SAJAK SEDERHANA
kaki ku tegapkan untuk berpijak
melewati selat garam buas dan ganas
namun sedikit pun tak kurasakan bimbang dalam perjalananku
dikau hadir dengan tangan mulus dan senyuman yang mempesona menawarkan segelintir harap-harap cemas
sebab masa silam telah membekaskan luka yang menyayat di kholbu hingga dalam rindu yang terselubung dalam dekap cinta kau menggores kata keji dan mendakwah bengis pada setiap sayu mata lelaki liar yang kini menjadi belenggu tatapan hidupmu.
masih ku ingat kalimat hasutan pikiran kejimu hingga memandang semua lelaki itu liar, hingga kau terpuruk antara jarak dan waktu.
"setiap mata wanita ialah sihir yang mampu menyulap domba menjadi serigala pada naluri yang bahkan berlabel suci" bisik lirihku saat kau puji sekaligus memapah hatiku untuk beranjak dari kefanaan hidup.
kuturuti semua inginmu tanpa membenarkan rasa yang sama terselubung dalam diri kita.
Terbangun di pagi kujumpai sekuntum bunga yang mekar di tumpukan sampah, kau tanggalkan kisah dalam benak yang mengiyakan dia adalah pendusta terpuji di tengah hiruk pikuknya ibukota.
lalu ia berkhotbat tentang keyakinan yang ia yakini, mengajakku berdansa riang dengan pelukan kenistaan yang ia genggam.
Tak sempat ku bersetubuh dalam debat yang tak memberiku isyarat dalam kemenangan aku beranjak pergi dan menghilang
kutinggalkan kau tanpa tanda
sementara kau disana terjerumus dalam hikayat cinta yang sebelumnya menjadi racun bagi dirimu bahkan hidupmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk