan bersama hujan dan badai yang di bawa oleh kesedihan langit dan kecemburuan awan pada bumi

Gadis malang datang dengan segala harap kepada langit, berpanjat pada setitik harap yang hampir punah karena sakit itu adalah kepedihan yang membawa keyakinan hampir hilang pada ketuhanan
Lalu dengan sedikit yakin yang masih membekas pada kholbu, ia bangkit terperanjat dari keterpurukan karena kepedihan hati karena di tinggalkan oleh ayah dan bunda
Ia berharap di sepertiga malam semoga cinta yang abadi akan terwujud dalam satu fase kesempurnaan pasangan dari alam kejadian ia menjadi seorang jelmaan Hawaniah

Gerakan tangan Tuhan kemudian kembali membelai keduanya, tanpa peduli pada jarak dan waktu, mereka bertemu dalam satu gubuk seorang petani yang tengah meratap karena hasil panen yang seharusnya menjadi penunjag hidupnya di beberapa bulan yang akan datang, kini ludes terbawa oleh alir air ke hilir yang menuju hulu tanpa nurani.
Jiwa-jiwa yang tersakiti oleh hujan kenangan pembawa petaka kini berpaut dalam satu gubuk kecil seorang lelaki tua tanpa istri di tengah hutan yang jauh dari hunian warga
Hingga terciptalah sebuah masa depan baru yang akan memberi warna cerah di masa yang akan datang

Lelaki malang dan si gadis malang itu kemudian bertemu pada satu nasib yang sama dan takdir yang menyamakan untuk di pertemukan, meski mereka adalah jiwa yang terpisah oleh pulau dan  air mata langit dan juga lautan luas yang membentanginya
Mereka adalah satu jiwa yang takdirnya tertulis rapi untuk sebuah ujian jiwa yang di beri kehilangan untuk orang-orang yang mereka kasih dan sayangi berikut yang paling berharga dalam hidup dan kehidupannya
Jiwa-jiwa mereka tengah melalang buana di atas langit, di tengah hamparan samudra, di dalam surga sambil berpelukan dengan kedua orang tuanya, juga sedang merana di atas ranjang yang sudah kusut karena di makan waktu yang tak mau tau akan kepedihan dan kesdihan yang di berikan air mata langit pada kisah mereka

Dengan di wakili walimahan dan wali nikah seorang petani tua di gubuk peot
Kedua jiwa yang di obrak-abrik oleh masa lalu kini menjadi satu, berpaut dalam satu hubungan abadi dalam kesaksian burung-burung yang berkicau di pagi hari dan bunga yang bermekaran tanda kemarau telah tiba dan musim gugur telah sampai dan kebahagian mereka tak akan mungkin bisa di gugurkan oleh musim apapun, karena janji jiwa yang pernah di hina oleh waktu, di sakiti oleh masa adalah benar tak akan menyia-nyiakan orang yang telah memberinya kebahagian setelah badai duka telah terlewati bersamanya.

TERKEKANG DALAM SEBUAH JALAN

Foto : Penulis
Imajinasi nakal kembali datang
Menghampiri liar yang kini ku bina
Hengkang terkekang dalam sebuah jalan
Menuju sirath keabadian ilusi



Sudah lama ajali terpendam
Terperanjat dalam didih yang masih belia
Himpun mengapit liar yang masih bersemayam
Dalam loak-loak silam yang kelam

Luluh lantang juntai tergontai
Penjara tanpa sel kini bergembok di sarang kepala
Hadirkan narasi keakuan tanpa hakul
Entah nisbih apa yang di cerna oleh tiap kepala

Lambain angan masa silam tetap menyapa
Hadirkan bayang-bayang tuak di meja bundar bahkan lingkaran setan
Bagai ribuan bunga perawan di pinggir perempatan lampu merah
Hadirnya bawakan sebuah surga di ujung malam

Sudahlah
Semua angan
Semua ilusi
Bahkan penjara itu adalah pikiran sendiri

Semua semau semu
Hadir menjajal liar pikiran
Hingga ku yakini satu kata
Pikiran adalah semu jika tidak bergerak.!!

