![]() |
Foto : Ilustrasi puisi |
Langkah tergontai menahan kaki di bumi
Hentak tersentak lututmu goyahHendak apa yang masih kau sembunyikan
Hingga aksa tercerai saat imaji ingin terangkai
Rembulan sephiakan wajah langit
Gemintang bercayaha di antara warna buram
Hendakkah gunung tertunduk pada satu purnama
Pastilah rindu bukan lagi tentang penantian
Aspal licin kini menjadi kubangan
Banjir bandang lalu membiarkan itu terjadi
Bersama cerai luka yang tersemai dalam hubung
Kini pecah menjadi mimpi yang sangat mengerikan
Lukaku lukamu luka kita kawan
Namun masih jua kau pendam dalam sendiri
Hingga kerut nampak di sekujur muka
Enyahkan aura jiwa suci perjuanganmu
Kau masih sama kawan
Dalam mataku ada biru yang ku semai untuk depanmu
Namun kau pergi memilih jalan sunyi
Entah luka apa yang kau tawar pada nasibmu
Kau masih muda kawan
Belum cukup umurmu untuk mengkerut
Membelai wajah kusut atas hinaan nasib
Kau masih tetap sama dalam paruh waktu
Tersemai doa dalam ujung malam
Iyakan sakit yang sedang kau pendam
Semoga lekas semoga lepas
Agar beban masa silam hilang dalam dekapan kenangan
Luka apa yang pendam kawan?
Masihkah kau rawat itu
Hingga langit masih merana
Meratapi sedihmu dalam bingkai nostalgia
Kau sakit kawan
Bangunlah
Bangkitlah
Meski tak tau dimana kau bersembunyi
Pulanglah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk