IRIAN BARAT YANG INGIN HILANG

Foto : penulis
Lok : tanah merah jakarta
Aku Kini berdiri di padang gersang
Dengan dua identitas yang tak teridentifikasi
Di kepalaku berwajah manusia
Dihatiku lebam oleh kera

Kera sakti telah kera-sukan
Bibit-bibit benci dari liur yang tak terjamah oleh adab
Menghukum nurani nun jauh lebih perih
Tertembak mati lebih mulia dari pada hidup di semak belukar nusantara

Lihatlah Tiang yang telah patah
Terbayar dengan konflik yang amat tegang
Sang saka tetap berkibar
Ban bakar telah menghiasi aspal
Masing-masing kita punya dendam

Pesan terpampang
NKRI harga mati
Perlahan semua semu mati
Kobar mengobar dendam bersama api
Api cinta bersama dendam
Lama telah di bungkam hati
Tersulut propa penopang

Dimana kini mereka bersandar
Satu sisi monyet mengandai
Satu sisi kera menyerang
Kita sama-sama tak kasat mata
Melihat sesuatu dalam gelap
Siapa di balik tragedi ini
Tragedi memilukan negeri
Satu kata pemecah kesatuan
Kini menjadi api yang menelan korban
Bahagia sang propagandis
Indonesia di telan duka
Nestapa dalam tanda kutip
Bahwasannya Irian barat kini akan kembali tenggelam
Bersabar wahai bung Karno
Perjuanganmu kembali di duduki
Mungkinkah ini akan kembali
Entahlah
Gie
31 Agustus 2019
Kos vivian

NAFSU BINAL

Foto : ilustrasi puisi
Dengan nafsu kebinatangan
Melepas binal dalam tersengal-sengal
Memotret wajah dalam bingkai sunyi
Hinggalah hinggap sang penabur benih

Ular kobra tak beracun menjumpai laut
Kekeringan seribu tahun telah terbasahi
Dengan satu desakan dari air suling
Kenikmatan menggoda untuk kembali berdendang

Liarku liar
Liarmu biar
Liarku Siar
Liarmu bandar

Kita menimati?

Kekosongan
Terisi benih tanpa surat
dalam kantong plastik bergambar pasutri
Bualan nafsu membisik bising
Keperawanan tanpa terjaga
Adalah hak seutuhnya wanita

Dalil?
Bukan..!!!!!!!!!!!!!!!

Ini adalah cerita dimana semua manusia rela memperkosa dan memperkaya diri dengan dalil cinta
Mereka membuang semua aturan Demi terlaksananya percikan darah dan air suci dalam Tonggak tak bersurat.
26 Agustus 2019
Gie


Sajak Air Mata Dari Timur

Foto : Demo di Mananokwari
Mama wamena menangis dalam pangkuan ibu pertiwi
Meratapi perawan yang telah lama terenggut
Di kapitalisasi setiap borjuasi
Telanjang Bulat kini tanpa busana
Pun usus-usus telah di sulap menjadi emas dan mesiu

Mereka berkata dalam dekapan ruh para leluhur
Mengapa kau bungkam kami dengan hitam pekat
Sementara bubuk hitam adalah berguna bagi Rudal dan Renjana

Hitam Kulit
Hitam Mesiu
Hitam pula nasib

Perut mama wamena di gerogoti
Demi operasi plastik wajah metropolitan
Emas disini terpendam dalam rahim bumi
Emas disana menjulang menjumpai langit

Emas kami
Emas Papua
Emas NKRI
Emas Indonesia

Tapi mengapa kami hanya di pandang sebagai kaum terhemapas?
Kaum pinggiran yang hanya untuk kalian tindas
Sementara selajutnya kalian hegemoni dengan alibi konjungsi
Ekonomi negeri naik tapi tidak untuk kesejahteraan kami

Nawaitu nawa cita
Cita-cita kami kesetaraan
Kesetaraan kami undang-undang 1999
Pribumi hilangkan demi satu kesatuan
Itu yang Tuan-tuan tawarkan pada kami

Bukankah begitu seharusnya
Kita hidup dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika
Bukan bahasa Monyet dan Kera
Yang membuat kita terpecah karena luka

Lihatlah kami Tuan
Lihatlah alam kami
Lihatlah jiwa kami
Derita dalam Dekapan sukma
Mendidih darah dalam jiwa
Ingin pisah namun cinta akan Bhineka
Memilih bersatu adalah keutuhan Ras dan Etnis Indonesia

Apakah kalian buta?
Apakah kalian tuli?
Lihatlah sajak dari Timur
OPM hadir karena anak tiri masih di pelihara dalam rahim kandung ibu pertiwi

Percayalah
Tidak semua kami adalah mereka
Tidak semua mereka adalah kami
Tapi kami adalah satu dari seribu yang melengkapi angka demi untuhnya NKRI

Tentang Industri Tembakau

Foto : Penulis
Industri tembaku lebih khusus(indudtri rokok kretek) merupakan industrial pertama.usianya lebih Dari 100 tahun,setara dengan usia kegiatan eksploitasi migas ditanah air.
Asalmulanya dari daerah kudus,jawa tengah dan kemudian menyebar di daerah,dipulau jawa.

Industri rokok dan tembakau merupakan industri nasional yang masih kuat ditengah kecenderungan deindustrialisasi yang terjadi diIndonesia.
Keberadaan industri rokok telah memberikan sumbangan besar terhadap pertumbuhan,penyerapan,dan tenaga kerja maupun pendapatan negara.

Jika di amati,industri rokok merupakan. Satu_satunya industri nasional yg terintegrasi dari hulu sampai ke hilir.karakter industri rokok lebih unggul dibandingkan dengan industri nasional lainnya yang masih tersisa seperti industri besi,baja dan industri pangan.
Mulai dari penyediaan input produksi ,pengolahan,hingga proses perindustrian,semuanya dipekerjakan didalam negri oleh pelaku_pelaku usaha nasional dengan melibatkan tenaga kerja yang sangat besar jumlahnya.
Berbeda jauh dengan industri mie instan yang input gandumnya dipasok dari impor.Demikian pula industri besi baja yang komponen imputnya yang berasal dari sumber impor.sedangkan industri rokok meskipun ada komponen impor dalam industrinya namun dengan jumlah yang sangat minimal.

Jadi industri ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.mulai yang langsung bekerja dalam sektor penyediaan input(pertanian tembakau),sektor pengolahan nya(pabrik rokok) selain itu rantai industrinya yang sangat lengkap menyediakan kesempatan kerja secara tidak langsung bagi masyarakat seperti pedagang kaki lima,warung warung kelontong dan sebagainya.
Data internasional labour organization(ILO) menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam industri rokok di indonesia mencapai angka 10 juta orang .jumlah tersebut sangatlah besar karena mencapai 30 persen dari jumlah tenaga kerja sektor formal di indonesia,atau 10 persen dari jumlah tenaga kerja secara keseluruhan .

Industri ini juga memberikan sumbangan sangat besar terhadap pendapatan negara dari pembayaran cukai.
Jumlah penerimaan negara dari industri rokok tersebut jauh lbh tinggi dibanding pendapatan negara yang diperoleh dari eksploitasi sumber daya alam tambang yang menjadi andalan investigasi di indonesia.
Secara keseluruhan penerimaan negara dari tambang Rp:13,77 triliun rupiah padahal investigasi disektor tambang telah melahap lahan dalam jumlah yang besar.