#HIJRAH
07 November 2018
Kota Bima
#kamar_kontrakan
Ginanjar Gie

TENTANG KOPI DAN RASA

Ilustrasi puisi
Tetesan air mata di dasar danau es
Saat matahari terbang di sayap rembulan
Menghardik diri pada pekatnya lilin
Hingga lahir sejuta gores tersayat yang tak tampak

Terucap satu tanya dari bibir merah merona
Hendakkah kopi mampu memeluk rasa
Saat majazi asmara menindis diri dalam masygul
Adakah rindu kisah yang tertuang dalam kopi
Hingga begitu tinggi nikmatnya dari rindu

Jawabku :
Dengan kopi aku teringat untaian seorang wanita
Saat itu kala senja merona memancarkan jingga
Mengucapkan sepatah kata tentang kopi
Bahwa disaat kau meneguk kopi berikut ampas dari air mataku ialah suatu kenangan yang tak mungkin dapat ku lupakan
Meskipun tangan dan goresan pena Tuhan berkata pada hati yang lain
Namun yakinlah rindu padamu akan tetap ku ramu dalam satu wadah jiwaku
Hingga kata hilang dan kadaluarsa tak pernah tertulis untuk expo rasa di hati
Untukmu juga canduku
Aku bercerita..!!

PENANTIAN TERTUNDA SANG PERINDU

Dirimu

Langkah akhir adalah ikhlas. Ketika sebuah ketulusan dipatahkan begitu saja. Dekat namun tak harus terikat,adakalanya kita mengikhlaskan sesuatu yang belum tentu kita miliki, dan mungkin memang bukan milik kita. Mengungkap rasa memang cara yang baik untuk saling mengetahui rasa masing-masing,namun disisi lain, akan ada kecanggungan dalam diri masing-masing. Afwan,ketidakjujuran tak akan kulakukan,baik ditempat ramai maupun sunyi. Tentang rasaku padamu biarlah kusematkan dalam Do’a,dan mungkin akan ku kubur dalam perasaanku padamu sedalam rasaku padamu.
Aku duduk merenungkan kembali kenangan-kenangan yang tlah lalu. Kenangan bersama seorang kawan yang menjadi pahlawan tiap aku butuh bantuan dan lainnya. Seorang kawan yang tak kusangka aku akan menaruh hati padanya.
“Zahra,kenapa melamun nak?” suara bunda mengagetkanku, “egkk,aku gak melamun kok bun” suara bunda mengagetkanku ,aku mencoba menutupi lamunanku.“lah,trus kalo ndak melamun kamu mikirin apa hayoo? Ngaku deh sama bunda..” “ ndak ada bunda,” tambahku menutupi. Pipiku akan memerah jikalau terus berada didepan bunda. “ Zahra ke kamar dulu ya bunda,ngantuk soalnya” aku melangkah pergi meninggalkan bunda yang masih dengan raut wajah bingung dengan tingkah ku tadi.
Ggggrrrrrrr… getar hp ku mengagetkanku yang sedari tadi memperhatikan lapisan halaman buku yang tersusun rapi di perpustakaan kampusku pagi ini, (ternyata sms dari temanku ukhti nita),  “Assalamu’alaikum,zah lagi dimana? Udah denger beritany nggak?” isi pesan itu membuatku bingung,berita apa maksudnya ini? Pikirku. “afwan ya ukh,berita apa maksudnya ini? Ana gatau ukh?” jawabku polos. Ukhti Nita menjelaskan dengan panjang lebar padaku,meski aku dengan capeknya membaca sms dari beliau, yang isinya tiada lain dan tiada bukan tentang Rahman,yah,dia keluar kota hari ini,meneruskan studynya diluar kota,entah dengan alasan apa ia mau melanjutkannya keluar kota,pada hal ia sudah meyakinkan diriku bahwa ia akan melanjutkan studynya disini saja denganku. Apa mungkin ia malu denganku karena pernah menyakiti hatiku? Yaah,ia pernah mengatakan padaku bahwa ia hanya menyukaiku saja,namun disisi lain ia dengan senang membonceng wanita lain yang sama sekali belum menjadi