KUNARPA

Foto : Ilustrasi puisi
Jiwa alaska
Kunarpa
Retorika yang menyambut luka
Dengan dua kata tanpa tanya
Hilang harpa yang mengalun saat bersama
Kini berikan ribuan duka
Berenang mengenang
Merenung termenung
Kalah masalah
Marah sangat parah
Gerah
Julang tertanam dalam lingkaran pirang
Warna tercoreng minyak goreng
Air mendidih cairkan antartika
Bingkai bangkai terlihat bernyawa
Berjalan tanpa ruh
Berpikir tanpa jiwa
Sesak petarung
Tersemai sarang burung
Jabang terkungkung
Terkurung dalam sangkar karung
Paruh
Usia tak lagi muda
Terkenang mengenang
Tak ada guna mengulang
Kita
Sama
Satu dalam kebekuan
Gie
30 April 2019
Pena langit di bumi pai

BURUH JANGAN DI ANGGAP SURI

Foto : ilustrasi puisi
Google
Di antara ruang bahasa yang tak bermakna
Selubuk tersembunyi namun pasti hadirkan dirja
Molekul-molekul rasa tumbuh di ujung pagi saat mata air memancarkan kebeningan dalam keheningan desa
Serunai berbisik pada semesta
Mereka adalah rasa yang sama
Yang inginkan keadilan di dalam satu lingkaran budaya yang berbangsa-bangsa

Lihatlah moyang-moyangku dahulu
Terlahir dari rahim penguasa samudra
Lautan adalah kehidupan pagi bagi mereka
Mercusuar dunia yang menundukkan segala benua
Rempah-rempah produksi yang paling berharga
Sembako tak pernah kekurangan

Moyangku sang penakluk
Pemberantas para bajing-bajing berontak
Moyangku tak pernah tunduk
Dulu...!!!!!
Sebelum Kata kapitalis belum di temukan
Sebelum bangsa penindas datang menyita
Menggerut seluruh isi perut ibu pertiwi
Dulu....!!!!
Mereka bebas dari penindasan
Merdeka dalam segala lahan
Pertanian
Peternakan
Perikanan
Kelautan
Dan ribuan bidang pekerjaan
Mereka mengelola tanpa tekanan

Dulu....!!!!!
Cerita usang yang hanya indah dalam negeri dongeng

Hari ini
Sekarang
Lihatlah
Budaya yang sakit terjangkit penyakit
Ingin bangkit namun terhalang bukit
Buruh tersiksa dengan sistem pengungkit

Terbungkam suara dengan amplop sakti
Sing penting anak istri bisa makan esok hari
Di percaya ngutang di warung dengan modal janji
Gajian tanggal muda nanti tak lunasi

Sementara jangan pikirkan liburan apalagi hiburan
Sebab itu hanya milik kaum pemodal setan

Membayar dengan upah kesepakatan elit politik
Memerintah semau tanpa kenal delik
Tak pernah memikirkan suara buruh di balik bilik
Sebab negara bukan lagi tempat bersandar anak negeri
Sistem telah terkendali oleh penguasa keji
Sekarang.... Hari ini
Kita hanya punya mimpi
Berandai di tiap cangkir kopi
Ruang umpama siap menghegomoni
Kemelaratan berpusat di ibukota negeri
Ngeriiiiii

Buruh
Harapan paruh
Terperintah dan di suruh-suruh
Menghilangkan nilai luhur jiwa moyangku
Penakluk benua yang berpulau-pulau

Kalau

Ruang umpama
Yaaaaaa
Harapan
Yang memenuhi trotoar jalanan kota
lolongan malam di lorong-lorong waktu
Harapan buruh ingin segera terkabul
Sejahtera bagi semua pekerja juga pemodal
Kita sama-sama sederhana
Sebab moyang kita sama
Jangan jadikan kami budak di tanah sendiri
Jangan jadikan kami penikmat tubuh sendiri
Karena kami masih punya mimpi
Anak dan semua generasi
Cita-cita negara yang adil makmur untuk seluruh rakyat dan petani
Pun buruh jangan di pandang suri
Jangan anggap mereka bangka
Apalagi ayam kari
Karena kami ada untuk bersuara demi keadilan di seluruh negeri
Harapan kami
Mahasiswa indonesia
Buruh adalah penunjang ekonom negara
Maka sejahterakanlah mereka
Gie
Pena langit di bumi pai
01 Mei 2019