Walau begitu pertanian tembakau dan industri rokok nasional menghadapi tantangan yang besar.salah satu penyebab utamanya adalah ditandatangani berbagai perjanjian perdagangan bebas oleh pemerintah yang menyebabkan arus impor temabakau dan rokok dari luar negeri meningkat.diantaranya perjanjian perjanjian  perdagangan bebas ASEA_China free trade agreemen(CAFTA) dan ASEAN_India .

Sementara pada sisi lain kegiatan industri rokok dan tembakau mendapat tekanan dari rezim internasional melalui framework convention on tabacco control.perjanjian ini disepakati dibawah organisasi kesehatan dunia (WHO) dan dipaksakan menjadi aturan hukum nasional di indonesia melalui ratifikasi dan adopsi kedalam UU sektoral. Dalam hal UU dibidang kesehatan.
FCTC adalah perjanjian internasional yang dimaksudkan untuk membatasi produksi, distribusi dan penjualan tembakau didunia dengan alasan kesehatan.

Salah satu target penting dari kampanye anti rokok internasional adalah melakukan penjualan produk pengganti nikotin. Secara massal. Kegiatan tersebut didukung oleh bank dunia(WB)dan telah dimasukkan kedalam satu program pembangunan millennium development goals.

Didalam negeri kegiatan untuk masyarakat FCTC melibatkan berbagai orgnsasi sosial(NGO/LSM),organisasi kesehatan,organisasi kedokteran bahkan orgnisasi keagamaan.seluruh organisasi tersebut dibiayai langsung oleh rezim kesehatan internasional. Yang menyalurkan dananya lewat blomberg.
Sebagai bentuk dukungannya. Muhhamadiah sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar yang memicu silang pendapat itu telah mengeluarkan fatwa haram merokok.fatwa yang memicu silang pendapat terutama dari ormas ormas keagamaan islam lainnya.
Berimbas juga pada para pengambil kebijakan.dengan menggunakan sistem desentralisasi atau otonmi daerah yang berlaku di indonesia.rezim kesehatan internasional itu membiayai lahirnya berbagai peraturan daerah(PERDA) yg subtansi aturannya jelas jelas  bersumber dari pasar pasar yang termaktub dalam FCTC.hasilnya cukup fenomenal puluhan daerah di indonesia telah secara resmi mengeluarkan perdana anti rokok tanpa harus mengacu pada aturan hukum nasional yang tingkatnya lebih tinggi.
Pada tahun 2011 pemerintah dan DPR merancang UU tentang pembatasan rokok untuk kesehatan.bila membaca seluruh draf rancangannya maka dapat disimpulkan bahwa RUU ini mengadopsi sepenuhnya pasal pasal dalam FCTC oleh pemerintah dan DPR RUU ini dirancang rampung dan dapat disahkan dalam tahun 2011.

Meluasnya kampanye anti rokok dan kenaikan harga cukai rokok yang berlangsung di indonesia dengan meningkatkan agresifitas perusahaan perusahaan multinasional dalam mengambil alih pasar nasional baik dari perusahaan kecil dan menengah maupun dari perusahaan besar.
Perusahaan rokok besar nasional seperti sampoerna telah diambil alih oleh philip morris internasional pada tahun 2005 dan sebelumnya british America tobacci telah mengambil alih saham pabrik  rokok benteol pada tahun 2009
Sementara disisi lain regulasi dan kampanye anti rokok sangatlah menguntungkan perusahaan multinasional baik yang bergerak dalam industri rokok dan tembakau maupun yang bergerak dalam industri farmasi yang terus berupaya memasarkan produk pengganti tembakau.

Persaingan dalam industri tembakau dan turunanya telah melibatkan aktor aktor dan kepentingan yang kompleks.disisi lain industri rokok telah menyediakan keuntungan ekonomi dan penyerapan lapangan kerja sangat besar.namun disisi lain gerakan anti rokok yang berpusat dinegara negara maju terus berupaya mempengaruhi pemerintah dan lembaga internasional untuk melakukan regulasi yang kuat baik dalam produksi maupun dalam konsumsi.
Dalam konteks ini pemrintah dan rakyat indonesia hendaknya mengambil posisi yang lebih arif.masalah tembakau dan rokok tidak bisa direduksi semata mata sebagai persoalan kesehatan.tapi juga dikembalikan keberadaannya sebagai persoalan sosial ekonomi yang melibatkan nasib jutaan pekerja dan petani tembakau diseluruh Indonesia.karna industri ini yang terintegrasi sepenuhnya yang dikelola dengan bahan mentah dengan tenaga kerja yang benar benar berasal dari bumi Indonesia.
Ditengah wajah industri nasional yang makin terpuruk oleh globalisai dan perdagangan bebas.tindakan untuk turut serta mematikan industri tembakau dan rokok apalagi dengan motif mendapatkan dana internasional adalah tindakan yang sama sekali tidak mencerminkan sikap nasionalisme sebagai bangsa Indonesia.
Perlindungan dan pembelaan terhadap petani,pekerja dan usahawan tembakau dan rokok adalah bagian dari amanat konstitusi dalam hal misi kemerdekaan untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang dapat melindungi bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia.

Saya membaca tentang lelaki dan peduli terhadapnya sehingga mengadopsi buku2 yang berkaitan dengannya secara yuniversal sehingga ikut menegakkan hak haknya dan Melihat kepentingannya dan memasukkannya pada perjuangannya.termaksud menganalisa keberadaan yang berkaitan dengan kebutuhan nya.sehingga pembahasan industri tembakau dan rokok.

Tapi apakah laki laki akan mengalisis keberadaan perempuan hingga ia bisa menjadikan perempuan sebagai insan yang mulia.

Penulis : Karmila

Dekapan Aksara

Foto : ilustrasi puisi
Rasa yang bergema dalam dada
Merintih tak bersuara
Berbisik tanpa kata
Mengharap tanpa pamrih
Padamu yang ku jabat waktu lalu
Di ujung senja kenangan

Kumbang-kumbang memberi warna sebelum putik sang bunga di buahi
Di buali dengan sakti
Memaksa perih hadir di jiwa
Menyakitkan

Mendekap dalam dekapan aksara
Diamku memaksa imaji
Terbang bersama reruntuhan harap yang masih sempat tersemai
Atas doa dalam rindu yang kini ku rajut
Meski hadirmu hanyalah bualan fatamorgana

Mendekaplah dalam dekapan aksara
Diamku memaksa imaji
Terbang bersama reruntuhan harap yang masih sempat tersemai
Atas doa dalam rindu yang kini ku rajut
Meski hadirmu hanyalah bualan fatamorgana

Menghardik yakin akan diri
Menemui cakrawala tanpa ujung
Memujamu meski bak penjarakan diri
Resiko mencitai selalu membuai kata iming
Dalam diam aku mengandai

Ratapan Kematian

Foto : makam
Kematian adalah bencana
Kiamat bagi para jiwa
Memberikan duka bagi para kolega
Meraih abadi di dalam syurga
Semoga kita adalah orang nya

Merintih sakit siksa
Dunia gelap akan dosa
Yang mendarah tak nyata
Dalam hati selalu dirasa

Pada siapa harus meratap
Dinding sudah tertatap
Kain kafan sudah terbungkus tetap
Tanah dan papan sudah menjadi atap

Ditempat yang lembab
Dingin diselimut gelap
Diri diselimut azab
Karna amal tak merangkap

Dalam suasana pengap
Tubuh yang terengah
Mohon ampun atas khilap
Namun telat sudah menjadi telah