mahromnya, meskipun aku bukan mahromnya,dan kudengar kabar bahwa ia menembak wanita tersebut. Apakah ia merasa bersalah padaku? Kurasa tidak. Mungkin ia memang berubah pikiran,namun,dengan berubahnya pikirannya membuatku sakit,ia pergi tanpa ada sepatah katapun yang ia ucapkan padaku,bahkan bertemu atau mengirimkan pesan singkatnya yang keluar kota pun tidak,ia pergi tanpa alasan. “Jika seseorang dalam hidupmu pergi tanpa alasan,maka jangan biarkan ia kembali dengan penjelasan” aku tersenyum kecut mengingat kata-kata Ustadzahku dulu.
Rahman keluar kota hari ini,Sedangkan aku? Aku disini saja memilih melanjutkannya dikota kelahiranku,dan kurasa ini memang sudah takdirku untuk tidak bersamanya lagi.  Yaaah,begitulah pikirku.    Memang,sudah beberapa bulan ini aku tak berjumpa dengannya lagi,aku disibukkan dengan tugas-tugas kampusku, dia pun begitu. Walaupun kampusnya berbeda, namun sama-sama sibuk.
Berbulan-bulan aku melewati hari tanpa dia,hanya focus pada kuliahku saja,tak seperti dulu, pulang perginya jelas tiap waktu bersama dia, karena dulu kami satu sekolah. Ahhhh,sudahlah.
Hari-hariku kini aku lewati tanpa ada pesan singkat yang menyapaku dipagi hari. Tak ada pesan singkat yang mengingatkanku untuk makan, dan lain sebagainya.
Sudah 1 tahun lamanya aku menjalani hari hariku tanpanya, bahkan belum ada yang menggatikannya dihatiku meski itu hanya sebatas teman. Hmmmm.. aku tersenyum kecut saat memikirkan hal bodoh itu. Yang terpenting sekarang, aku harus memperbaiki diriku agar kelak mendapatkan yang baik pula. Karena jodoh adalah cerminan diri. Dalam renungan itu terlintas dalam pikiranku seperti ada yang berbisik dan berkata “jika ia menyakitimu, bersyukurlah. Karena Allah sedang memberitahu bahwa kau telah menjatuhkan hatimu pada orang yang salah, segera ikhlaskan, karena penggantinya telah Allah siapkan”. Ungakapan itu seakan mencambuk diriku yang tengah terlena dengan masa bodoh ku dulu. Aku berkeyakinan “untuk sekedar memisahkan Adam dan Hawa saja Allah bisa. Pun menyatukan keduanya Allah memiliki kehendak. Apalagi kita yang baru jumpa beberapa saat”. Akhir-akhir inipun aku disibukkan dengan tugas kuliahku serta kegiatan ini, itu dan sebagainya.
Hari ini,tepatnya hari jum’at . Aku mengikuti kajian Remaja Muslimah.
“pacar itu bukan siapa-siapa kita,ia hanya orang lain yang mencoba memasuki hidup kita dan menghancurkannya. Termasuk yang perempuan,banyak perempuan yang menjadi sasaran sadisnya pacaran . Betapa banyak yang kehilangan masa depan dan kehormatannya akibat sadisnya pacaran.”
  Tak lama  setelah pemateri menyelesaikan materinya, terlihatlah seorang Akhwat disampingku mengangkat tangan untuk bertanya,kelihatannya ia memang belum mengerti sama sekali dengan apa yang disampaikan oleh Pemateri. “kalo gak pacaran,gimana kita saling kenal mengenal?” Tanyanya dengan penuh polos. “loh,’kan ada ta’aruf tuh. Artinya saling mengenal. Bukan hanya kelebihannya saja,tapi juga kekurangannya” jawab Akhwat pemateri tadi.
“tapi aku gak suka, nanti dibilang gak laku” yang lain lagi menimpali. Aku langsung saja menjawab dengan spontan “ justru mereka yang pacaran yang gak laku, mengapa? Karena mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan hubungan yang tanpa ikatan dan berusaha untuk menjadi laku”. Kemudian lanjutku “akan ada waktunya kita menggelar sajadah bersama berdoa diatasnya sahut-menyahut “amin” tanpa saling bertanya didalam ikatan yang diridhoinya”