SUATU SAATKU PASTI AKAN DATANG

Foto : Ilustrasi Puisi
Suatu saat nanti
Dimana lupa telah hilang
Akan ada untai yang teramat jujur
Terucap dalam bibir yang selama ini bungkam

Suatu saat nanti
Akan terurai semua
Bahwa yang diam adalah api
Bahwa yang bisu adalah waktu
Bahwa yang tak bersuara ialah langit
Bahwa yang menutup mata adalah takdir
Bahwa yang tuna adalah netra
Netramu

Mata hati
Tak pernah terbuka dalam membaca
Melihat dari kegelapan
Memandang dari kepengapan
Membaca dalam mata terpejam
Semua tak ada
Tak pernah
Kau hirau adalah hidupmu
Hidupku tak ada
Sementara aku disini
Berjumpa pada malam yang teramat panjang
Menyemai mimpi yang teramat panjang

Kau tak akan tau
Tapi suatu saat ku pasti akan datang
Akan ku pastikan
Sekali lagi
Suatu saatku akan datang
Pasti

Gie
22 April 2019
Pena langit di cakrawala pulau ular

TERHASUT DUNIA

Foto : ilustrasi puisi
Ku dapati kekejian ibu kota
Di dindin-dinding terminal kemunafikkan terpendam
Tiga puluh ribu cercaan sia-sia
Ibu gemuk setan tanpa kain bersuara telanjang
Datang tergopoh layaknya mopo
Tanpa lubang jalan ia terjatuh dalam dunia
Hingar bingar telah menutup mata
Mata hati kini pada kepuasan hawa nafsu
Kesemuan

Manusia
Hilang nilai adab dalam diri
Binantang mengalir dalam darah
Nafsu menguasai
Memperbudak
Menggibah
Memfitnah
Melacuri warna dunia
Matikan nilai kemanusian
Manusia yang hilang kemanusian

Binatang
Apa bedanya?
Tak ada
Hanya rupa
Raut
Jalan
Setelah memakan teman yang lemah
Yang kuat menjadi raja
Singa di hutan bekantara jelmaan jiwa
Manusia manusia
Manusia macam manusia
Manusia macam malaikag
Manusia macam binatang

Terhasut dunia
Lupa akhirat
Surga neraka potret kusut
Cerita usang di atas meja perjudian
Zarasthustra nietzsche
Hilanglah tuhan
Matilah aqidah
Keyakinan hanya ada di ujung bibir
Pemanis kata untuk para politisi
Sementara matilah rakyat yang memilih
Sengsara

Apa bedanya
Ibu gemuk di terminal
Elit politik
Semua sama ingin menguasai
Nafsu berkuasa
Menguasai aliran darah
Bosan..!!!!


Gie
20 April 2019
Pena langit di bumi pai
Inspirasi gunung keramat

VERTIGO MENYERANG KEPALA

KISAHMU
Foto : Angel
Kamu yang sedang berduka
Dalam dekap gelagat senja
Kita tercerai oleh gelap
Dalam kisah yang sama-sama pengap

Untai teruntai untuk berbisik
Selepas dahaga tawarkan oase
Langkah gontai kaki yang telah legam oleh jalan
Trotoar kota mana yang tak pernah terinjak
Semua jalan-(jalan) kita bukan?