Berlumuran keburukan
Didunia menyalahkan
Kini tinggal kekhawatiran
Dilupa amal kebajikan
Meratap adalah jalan
Terakhir adalah penyiksaan

Guratan Aksara Mati

Foto : ilustrasi puisi

Aku yang begitu lama menanti suara surga
Mendamba pengharapan sampai pada tujuan
Namun hanya aku
Kau
Tidak juga

Waktu menelanjangi segala keyakinan
Jiwa kini hendak ditidurkan dalam pembaringanan abadi
Kau
Tidak juga memahami

Jika tidak pada syahdu lafaz indah mu
Adakah guratan aksara mati yang hendak kau sampaikan pada buta ku
Dalam aksara-aksara hampa yang tengah ku nikmati

Agar aku paham dan setidaknya melihat
Di mana?
Ada suara surga yang tak sanggup di ucap bibir manis mu

Aku terbiar berdiri sendiri pada jalan berkabut bayang mu
Aku terbiar untuk memahami bahwa aksara ku hanya harapan hampa
Torehan rasa dan tintaku hanya untaian aksara basi
Buta.
Bahkan mati
Aku tetap ada juga tiada

Sebut Saja Para Pemburu (Berpetualang)

Foto : Para petualang sedang menuju Pulau Ular
Taken by : Bryan
Aku terluka
Aku Bermain rima
Aku bermain kata
Kau bermain rasa
Ucapku dalam kalimat tanda tanya
Pikirmu..!!!!!!

Aku disini bermain-main
Tanpa kau tau bahwa dalam setiap permainan terselip rindu yang bukan main-main
Karena rasa tak sebercanda itu
Karena rasa adalah hati yang berilusi 'tuk meraih
Karena rasa adalah kenikmatan setiap jiwa penikmat

Sebut saja kopi
Sebut saja candu
sebut saja puisi
Sebut saja para pemburu

Berpetualang...

Mereka adalah penikmat dalam meraih
Meski harap belum mampu menjabat dalam nyata
Karena yang tertuang dalam cangkir adalah pekat
Karena yang terlihat adalah gemetar tanpa aditif
Karena yang terbaca adalah syair bualan
Karena yang terhampar ialah hutan belantara

Namun jauh di dalamnya
Sang penyair menulis dengan hati
Bukan dengan tinta apalagi pikiran
Sang kelana mengukir dengan cita bukan dengan persepsi

Buntu
Ya kebuntuan
Tanpa mengenal waktu
Tanpa melihat paruh
Dalam diam yang tak mengenal kasih biru
Sang celoteh berbicara layaknya orator ulung

Seharusnya kau tau
Kau bisa membaca dari kesamaran
Bahwa ada hasrat yang terpendam disini
Bersama dengan perlakuanmu yang sengaja menitipkan rindu pada kesemuan
Karena hadirmu adalah mimpi yang tak pernah bisa ku untaikan lewat apa-apa
Sehingga bisa menatap rautmu dalam nyata

Sulit di lukis dan dirasa
Sketsa Rindu kian menggebu
Mencabik nestapa berkali-kali
Sakit ini coba teredam dengan rendaman asa

Ya....
Memang
Tidak semua kenyataan senikmat pemandangan
Tidak semua Indra perasa sesuai kenyataan
Karena semua yang kita lihat belum tentu benar.
Maka dalam samar imaji menatap skenari tak terlihat
Dalam buaian rasa yang mungkin sengaja mengkhianati.
_Ginanjar Gie_
22 Agustus 2019
^Kopi_kenangan

TERANGILAH HIDUPMU DENGAN AL-QUR'AN

Foto : ilustrasi puisi
Alunan lagu bersenandung di sebuah rumah
Hingga bulu setiap telinga yang mendengar berdiri bersama tertil yang sempurna
Fatimah binti khatab sedang terpada bersama sa'ad bin zaid di dalam kamar
Lalu Umar datang bersama kebengisan pedangnya
Hendak membunuh sang adik yang telah mengkhianati kaumnya sendiri
Namun potongan kalimat suci yang selaly di jaga oleh langit tak menghendaki umar untuk membunuh fatimah bersama adik iparnya
Umar bahkan berikrar salawat ketika mendengar alunan potongan ayat suci yang di bacakan oleh fatimah

Adik-adik ku
Ayat pertama telah memerintahkan sang baginda Syaidina Muhammad untuk membaca
Al-alaq adalah jalan untuk pengetahuan adik-adikku
Maka bacalah atas nama Tuhanmu

Bacalah
Ayat-ayat Alquran itu terasa indah menggetarkan hati

Saat kau latunkan dengan nada Tartil
Dengan Makhroj hurufmu yang Begitu fasih
Juga Hafalanmu yang begitu mengesankan hati

Duhai Adikku
Pelajarilah AlQuran Karena Allah
Mencintainya juga karena Allah
Dan Hafalkan juga untuk Allah

Sebab, Kenapa?
Karena DIA yang mengizinkanmu mampu menghafal

Aduhai Adikku…..
AlQuran itu tinggi derajatnya
Dekatilah dan berteman dengannya
Jangan pernah berteman asal-asal saja
Sebab Dia takkan rela menggiringmu keNeraka

Aduhai Adikku…….
Hiasilah Dunia ini dengan Syair-syair indah Allah
Terangilah Dunia ini dengan cahaya Al-Qur'an
Lengkapilah ilmu pengetahuamu dalam memahami isi Al-Qur'an
Ginanjar Gie
09 Desember 2018
#Nb
Puisi ini pernah di bacakan saat pengkajian dan acara pengajian yang di adakan oleh masyarakat Bolo.
pada saat itu, seorang ustadzah dari Jakarta yang mengisi materi dan kajiannya.

Menghukum Masa Depan Karena Luka Masa Lalu

Foto : ilustrasi tulisan
Seseorang yang membuat aku sadar bahwa cinta seharusnya tak perlu di salahkan dalam segala hubungan namun hasrat yang meng-ingin-kanlah yang seharusnya kita singkirkan agar tidak datang rasa kecewa yang teramat dalam mencekik aliran darah hingga diri lupa akan keberadaan diri untuk melanjutkan hidup dengan sepi.

Pergulatan diri dalam memaknai sunyi selama ini telah tercoret dan terhapus oleh lekukan senyuman wanita yang mempesona, seakan memberi isyarat untuk menyumbui namun jauh di dasar jiwa wanita yang di kagumi telah tergoles luka legam yang membuatnya hancur lebur dalam memaknai arti kehadiran sesosok hati yang ingin memberi kasih sayang yang untuk menyemai luka dari masa lalu.

"Kata-kata dan do'amu adalah kebencianku" sebuah kalimat yang mewakili intrik sunyi dalam hati kita, yang kemudian menjadi sandaran untuk tetap bertahan pada kesepian. Kata-kata tersebut adalah ungkapan yang mewakili rasa sakit karena kisah masa lalu yang sakit.

Mungkin sebuah riwayat dan adegiu yang selalu di ucapkan di tiap-tiap mimbar dakwah dan yang di kutip oleh para motivator  bahwa " Yang paling mengecewakan ialah berharap pada manusia". Ada kalanya aku harus percaya dan mengimani ini meski motivator-motivator itu adalah pembual besar bagiku karena memberi motivasi dengan syarat membayar dengan mahal agar dapat mendengarkan kata-kata yang sudah tak asing kita dengar tapi anehnya kita tetap menikmatinya. Ya mungkin kata-kata yang sudah sering kita dengar dan kita tetap menikmatinya ini sama seperti yang 'ku rasakan saat ini.