Aku tanpa sadar menjawabnya, meski sesudahnya aku menyadari bahwa sebelumnya akupun  pernah mempunyai rasa seperti yang mereka rasakan.  “tapi gimana kita dapat jodoh kalo kita gak pacaran?” tanyanya lagi. Akhwat pemateri pun menjawabnya dengan sopan dan santun “ wa khalaqnaakum azwaja,artinya, dan kami ciptakan kamu dengan berpasang-pasangan, (qs. An-naba ayat 8). Dan apakah ada syarat-syarat dapat jodoh itu harus dengan pacaran? Gak ada dalam Al-Qur’an. Laa taqrabuzzina,jangan deketin zina sis,dan jodoh itu ada dalam diri kita,karena jodoh adalah cerminan diri,paham InsyaAllah?”  “InsyaAllah paham” jawab semuanya. 
Setelah puas dengan jawaban dari pemateri dan saya, akhwat tersebut menerimanya dengan senyuman dan mengucapkan terima kasih. Setelah kegiatan selesai, kami saling bersalaman dan pulang menuju rumah masing-masing . Sepanjang perjalanan,aku merenung kembali apa yang tadi disampaikan oleh Akhwat pemateri,bahwa syarat-syarat jodoh harus dengan pacaran itu tak ada dalam Al-Qur’an dan jodoh adalah cerminan diri.. “Wahai zat membolak balikkan hati,teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu” gumamku dalam hati..
Setelah beberapa tahun saya tidak mendapat kabar dari Rahman, dan saya berpikir bahwa sudah  watkunya saya berhenti memikirkan semua tentang laki-laki. Dan saya sangat bersyukur telah mengikuti banyak kajian juga yang berkaitan dengan Wanita pada umumnya. Satu hal yang selalu aku ingat dari seorang ustadzah yang pernah aku ikuti kajiannya dulu “simpanlah apa yang kau rasa dalam diam, serahasia mungkin. Hingga debarannya hanya engkau dan Tuhanmu yang  dapat mendengar suaranya”.
2 tahun sudah aku berada didunia kampus, singkat sekali rasanya. Waktu berjalan begitu cepat bagaikan anak panah yang keluar dari busurnya. Sebentar lagi aku akan melakukan KKP/KKN seperti senior-seniorku yang lain. Akan sibuk mengurus Skripsi dan lainnya.
Tak terasa  aku telah melewati banyak waktu dan kenangan indah di dalam bangku kuliah ku, dan ternyata sebentar lagi aku akan menyelesaikan pendidikanku.
Hufffftt… Aku menghela nafas panjang,sebentar lagi aku Wisuda,sementara kegiatan-kegiatan yang membuatku sibuk akhirnya terselesaikan dengan mudah oleh bantuan-Nya.. 1 minggu berlalu ,aku Wisuda dengan IP yang Alhamdulillah, memuaskan,berkat dorongan dari Ayah dan Bunda. Selesai Wisuda aku memutuskan untuk menjadi guru disebuah Madrasah yang tak jauh dari kampungku sendiri. Jadi,pulang dan perginy gampang. Gak harus ngerepotin ayah yang ngantar.(gak apa-apa curhat dikit).
“besok ada yang ingin menemui mu nak,bersama keluarganya..” “siapa bunda?” aku memotong pembicaraan bunda, “sepertinya bunda tak usah memberitahumu lebih dulu,”.aku hanya terdiam tanpa mengomentari perkataan bunda.
Adzan isya pun berkumandang,dengan segera aku mengambil air wudhu’ dan melaksanakan sholat isya,, selesai sholat isya,aku meraih Mushaf kecil warna biruku,mushaf dari Rahman dulu,aku masing menyimpan sampai sekarang,bahkan kemanapun aku membawanya, hhh? Baru ingat tuh anak. “Gimana kabarny dia?” pikirku .. sudah. Aku tiak memperdulikannya,aku langsung membuka surah Thaha..