Ini kisah kita
Bukan kisahmu
Kisahmu kutulis di ujung sajak
Agar dunia tau
Kita sama
Kita satu
Dalam album orkestra semesta
Kita sama
Kita satu
Dalam satu skenario langit

Kisahmu :
Lalu vertigo menyerang kepala
Kisah unik tertanam dengan duka
Lupakan kata terakhir yang terucap
Setelah terpelanting tubuh terebah di tanah
Manja kata paling tak berguna
Berguguran kemelut cahaya
Hitam kelam masa silam
Dingin kehidupan terjalani dengan tersengal

Nyanyian kematian terangkai di buku diari
Kenapa terlahir bayi tanpa kasih
Menjelma dalam tubuhku yang rapuh
Memar di badan bukan lagi soal cinta
Kenikmatan dalam dekapan entah terbuang di negeri mana
Sakit luka dan darah
Bukan
Sakit hatilah yang membawa ku kesini
Di negari yang tak aku kenal
Melepas penat di ujung ajal yang tak kunjung datang

Ayah
Kata sampah
Ibu
Kata neraka
Rembulanku adalah Bumi
Cahayaku adalah kematian
Dimana semua yang ku harap
Bahkan maut berkhianat kepadaku

Diari
Ya
Lembar demi lembar mengabadikan lukaku
Luka oleh ayah
Sakit di tinggal ibu
Merasuklah dalam jiwaku wahai sang ifrit
Aku menunggu hitammu
Ku gugat semua luka ini
Ku tunjukkan bilur yang telah bernanah
Agar menjadi cambuk kenangan
Kesuksesan tanpa mereka akan aku raih
Bukan
Bukan itu.aku butuh kasih sayang
Bukan harta
Bukan kesuksesan
Aku butuh rangkulan cinta

Phobia
Menikam kepala semua peristiwa
Amnesia yang terharap hanyalah sia-sia
Jaddahkah aku?

Cerminku
Mata dan telinga adalah kepunyaanya
Bukankah hanya jiwaku yang berbeda
Lantas apa?
Siapa?
Kenapa?
Jawaban..!!!
Tak ada yang sanggup
Bahkan cermin tetap diam
Dalam tabah aku menatap
Semoga jawaban adalah kembali
Kepangkuan ibu
Kepangkuan Tuhan
Kepangkuan surga

Namun

Aku terhempas di tepi malam
Tanpa Ayah
Tanpa Ibu
Tanpa kasih sayang
Aku anak semesta
Yang terbung oleh rahim suci
Untuk ku
Untuk surga
Aku tawarkan jiwa ku untuk neraka

Gie
19 April 2019
Pena langit di bumi pai
Inspirasi panen padi

MANTRA SUCI

Penulis sedang melakukan pengendalian energi
Gagak terus ber-geok
Terseok-seok dengan leok
Mookkkkk
Sapi betina tergorok
Persembahan pada golok
Sesembahan jampi sereok
Jorok

Infra terpancar
Di atas kuburan tetangga
Azimat dan wifik bernyanyi
Dapatkah di dapatkan
Kebenaran cahaya yang terpancar

"Sukma lara sang insani
Hentak-hentak bani adami
Benak kalut roh semesta
Tunduklah-tunduk kau langit dan bumi
Aku memanggil jiwa semesta
Merasuklah dalam ragaku
Menyatulah"

Mantra suci
Hanum harum kasturi
Zamrud melekat
Zaitun menetap
La haula wala quwwata illa billah

Gie
19 April 2019
Pena langit di bumi oi tui

GURUI AKU

SATIRE
Foto : buku antologi penulis
Karya untuk masa lalu
Kalimat melow ala melayu
Karya meluncur bak jet yang melaju
Tak terkendali seperti peluru
Menancap indah ke arah yang di tuju
Gurui aku
Sebab pasti kau tak mampu
Melawan pikiran yang kau anggap dungu

Hahaha
Manusia
Tak punya bakat dalam berkarya
Hanya mampu berdialektika
Menyerang lawan dengan vonis tanpa data
Dia pikir menang dengan kata
Tanpa kerja
Bukti usaha
Capaian kesuksesan yang luar biasa
Kau hanyalah sampah Bangsa dan Negara

Pasti bisa ku jangkau
Meski kau telah lampau
Akan ku kejar dalam waktu
Ku jadikan semua orang menjadi guru
Untukmu
Untuk sebuah pencapain agar tak semu
Ku buktikan padamu
Aku adalah aku
Yang tak bisa kau jebak dengan logika hampamu