Rasa sakit yang tersayat dalam-dalam yang di bungkus dengan senyuman. Berusaha tak terlihat oleh siapapun sebab ini adalah rasa sakit yang menjadi aib diri kare tak mampu move on dari rasa sakit dan kenangan yang telah di beri oleh seorang yang kejam meninggalkan tanpa rasa.

"Orang-orang kesepian sengaja bersikap dan bertingkah aneh agar kesepian yang ia rasakan tidak pernah di rasakan oleh orang lain." itulah gambaran yang bisa ku katakan untuk kehidupanku saat ini, yang mungkin kau juga merasakan akan hal demikian dengan penjelasanmu di tiap kata-kata yang kau ucapkan saat menuturkan kekecewaanmu atas luka itu.

Kita memang sama-sama terhanyut dalam kekecewaan yang begitu dalam ketika panca indra tak mampu menghalau dan menyingkirkan apa yang telah di dengar dan dilihatnya untuk tidak di sampaikan pada otak agar tidak memberi tahukan pada hati bahwa yang di kagumi dan yang di cintai adalah ketiadan kata-kata tanpa bualan.

Sejuta kiasan yang terlontar dengan tafsiran penolakan yang 'ku maknakan bermain dalam pikiran yang hendak ingin membungkam lalu membuangnya kelautan, namun bisikan lembut dari bibir merah tanpa pewarna itu selalu bergeming dan bergema selaksa sang ifrit membisikan angin surga keabadin dalam rongga siti hawa hingga mengharuskan keduanya terbengkalai dalam memendam rindu karena terpisahkan jarak antara marsyik dan magrib.

Ya......
Seharusnya sedari dulu aku sadar bahwa ada nilai yang harus di bayar dengan harga ketika memberi harapan besar pada hati untuk meminjam hati untuk bersandar demi hasrat yang ingin menyatukan antara hati ini dengan keindahan luka yang telah lama kau rawat dalam dendam kesumat yang kau bungkus dengan hijrah ataupun yang kau umpan dengan nama cita-cita.

Aku seharus nya tak memupuk rasa ini hingga tumbuh terjang di atas tanah tandus dan kering tanpa humus-humus rasa yang termetamorfosis dari bangkai-bangkai rindu yang telah kau sekap dalam-dalam pada dinding ilalang yang menghalau antara kebenaran cinta dan kebenaran luka yang kau rawat dengan indah sebagai hasil dari kepercayaan yang telah di khianati.

Kau pernah berkata padaku bukan?
"Cinta tak seharusnya hadir disini, menghardik batin yang ingin membangun hubungan tanpa keselarasan rasa."

Lalu aku menjawab dengan lirih "Luka apa yang telah kau telan hingga aku kau jadikan sebagai tumbal atas tirani hati yang telah me-majazikan diri dalam ingatan sakit?"

"Aku sebenarnya tak mengutuk maut pun jua takdir namun aku hanya mengutuk waktu yang telah salah menulis skenario takdir untukku"

"Bukankan segala masa lalu adalah guru yang baik untuk bersikap bijak jika kita mau merununginya?"

Kau tak bersuara. saat itu kau bungkam, kau diam dalam kata-katamu. Kau memilih menyembunyikan semuanya lalu pergi tanpa pamit dengan derai air mata yang entah apa akan di tafsirkan dengan buliran mutiara yang telah membasahi indahnya lesung pipimu.

***
Waktu terus berlalu, Sang surya telah berkali-kali mengatupkan matanya lalu datang menawarkan sejuta lembaran baru di setiap pagi demi mengusir embun pagi di atas rerumputan pagi dan juga mengusir bulir mutiara yang meniti ke dalam hati saat rintihan seorang lelaki rapuh yang tengah menanti cinta terjabat oleh tangan yang penuh dengan kesumat dendam karena luka.

Sampai pada suatu ketika di saat jingga menghiasi pelataran langit barat. Kita bertemu. Ya pertemuan yang tanpa perencaan dan kesepakatan. Kita bertemu dalam satu waktu dimana kau di ajak menikmati kopi bersama teman satu ruangan mu di meja kuliah. Dan aku? Tak usah tau aku sama siapa dan kenapa aku berada di taman amahami saat itu, karena setiap senja pekerjaanku adalah menunggu gelap datang sambil berharap ada raut dan tanganmu yang melambai untuk 'ku raih di ujung cakrawa semesta pikiranku.

Belum sempat ku nikmati imaji yang tertata dalam penantian yang entah sampai kapan akan berakhir dan entah sampai kapan kalimat Jalallufin Rumi berfungsi, karena yakinku bermunajat "Tangan yang satu tak akan mungkin bisa bertepuk tanpa tangan yang lain."

Ya...
Saat pikiranku menjumpai langit-langit atmosfir dan belgulat dengan rindu yang membuncah namun tempat sandarannya telah menutup katup seumpama lubang cacing yang di paksa oleh kekuatan Zeus untuk kembali tertutup karena roh jahat dari dewa kegelapan harus di musnahkan dan tidak boleh melewati lapisan ozon karena akan merusak stabilitas energi dan kehidupan di Bumi.

Saat itu kau datang menyapa dengan lembut hingga diri antara sadar dan tidak antara percaya atau tidak, namun kehadiranmu begitu membuatku bahagia meski sunggik senyum dan lesung pipimu sekarang sudah tak tulus lagi (dalam tafsiranku). Namun rasa kaget mampu di kuasai oleh kebahagian karena betapapun hati ini sakit karena kebisuanmu namun kehadiranmu bersama senyum sang penyihir mampu menghipnotis pikiranku hingga dalam waktu yang cukup lama perasaan ini tercampur antara rasa kagum dan ketidak percayaan bisa melihatmu kembali di tengah kerinduan melanfa jiwa sepiku.

Kau datang dengan sedikit malu-malu, lalu mengajak dan meminta waktuku
"Abang aku minta waktu. Aku ingin bicara, abang punya waktu?"

Antara gugup dan gagap, antara iya dan tidak menyelimuti, antara percaya dan tidak, pikiran saat 'ku dengar ucapanmu yang meng-inginkan dan meminta waktu untuk mengobtol denganku, tentunya perasaanku sangat senang mendengar itu, namun ketakutan untuk mendengar kata tiada harapan lagi diriku untuk membuka hati untuk cinta yang lain dari mulutmu-lah yang membuat diri ini merinding dalam ketakutan bahkan mengalahkan rasa takut saat bertemu wewe gombel bahkan maklampir sekalipun.

"Ya ada bahkan sangat luang jika untukmu"

"Hehe iya abang" jawabmu sambil menggeser pipi indahmu hingga lesungnya terlihat sempurna.

Lalu kau berucap dengan bahasa yang saya sama.
"Abang aku minta waktu"

"Iya aku punya banyak waktu luang untukmu"

"Bukan itu maksdku abang"

"Lalu?"

"Aku minta waktu untuk bisa menjawab dan menata kembali hatiku"

"Aku ingin hijrah dan aku ingin meraih cita-citaku"Lanjutmu setelah terdiam dengan jeda yang cukup lama.

Aku tak lagi mampu menjawab, semua ketakutanku menjelma nyata bagai ramalan Ki Joko Boyo yang meramalkan nasib dan pembangun Negara Indonesia kedepanya. Semuanya, semua yang terlitas dalam benakku sebelum berbicara denganmu sempurna terlaksana dengan baik hingga tanpa sadar bulir mutiara menetes tanpa tau rasa malu dan harga di depanmu yaa.... di depanmu.

