![]() |
Foto : ilustrasi puisi (oleh : kiliman) |
mulut bisa dibungkam namun siapa yang mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam. aku siapkan untukmu : pemberontakan!
Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang merayakan hartamu
Ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
Ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata tanya yang akhirnya tidak bisa tidak kalian harus menjawabnya
Apabila tetap bertahan, aku akan memburu seperti kutukan karma
Kami berteriak tanpa tau ada telinga yang mendengar
Kami merintih dalam tangisan hingga air mata dan mata air kini kekeringan
Kami berjuang sebagai tameng penyeimbang
Tetapi keutuhan dari gerakan telah disobek-sobek
Suara kami hanyut ditelan konglomerat dan perusahan raksasa
Air mata kami ditelan belantara kekuasaan rezim
Tangan kami tergilas ekonomi bulldoser pembangunan
Berteriak mempertahankan hak atas tanah bangsa
Tetapi kami di tuduh sebagai pembangkang
Tetapi di tuding anti nasionalis
Tetapi di tindas di mimbar jalanan
Tetapi itu disebut anti pembangunan dan separatis
Menangis membela hidup di tuduh sebagai pengacau negara
Berjuang mempertahankan tumpah darah, katanya musuh negara
Kuburan leluhur, kampung, adat, binatang dan tanaman
Sumber alam dan hutan kami dicaplok oleh penguasa kapitalis dan penguasa bersenjata
Cukuplah waktu mereka masih hidup leluhur di paksa dan di siksa oleh kapitalis VOC
Jangan lagi kapitalis mengganggu tempat peristrahatan mereka
Jangan lagi
Jangan lagi
Jangan lagi
Aku mohon
Kami tergusur, terhimpit dan merana
Kami terbuang dikampung halaman dan tanah leluhur kami sendiri
Kami menjadi pengemis di atas kekayaan dan dari para pencuri, perampok dan pembunuh
Kami menjadi tak berdaya
Inikah takdir hidup kami
Semuanya hanya DIA Sang Maha Kuasa.
Kepadanya Kami Serahkan.
Dengarkan keluh kesah para kaum tertindas yang lantang dan berani menyuarakan keadilan
Sertakanlah hati nurani kalian dalam memutuskan sebuah keputusan
Hargailah mereka yang tidak mau tetapi berkemauan tinggi agar kalian tenang ketika maut merenggut nyawa kalian.
Suara ini adalah suara dari mereka yang miskin, yang tak berpendidikan tetapi paham akan pendidikan
Suara ini tulus dari nurani fakir-miskin yang hari-harinya memimpikan, mengkhayalkan pendidikan setinggi langit dan seluas cakrawala
Lihat kami, dengarlah suara kami, kasihanilah kami yang terus di tindas.
mantap bang.
BalasHapusSiap
Hapus