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Thaha... Maa anzalnaa ‘alaikal qur’aana litasyqa… Illaa tadzkiratan liman yakhsya…
Thaha…
Satu persatu persatu kucoba pahami…
Thaha…
Tak memiliki arti dalam terjemahan Al-Qur’an.
Itu merupakan rumusan Rahasia Allah,rumusan yang tersimpan rapi dimega silver (Lauh Mahfudz) hanya Allah yang tahu. Sama seperti kehidupan kita,hanya Allah yang tahu apa makna dibalik semua itu .. Entah siapa yang akan menemuiku besok.
Aku tak bisa berkata apa pun, mataku berkaca, ada kesedihan dimata hatiku. Siapa yang ingin bertemu denganku besok? Aku hanya bisa berdoa “semoga Allah mempertemukanku dengan seseorang yang saat memandangnya saja, jiwa ini merasa tenang karena Allah sepenuhnya berada dalam hatinya”.
Pagi hari jum’at, tepatnya Jam 9 pagi, aku sudah bersiap-siap untuk menyambut tamu ku pagi ini.
Tok tok.. Suara  ketukan pintu membuyarkan lamunanku yang sedang berkaca,apa mungkin itu adalah tamu ku?  Aku segera melangkah membukakan pintu depan.
 “Assalamu’alaikum”  aku mengangkat kepalaku yang sedari tadi tertunduk, dan betapa kagetnya aku ternyata Rahman,ia tepat berada didepanku sekarang. Entah aku merasa bahagia atau bingung, dan sedikit bertanya, apa tujuannya kesini ?? entahlah.. aku mempersilahkan dia masuk. Bunda langsung saja keluar dengan teh hangat, rupanya ibu memang sengaja mempersiapkan semuanya, aku hanya diam membisu,hanya bisa berkata dalam diam. “kamu bagaimana kabarnya?”  Rahman memulai percakapan, aku hanya terdiam dan tertunduk antara bingung dan malu, dalam hati aku selalu mempertanyakannya, apakah ini nyata atau hanya sebatas mimpi?? Orang yang sudah lama aku kubur kenangannya kembali hadir dan sekarang sedang berada di depanku bahkan dirumahku. “kok kamu diam??” Rahman menyambung pembicaraanya. “eeeeeehhhh…. Mmmm ndk apa-apa kok..!!” “kamu sakit??” lanjutnya.. “aku ndk apa-apa kok Man, kenapa memang?? Jawabku,  “kamu kelihatan lagi ndak enak badan, kamu lagi ndak kenapa-kenapa kan?? Lanjutnya, “ndak apa-apa kok beneran deh..!!!” jawabku lagi. “ aku minta maaf dulu telah meninggalkanmu tanpa memberikan sepatah katapun, karena aku sangat malu dan takut sehingga aku tak mudah mengungkapkannya, khawatir kamu terluka dan melukai sebelum waktunya” tanpa aku bertanya tentang hal itu dia tiba-tiba mengatakannya. Aku berpikir “mungkin dia merasa bersalah dulunya, tapi biarkanlah aku sekarang tidak membutuhkan penjelasan itu”, “ndak apa-apa kok man tidak usah dibahas lagi aku juga udah ndak mikirin itu lagi kok” jawabku dengan tenang, sehingga terlihat dari wajahnya rasa tenang.  “apalah yang sanggup aku pendam lagi selain rindu, jika pada akhirnya sang pemilik semesta memberiku kesempatan untuk bersujud dan mengadu” betapa kagetnya aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulutnya. Hal itu membuat ku semakin bingung dan bertanya-tanya akan kedatangannya hari ini.
Ternyata tanpa kami sadar, kami telah mengobrol cukup lama sampai teh yang di siapkan oleh bunda telah dingin. “silahkan diminum tehnya Man..” Ucapku.
Entah bahagia atau apa yang aku rasakan sekarang, kenangan bersamanya yang sudah lama aku kubur kini hadir kembali. Ia tepat berada di dekatku sekarang.