Aku terdiam dalam durasi yang cukup lama, mengembalikan perasaan yang cukup sakit karena di rajam kalimat saktimu, namun tak bisa ku paksakan karena saat kau ucapkan itu aku berusaha mengendalikan diri untuk berbijaksana dalam diri bahwa masa depan lebih utama dari pada segalanya, termasuk cinta buta dan perasaanku terhadapmu.

Dengan perasaan kikuk kucoba mengalihkan pembicaraan dengan menutupi segala pergulatan yang ada di kepala.
"Lalu rencana dan cita-citamu kedepan bagaimana?" Jawabku setelah bisa mengendalikan diri dari perasaan kecewa karena terlalu berharap.

"Aku ingin fokus belajar dan mendekatkan diri kepada-Nya, agar semua yang aku butuhkan dan yang aku cita-citakan bisa berjalan sesuai rencana"

"Baguslah, fokuslah pada tujuanmu karena Proses tak akan mengkhiati hasil dan begitupun sebaliknya"

"Lalu cita-cita abang apa?"

"Cita-citaku sederhana sesederhana fajar yang selalu berjanji untuk tetap memberi mimpi pada siang dengan cahaya kehidupan"

"Wihhh, soscuiiitt" jawab sambil menyunggingkan pipimu yang selaksa bakery jepang.

"Maknanya apa abang?" lanjutmu

"Cita-citaku sederhana yaitu bisa menikah denganmu dan hidup berdua sampai hari tua, sampai akhirnya di kemudian hari aku akan setia kalau sudah ada gerhana bulan, matahari kembar lima, bintang kecil berderet di bumi. Salah satu tak ada yang hidup, kecuali aku dan kamu. Suatu saat nanti, mati pun kita bertemu di surga, dan neraka pun kita tempati bersama. Kemudian aku hilang, dan kamu hidup
sempurna." Jawabku namun dalam hati yang tak sempat terucap oleh lisan sebab keluh kesah batin antara menjadi pribadi yang bijak atau menjadi pribadi yang egois yang mementingkan hasrat untuk mendapatkanmu berkecamuk dalam pikiranku (Catatan kaki). Dan yang bisa ku lakukan ialah tersenyum sambil memandang wajahmu yang polos dan alami tanpa polesan modernisasi kecantikan.

Waktu sudah larut, aku kamu dan teman-temanmu telah menunggu sedari tadi karena jam tutup gerbang kos-anmu segera tiba (cieeehhh kaya menunggu gebyar BCA aja, segera tiba). Dan kita? Ya kita yang kutulis dalam cerita biografi cintaku segera berpamitan sambil meminta tanganku untuk kau letakkan di dahi sebelum berangakat bersama teman-temanmu.

***
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, kita? Ya aku dan kamu yang 'ku tulis dalam cerita kehidupanku. Masih berhubungan dengan baik layaknya tak ada apa-apa dan seharusnya tak apa-apa karena aku tak bisa juga bersikap egois lalu memutuskan hubungan pertemanan kita lantaran kau menolakku dengan tujuan untuk meraih masa depan dan cita-citamu. Justeru aku memaksakan diri untuk men-suport dan memberi motivasi agar kiranya kau tetap fokus pada tujuan hidupmu.

Kita tetap saling menghubungi antara satu sama lain dan saling meminta pendapat jika ada satu persoalan atau satu tugas yang di berikan dosen untuk di kerjakan. Kit saling memberi masukan dan saling mengisi satu sama lain layaknya mahasiswa pada umumnya. sampai suatu hari yang cerah di depan kampus orange, saat aku sedang menikmati pahit dan manisnya kehidupan yang tercampur di dalam putihnya cangkir dan hitamnya kopi. Menyadarkanku bahwa luka itu masih ku rawat dalam bingkai tali persahabatan yang masih menyisipkan kata harap.

Sebuah tanparan halus tepat mengenai wajah kusamku yang tak terurus (memang dari dulunya selalu begitu) saat kau bergandengan tangan dengan seorang lelaki yang sangat ku kenal, dan panggilan akrabku padanya ialah "Sang Seniman". Kau datang padaku dengan alibi bahwa dia adalah teman satu organisasi dan yang sudah kau anggap sebagai kakak kandungmu (Celotehmu). Namun sangat ku ingat dan kulihat dan 'ku rekam riak tautmu yang menyrmbunyikan kebohongan di dalam sandiwara murahan yang kau sebut dengan cita-cita.

Lalu aku kau dan dia saling berjabat tangan untuk sekedar saling menyapa karena berjabat tangan meruoakan kebiasaan dan rutinitas dan yang telah membudaya dan di budayaka di depan kampus pun didalam kampus.

Kita? Ya lagi dan lagi ku sebut bersama sang seniman sobatku yang kumasukan dalam cerita kita (sebenarnya aku membencinya lantaran dia membuatmu sakit dan sengsara, karena kamu adalah wanita pujaanku, kau wanita yang pertama kembali membuat aku percaya akan cinta).

Kita layak adik kakak seperti yang kau ucapkan dalam bualan terindahmu namun aku yakinkan hati untuk selalu percaya dengan apa saja yang kau ucapkan meski  itu sangat menyakitkan bagi hatiku. Ya... inilah resiko mencintai dan membuat diri di hambakan oleh cinta, namun aku menikmatinya selaksa prajurit kerajaan pada jaman pra sejarah yang telah bersumpah mengorbankan hidup dan matinya demi sang raja dan ratu. Namun aku demi kamu. Ya demi kamu yang memberi ku energi menikmati kehidupan meski dengan balutan luka. (Hanya untukku)

Sore telah tiba, canda tawa bersama kita yang entah siapa saja yang masuk dalam kata kita aku tak lagi menggubris, namun waktu telah mengantar matahari ke peraduannya, sang seniman mohon pamit bersama dirimu yang di ajaknya untuk duduk goncengan di atas sadel motor ninja yang mewah.

Mungkin itu yang membuatmu jatuh hati padanya, yaitu motor mewah dan penamoilan yanv menarik serta sepadan dengan penampilan sang seniman yang cukup wibawa. Tapi pikiranku tak berkata demikian karena aku percaya bahwa kamu wanita yang baik, yang tak memandang segi materi untuk berhubungan dan yang sangat mencintai kekasihmu dengan cinta yang tulus

***
Hari yang cerah, panas matahari dalam keadaan normal (sayangnya aku gak bawa termometer, untuk menuliskan suhunya sampai berapa), namun lingkungan sekitar terasa sejuk dengan di belai oleh siulan angin yang sepoi-sepoi yang seakan berbisik tidur dalam buaian mimpi bualan sang waktu, karena bagaimanapun masa lalu yang telah memberi luka akan bisa terobati jika racunnya di obati oleh sang pemberi racun.

Aku sadar dan sangat sadar, bahwa seniman itu ialah orang yang telah memberi warna hitam pada masa lalumu dan datang membawa obat penawar yang kembali memberikan kesucian dan jiwamu kembali pulih dan putih (bukkan so clean yah). Karena terlalu naif rasanya ketika diri ini percaya akan bualan yang kemarin kau ucap.
"Aku takut asumsi publik berbeda dengan apa yang telah aku inginkan, aku ingin hijrah dan ingin sukses menggapai cita-cita-cita, setelah mendapat dan meraih cita-citaku baru aku punya rencana untuk berpacaran atau menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis." ucapmu dalam satu percakapan yang menghanyutkanku pada satu dunia yang sempat aku lupakan bahwa cinta adalah sakit yang pernah menggorok nafsuku untuk hidup. Namun saat itu "Ijrail hilang saat lukaku." (Baca puisinya dengan pasword dalam tanda petik di atas). Adalah benar kau berkata jujur namun kau masih mengharapkan dia yang telah menjadi idaman hatimu.

Aku masih sadar, aku tak bisa menepis suara hati dengan logika karena sejati cinta tak harus memilik. Bahwa tak ada hubungannya mencintai dengan ikatan pernikahan. Bahwa hanya orang-orang yang beruntunglah yang kebetulan menikah dengan dan atas dasar yang bernama cinta.

Berulang kali aku menepis dengan logika bahwa aku harus mencari kebahagianku sendiri tanpa diri dan cintamu namun aku masih saja selalu kalah dalam rindu meski dustamu menyakitkan. Meski bualanmu menghujam nuraniku, tapi hati ini tak dapat terkendalikan oleh pikiran.

Aku masih berharap dan terus berharap, berdoa pada setiap malam agar bisa melupakan mu namun bayangan mu masih selalu saja menghantuiku. Bahkan dalam pikiran ku kau terlihat sangat utuh namun tak dapat ku jangkau pun kau membisu dalam kehadiranmu hingga sempurnalah kesepianku.

Sampai suatu malam yang indah, bintang-bintang bernyanyi menyaksikan alunan waktu yang membawa takdir kehidupan setiap manusia pada ujung penyatuan yang dimana tak ada manusia yang tidak ounya jodoh sebagaimana di dalamnya tertulis jodoh maut dan takfir sudah di tentukan.

Aku terhanyut di dalamnya, di dalam doa dan keyakinanku bahwa semuanya sudah tertulis di lauhil mahfudz-Nya, akan di berikan sesui kebutuhan hambanya bukan keinginan hambanya. Begitulah caraku merayu diriku dalam kehening sepertiga malam.

Di tengah senandung do'a yang ku panjatkan pada langit agar tangan Tuhan mengirimkan sang pujaan hati yang bisa menepis rasa cinta dan sakit yang telah di gores dan di beri luka bertubi-tubi, tetiba nada ponsel berbunyi.
"Hallo, Assalamualaikum" ucapku setelah ku pencet tombol hijau di layar handphone

"Waalaikum salam" balasmu dengan isak tangis

"Kenapa dinda sulam?" Tanya ku sambil selidik

"Sang seniman"

"Kenapa dengan dia?"

"Dia telah pergi"

"Kemana?"

"Ke hati yang lain"

"Kok bisa?" Jawabku dengan bulir intan yang entah datang dari mana jatuh berderai membasahi pipi, karena bagaimanapun aku telah merasakan sakitnya di campakkan dan di khianati

"Dia selingku, dan sulam memergokinya saat dia mengajaknya brrkencan di bolly dan membelikan segala keperluan cewek tersebut" lalu kau menutup telephonnya tanpa salam.

Aku kecewa
Kau meradang dalam kehampaan luka
Kita sama-sama sakit.
Ginanjar Gie
20 Agustus 2019
23: 59
#kisah dari langit
#inspirasi dari bumi
^Kopi_kenangan



Wahai Rindu

Foto : ilustrasi puisi
Wahai rindu yang membentang di atas langit yang tak bertepi
Aku ingin menggapai dirimu di atas sana
Ku terbangkan apolo-apolo kepastian
Tuk menggapai hatimu yang terbentang di atas langi yang tak bertiang
Betapa pun
Hati ini telah terpaut oleh sosok cinta yang bersemayam dalam jiwa mu
Hingga dalam kesekian kalinya hari-hari ku tak dapat menghilangkan rona wajahmu dalam imajiku
Sungguh jiwa ini telah di landa majazi cintamu
Kau penjarakan hati yang dulu bebas merdeka
Kau ikat kebebasannya
Kau patriot ulung dalam cinta
Kau ku kagumi kau wanitaku
Meski hadirmu hanya sebatas maya
Namun asa adalah tumpuan doa yang ku semai
Untul rindu yang ku sulam dalam nurani

Gie
01 Februari 2019
Pena langit di bumi pai


Puisiku

Logo LLI Com
Puisi adalah kata-kata hampa bagiku sebab cakra literasi yang bersemaya
m dalam jiwaku sedang di pinjam oleh rona indah wajah sendu sang titian dewi itsyhar yang beremayam di sayu indah matanya.

Puisiku adalah kata-kata sunyi, ia terbelenggu oleh setiap rentetan peristiwa pahit yang mengganjal di tiap lingkaran waktu detakan nafasnya.

Puisiku adalah puisi yang keluar dari jiwa sunyi, yang setiap hari ia di tikam oleh sesosok rindu, yang tak pernah ia jumpai dalam tiap aksara yang tertuang dalam bait-bait sucinya

Puisiku adalah kata-kata tanpa kata sebab ia telah bisu dan tertidur di dalam pembaringan semesta.

Puisiku adalah luka, sebab setiap baitnya ialah kesenjangan waktu memutar takdir tuk menjumpai cita dalam nawacita cita.

Kau dan Ambisimu

Oleh : M. Ikbal
Foto : Penulis
Suatu hari
Lebah akan datang pada putik-putik bunga yang segar
Bulan akan purnama pada waktunya
Matahari akan fajar setelah subuh bermesraan

Kau pun demikian
datang di waktu yang sangat tepat
saat padang ilalang gersang
hanya pohon kurma yang tumbuh

kau datang dengan air
menyirami dan merawat hutan yang gersang
dengan senyummu
yang ku kira itu adalah senyuman kita masa depan
saat kita menjalani hari-hari dengan impian kita

kau datang dengan sejuta harapan yang merekah
aku terima, dan ku buka pintu lebar-lebar.
hanya kau yang punya kuncinya. spesial.

Pada sudut malam yang gelap seperti matahari.
kita berbincang untuk waktu yang lama.
jam dinding berdenting , detik per detik
hingga ia bosan, kapan pertemuan kita sampai pada kesimpulan

Hahaha
Jam itu tak mengerti
bahwa perasaan orang yang dirundung rindu tak pernah mencapai titik penghabisan.

aku rasa, itu adalah waktu yang sangat nikmat. saat kita habiskan malam dan siang hanya berdua.
aku merasa dunia akan segera berakhir.
saat ku kira hanya aku dan kamu yang masih hidup

aku masih terlelap dalam mimpi.

Perjuangan Perempuan yang Hanya di Pandang Sebelah Mata

Foto : Penulis
Di dalam masyarakat sekarang ini, dimana laki-laki mendapatkan lebih banyak kesempatan buat menggendalikan akal pikirannya, tak sedikit kaum laki-laki yang kebanyakan menduduki tempat-tempat kemegahan ilmu dan pengetahuan. Didalam masyarakat sekarang ini, Dimana kaum perempuan banyak yang masih dikurung, banyak yang tidak di kasih kesempatan maju di garda depan dan terjun langsung dilapangan masyarakat.