“zah… kamu udah dikasih tau bunda belum tentang tujuan kedatanganku kesini?” ucapnya, “mmm.. belum,ada apa memang?” jawabku polos. “sebenarnya.. tujuanku kesini ingin mengajakmu kesurga bersamaku..!!!”…. entah apa maksud dari ucapanya, aku sedikit tak paham dengan ucapanya itu. “Maksud kamu apa Man?, aku ndak ngerti dengan maksudmu itu..!!”  Dengan sedikit rasa malu saya bertanya balik kepadanya. “Aku sebenarnya masih malu untuk mengatakan hal itu.. A..a.. aku mau mengkhitbah mu…” dengan sedikit kaku dia mengungkapnya.
Aku terdiam seribu bahasa mendengar ucapannya, dan hatiku mulai berkata “apakah ini nyata?? Ataukah aku tengah berkhayal ditengah penantian dan perinduanku?? aku sangat bahagia bahkan merasa menjadi orang paling bahagia di dunia ini, rasa yang selama ini telah lama aku nantikan, akhirnya tersampaikan juga..!!” aku tersenyum simpul dibuatnya.
“… itupun jikalau kamu bersedia menerimaku seperti dulu lagi..!!!” ujarnya lagi.  “kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah kesegala hal” ujarku. “maksud mu?? Apakah kamu ingin mengatakan tidak terima, atau kamu telah memiliki seseorang yang sudah kamu nantikan??” desaknya, “Bukan itu maksudku, aku hanya takut melanggar Cinta-Nya yang telah aku jaga selama ini. Aku tidak ingin merusak itu dengan rasa yang nantinya hanya akan membuatku menyesal”
Tiba-tiba Bunda datang menghampiri kami, dan duduk merangkulku yang sedari tadi  menguping pembicaraan kami, “ Nak Rahman, Zah itu bukan ndak terima, cuman dia masih malu-malu, maklumlah masih muda, bawaannya suka mengelak.. Hehe..” tuturnya. “Bunda kok gitu??” dengan tersipu malu aku berusaha mengelak dari ucapan Bunda. “Baik tante, insya Allah besok aku akan datang lagi bersama kedua orang tuaku, untuk membuktikan keseriusan dari ucapanku tadi.” Ujarnya kembali.
Hari itu aku merasa terbang dalam anganku, aku ingin menjelajahi dunia saat ini, dan mengabarkan kepada alam bahwa penantian panjangku akhirnya tersampaikan. Malam menjadi saksi akan rindu yang selama ini aku nantikan, hati  ini sebagai bukti akan penantian yang aku impikan. Itulah rasa yang bisa aku ungkapkan saat ini, dengan hati yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan, saat ini yang bisa aku lakukan hanyalah bersyukur kepada-Nya atas apa yang telah dikaruniakan kepadaku,  penantian ku yang tertunda kini telah tersampaikan dengan dia yang dijanjikan.
Aku mengenal mu lewat doa, bukan lewat ucapan.
Aku menulis namamu lewat hati, bukan lewat ikatan
Wahai engkau yang selalu terlindungi, ucapanmu terjaga pasti dan kewajibanmu terpenuhi. Aku tak berharap banyak untuk dipertemukan denganmu.
Cukuplah kau yang mencintai Allah, sebelum nantinya kau mencintaiku. Cukuplah kau yang mampu membimbingku, dan cukuplah bagiku dipertemukan dengan seorang yang selalu menyelipkan namaku didalam doa.
Semua rasa yang telah lama terpendam, semua mimpi yang pernah terbayang penantian panjang yang pernah terukir, kini kita akhiri bersama.
Kini aku menemukanmu, seorang yang telah ditakdirkan untukku.

Ya Tuhanku…
Teguhkanlah kekuatanku dengan adanya dia. Dan jadikanlah dia teman dalam urusanku. Agar kami banyak bertasbih kepada-Mu,dan banyak mengingat-Mu. Sesungguhnya Engkau maha melihat keadaan kami..
(Qs. Thaha ayat; 31-35)

Penulis : sofyan