Banyak dari sebagian laki-laki mengharamkan keberadaan perempuan sebagai bagian dari garda depan masa depan sebuah bangsa, bahkan ada juga yang berpendapat bahwa wanita adalah sampah masyarakat, yang hanya sebagai hiasan rumah yang hanya cocok di sebut sebagai implementasi kasur, dapur dan sumur. Pahaman awam terhadap nilai dan hadirnya sebuah peran perempuan terhadap fungsi dan koadrat dari arti kehadiran perempuan masih juga di pertanyakan eksistensi peran perempuan, dapat kita lihat keadaan di dalam masyarakat saat ini, yakni fungsi menjadi ibu: menerima benih anak, mengandung anak, melahirkan anak,menyusui anak, memelihara anak terhadap kodrat inipun dunia laki-laki masih kurang menghargai kaum perempuan

Sebuah pergerekan hanyalah milik lelaki, bahkan seorang perempuan di anggap hanya srbagai sampah dalam sebuah masa aksi, sehingga lahirlah sebuah paradigma baru atau memang srngaja dilahirkan sebuah paradigma baru ini bahwa wanita  di haramkan dalam sebuah perjuangan, maka tidak heran sekarang menjadi krisis atau minimnya kaum perempuan yang berilmu dan berpengetahuan memadai apalagi yang membubung di udara, sangat minim sekali...!!!!
Bendera Liga

Maka oleh karena itu, justru dengan alasan kurang dikasihnya kesempatan oleh masyarakat sekarang kepada kaum perempuan, maka dari itu kita wajib berikhtiar dan membongkar ketidakadilan dan keterbelakangan dan primitifnya cara berpikir masyarakat terhadap kepada kaum perempuan.

Di dalam kelompok inilah perempuan telah mulai menjadi makhluk yang di taklukan  "pembahagian-pekerjaan" adalah sebabnya ketaklukan itu.
maka lambat laut pecahlah persatuan gens yang sediakala itu, pecalah pergaulan hidup secara sama rata sama rata itu.

Perubahan sebagai satu revolusi besar didalam susunan masyarakat, sudah tentu tidak terjadi sekaligus seperti membolak balikan telapak tangan atau yang kita kenal dalam dunia sulap "bim salabim abra kadabra" lalu berubahlah paradigma-paradigma tersebut, tetapi mungkin akan menghabiskan waktu puluhan, bahkan ratusan tahun. Perempuan tidak selamanya mau menyerah begitu saja, digugurkan dari kedudukanya yang tinggi. Sebagai ungkapan terakhir ialah bahwa, ada suatu riwayat yang mwngatakan bahwa Perempuan adalah tiang negara.

Kita Adalah Manusia Bebas (Cinta)

Foto : anak kecil
Hasrat hati yang menggebu
Memberi tikaman yang teramat dalam
Dalam lihai hati tergores
Memeluk luka dalam milik molek sang rengganis

Upiak menjelma dengan sadis
Terkendali segala takdir di bawa naungan pijakan kakinya
Upiak berdiri
Belati yang tergenggam kini membunuh dengan keji
Atas nama cinta tanpa logika

Hilangkah semua rasa dengan logika?
Mampukah pikiran mengendalikan hati
Atau kita akan sama-sama terpendam dalam rendaman luka?

Lihalah altar yang telah melalang buana
Ia mencinta cinta yang hina bukan?
Bukankan kita adalah takdir itu?
Lalu logika mana yang mematahkan semangat hati?

Tidak..!!!
Tidak!!!
Tidak..!!!

Kita tak boleh mati dalam kesia-siaan
Dalam memendam segala ini
Kita adalah manusia bebas
Kita adalah titik radikal egosentris
Maka lanjutkan mimpi ini
Meski hadirmu hanya sebagai sosok hantu
Yang menakutiku untuk men cintai juga menakutiku untuk kehilangan.
Ginanjar Gie
^Kopi_kenangan
(Catatan: konspirasi suci)
16 Agustus 2019
10 : 14

SUATU SAAT

Oleh : Desti
foto : ilustrasi puisi
Suatu nanti kau akan merindukan aku yang tidak kau temukan dalam diri perempuan lain. Ketika kau merasa sudah tak lagi seperti biasanya kau akan merasa kehilangan.

Kehilangan seseorang yang sudah berusaha mati matian untuk memperjuangkanmu. Kau akan mehiangan sosok yang berusaha membuatmu bahagia, berusaha selalu ada, berusaha menjadi apapun yang kau inginkan sekalipun itu harus berlawanan dengan dirinya sendiri.

Kau akan merasakan rindu di mana seseorang yang slalu menyimpan tangis di balik senyumannya terhadapmu itu sudah tak mau lagi berjuang untukmu dan mulai pergi meninggalkan dirimu. Ya, itu AKU..!!
Akulah orang yang kau sia siakan, akulah orang yang tak lernah kau inginkan kehadirannya. Dan sekarang aku memutuskan itu berhenti dan pergi sejauh jauhnya dari kehiduanmu.

Aku yak pernah menyesali nasib cintaku yang begini, akupun tak pernah membencimu, aku tak dendam.
Hanya saja aku ingat, akan aku ingat sejarah hidup yang kelam, sejarah kelam aku yang hanya di manfaatkanmu.

BANGUNLAH PUTRA PUTRI IBU PERTIWI

Foto : ilustrasi puisi
sumber :merdeka.com
Langkah gontai mengiringi perjalanan kitaHiruk pikuk masalah menyertai tiap desahan napas
Mengantar kita dalam suasana yang sakral
Sang saka kembali mengisi berkibaran di tiap penjuru jagad Indonesia raya.

Air mata haru selakasa berucap terima kasih
Kepada para pahlawan yang telah berguguran di medan juang
Yang memproklamasikan
Yang memberi dukungan moral
Yang memberi dukungan moril
Semua bagai datang memberi hormat bersama di depan sang saka merah putih.

Kibaran di langit jingga
Bertanda ia adalah simbol pemersatu bangsa
Bhineka tunggal ika
Gabungan Rupa daerah
Garuda di dadaku
Di dadamu
Di dada kita
Indonesia

Bangunlah putra putry ibu pertiwi
Merdeka telah kembali menyapa
17 agustus kini telah datang
Kita kibarkan sang merah putih di langit biru
Agar dunia tau bahwa kita bisa
Agat dunia tau bahwa kita mampu
Agar dunia tau bahwa kita masih ada dan tak akan pernah hilang selamanya

Negara kesatuan republik Indonesia
Negaraku
Negara kau
Negara kita
Sabang sampai merauke
Adalah satu tulang
Mendidih darah
Jika satu tangan berani menggagu kibaran mu di langit.

Berkibarlah benderaku
Jayalah pancasilaku
Menyatulah Bhinekaku
Kau adalah jiwa raga kami
17 Agustus 2019
Ginanjar Gie

KAU JAHAT DALAM DIAMMU

Foto : Ginanjar Gie
Perpisahan memang bukan pilihan
Namun pilihan akan segera tiba
Menjumpai kata pisah di ujung harapan
Harapan pada kata takdir yang tampu di terka

Keliaran bahasa mengalahkan kobaran api di mulut naga
Kemajemukkan makna tertafsir mengalahkan panas kawah di bibir gunung berapi
Meng-endapkan lara dalam hati yang pernah tertaut

Luka-lah luka
Tergores pena yang menari di atas hati
Hati-hati kata belum sempat terucap
Lalu luka datang me-lalu-lalang-langgeng-genggam-gampita

Lihai
Lihat-lah luka
Yang tersayat di ujung bibir
Lidah tak beracun yang menghunus samurai
Kini tercabik-cabik semua nadi
Hingga kursi gemulai layu tak lagi mampu memapah
Kopi dalam cangkiran pun tak lagi terhirau

Luka-kah luka?
Tidak...!!!!
Dendam yang membara
Dalam hati wanita istimewa
Kini menjadi-jadikan tumpuan luka
Pada setiap pandangan mata yang disorot ingin menggoda

Kau jahat dalam diammu
Kau diam dalam hasratmu
Kau.....
Kau bangs*t tak bertuan.
Ginanjar Gie
05 Agustus 2019
Inspirasi kamar kumuh

CAWAN SUCI

Foto : ilustrasi puisi
Segala semoga ter_asa dalam diri
Tertera sempurna pada intuisi
Semoga langit menjawab selaksa lazuardi
Tangan mulus terangkul dalam memori
Sempurna sudah harapan dalam hati

Ambisi ingin memiliki kini makin semakin
Menggoda iman tuk melampui batas yakin
Harap-harapan ini terjalin
Aku kamu menyatu bak saolin
Kau yan dan aku yin

Hitam putih yang menyatu
Membangun peradaban Baru
Memaknai coretan langit biru
Kisah kita akan banyak hati yang terharu
Menangis tersedu meratapi pilu
Lalu tersenyum bahagia karena kita telah bersatu

Dalam cinta yang suci
Tanpa Cawan Suci
Tanpa Skenario Konspirasi suci
Kau aku adalah kisah Azahra dan Ali
Dua anak yang telah memiliki
Kekuatan dan kewibaan dalam diri
Itulah makna kehidupan

Nol Tak Ternilai Namun Mampu Memberi Banyak Hutang

Foto : ilustrasi Puisi
Mengantar sang surya tuk merebah
Dalam kenangan tangan yang tak pernah mendekap
Menyetubuhi sajadah suci
Sang langit masih tengah menanti

Sajak jalanan kembali terlahir
Dalam angka yang tak ternilai
Nol yang tak terhitung bukan?
Namun mampu memberi peluang hutang yang sangat banyak.

Masih
Lagi dan lagi merebah
Menyetubuhi jalanan rindang
Mencari sesuatu yang hilang
Namun tak pernah bergeming dari tempatnya
Ia ada dari ketiadaan
Dimana rimba masih tertanya
Dalam kholbu sang wartawan masih memendam keingin tahuan.

Sang surya melambai
Bertanda peluit masinis waktu telah berbunyi
Jingga kembali datang
Lalu pulang meninggalkan hitam
Penyair jalanan masih merebah
Menunggu langit meneduhkan takdir

Di pangkuannya sejuta soal
Di kepalanya sejuta tanya
Di pundaknya sejuta tanggung jawab
Kemana merebah sang kelana
Jalanan masih sunyi

Lihatlah petani masih menyemai
Sang nelayan hilang dua hari
Kita masih tetap berdiri
Tertanyakah dalam hati kapan kita mati?

Entahlah
Jawaban ada dalam keegoisan
Kemauan manusiawi
Ya......
Disana ia terpendam
Di dalam congkaknya tafsiran nilai
Bahwa kaya adalah sukses yang tertunda.
05 Agustus 2019
Ginanjar Gie
Pena Langit di ujung Bumi.
Inpirasi Sape sangia

Bianglala Malaikat

Foto : buram
Wahay sang putry
Jangan biarkan hati di landa sepi
karena rasa ini selalu ingin memuji
Wajahmu selaksa rengganis yang telah meluluh-lantakkan hati

Bukankah kita pernah berjabat?
Apakah itu tidak cukup membuat mu berkutat
Pada hati yang ingin berangkat
Menujumu di pelataran bianglala malaikat

Pertemuan tercantik
Perpisahan Tersakit
Sifatmu yang Bagai ilmu mantik
Mematahkanku dalam virus yang menjangkit

warasku hilang
Kau hilang
Cerita kita hilang

Mengapa?
Mengapa harus ada pertemuan
Jika pertemuan berujung kenangan
Pertemuan yang menumbuhkan jentik-jentik rindu
Meski wajahmu pernah kujumpai dalam satu tatapan
Tapi yakinlah jiwa ku membara dalam memujamu yang kini tengah betkelana dalam imajiku

Kau ada saat ini
Kau bermain dalam pikiranku
Tapi kau tidak jua mau berbisik
Jemput aku di ujung malam
Agar aku pergi menjumpai takdirku
Di atas altar suci aku kau menjadi kita
Aamiin.
05 Agustus 2019
Ginanjar Gie

Sejarah dan Budaya Yang Di Manipulasi

Foto : Pulau Ular Saat Sunrise
Raga langit menyatu dalam bola
Menjelma cahaya dalam tinta
Mengusik pikir tuk kembali hadir
Menjejaki liar liur dalam alunan dawai hilir

Luka-luka tersayat di perut pertiwi
Lebam membekas pada tubuh generasi
Budaya di kebiri dengan ambisi
Hinggapi mimpi-mimpi buruk negeri

Lihat disana ada "Nggahi Rawi Pahu"
Disini ada "Maja Labo Dahu"
Media-media sibuk memotret "Rimpu"
Filosifi tinggi di anggap lampau.

Adakah Langit mendogma liturgi?
Adakah Bumi Menghasut Partai?
Adakah Semua akan menjadi mimpi?
Jawabannya ada dalam imaji
Jawabannya ada dalam diri
Jawabannya ada dalam literasi

Bima-Dompu dua nama tercantum dalam satu kertas
Che Guevara- Fadel Castro bermimpi revolusi kelas
Soekarno-Hatta Memimpin hanya sekilas
Kita?
Menelan kembali ludah seakan memelas.

Sejarawan terlahir untuk penguasa
Budayawan lahir untuk diperdaya
Biola?
Jangan di tanya..!!!!!!

Langit adalah langit
Bumi adalah Bumi
Pena langit tak mampu merubah literasi Bumi
Nelangsa....!!!

Kita di buat mati oleh manipulasi
Data tertera hadirkan emosi
Siapa sangka yang dahulu berdiri?
Tanyakan pada sang sangaji..!!

Literasi tumpang tindih
Generasi salah tafsir
Kita terbuai mimpi
Bagai bayi-bayi fakir.

Ada yang berani?
Bukalah segala kitab
Tunjukkan nama-nama ncuhi
Jika itu ada dalam ingatan para ahli

Bima
Dompu
Tambora
Sanggar

Tanpa bukti dimana kini....!!!!
Ginanjar Gie
Pena Langit di Ujung Bumi. (Masyrik)

Aku Pergi Dari Sini

Foto : Gie
oleh : Zarot Fals
Aku terlahir untuk ini
Memelukmu dalam sunyi
Menantimu dengan seni
Memenajaraku dalam imaji

Kataku kata-kata
Tak bermakna semu lentera
Di bilik samudera hati berkelana
Tepian air dimana sampah merebah

Lukaku kata-kata
Terlihat baik-baik saja
Lebam tertelan dalam klausa
Luluh-lantaklah segala kehidupan jiwa

Jika matiku hari ini
Jika hilangku kali ini
Jika mustahilku disini
Jika takdirku begini
Maka kuputuskan untuk pergi

Aku pergi dari sini
Dari tempat yang melahirkanku begini
Di negeri tempat wanita menebar janji
Aku tersakiti siapa peduli

Selamat tinggal
Kuharap ini tidaklah janggal
Karena aku adalah begal
Pencuri rautmu di alam jagal.
Gie
02 Agustus 2019
Kota tepian air