Menelan peluh
Pikiran yang telah keruh
Di usia yang hampir paruh
Aku tak lagi ingin menjadi buruh
Terperintah jadi budak pun di suruh-suruh

Aku ingin merdeka
Bebas dari segala intervensi manusia
Aku ingin liar dalam berkarya
Tanpa harus di kungkung semesta
Yang kau tawar di ujung kata

Kini saatnya aku naik
Ke puncak tanpa jarak
Dengan Kemampuan yang telah di pacak
Pasti aku kan marak
Tapi kau jangan galak
Setelah aku berada di puncak

Kesuksesan hanya punya ku
Kau jauh
Kembali mintalah uang pada ibumu
Karena kau hanyalah babu

Gie
18 April 2019
Pena langit di semesta pai

TERUSLAH GILA

Jadilah gila dan buatlah dunia tertawa padamu, niscaya kau adalah kehidupan semesta yang akan merubah dogma peradaban yang telah hilang.

SI GEMBALA LIAR

Foto : ilustrasi puisi
Aku si gembala kecil yang senang bersenandung
Meniupkan kidung-kidung sunyi di tengah hingar bingar pesta demokrasi
Lelap dalam satu adegan ironi
Hilang ku di hutan rimba

Si gembala liar
Hilang dalang dalam diriku
Kelakar para elite meluap
Melilit sunyi jiwa yang telah lama ter-marginal
Menangis meratap
Hutan rimba ayahku
Memelukku dalam dekapan semesta
Menangis dalam pelukan sendiri
Meratapi dunia yang telah kacau

Aku mencari
Pertumbuhan yang tergesa
Apa yang telah lama hilang dalam ini
Hingga samudra terombak menjadi tanah
Tanah terombak menjadi sumur-sumur limbah
Wajah suci dunia yang telah di lacuri hawa nafsu
Kekuasaan yang ingin menguasai
Tertanam pada jiwa-jiwa kerontang aqidah
Adab hilang dalam harta dan tahta dunia
Menyedihkan

Aku si gembala liar
Masih disini
Bertubuh kecil ingin pergi
Menemui ayahku pada semesta
Hutan liar menjadi samudra hidup
Menyusuri dahan demi dahan
Menyusui pelukan hangat gua-gua sunyi

Aku si petapa suci
#Gie

ASTA SEMESTAKU

Foto : ilustrasi puisi
Pada kata hujan
Semesta ku bernyanyi
Menyeruak ingin menjumpai
Melewati batas dimensi
Melipat jarak pada ilusi

Mengenang angka sembilan
Jam dinding terus berputar
Mengelilingi lingkaran 360
Uratku masih belum kurang
Derajat yang sama pada diagram jari-jari
Lingkaran pembunuh
Dalam satu tak pernah pergi
Membuntuti
Selalu berkejaran
Ingin pergi
Tak kuasa
Tetap terkungkung
Dalam satu
Terpuruk
Sendiri

Pada asta semestaku
Menikam buhum dalam-dalam
Pualam menepuk menumpuk pupuk
Kian memburuk
Haluan pikiran kian membusuk
Terpuruk

Kerinduan pada jiwa sunyi
Ingin menepi di ujung lilin
Pelita masih menerangi melati
Di dalam kholbu masih ingin terjalin
Seuntai doa terucap dalam hati
Semoga mengabulkan permohonan
Aamiin

Gie
16 April 2019
Pena langit di bumi pai

NYANYIAN PARA CALON

SEBENTAR LAGI
Foto : ilustrasi puisi
Dalam satu laga
Para kolega ber-elegi
Sukses yang gagal
Menang yang kalah
Mimpi yang nyata
Liga gagal dalam bilik pemungutan
Kasihan

Ada yang hanya di antar depan siloam
Ada yang di jemput oleh sumber waras
Ada yang di Tahan Bawaslu
Ada yang di bekuk KPK
Ada yang di tangkap oleh polisi
Ada yang tenang menyemangati diri
Ada yang duduk menunggu mati
Ada yang sedang belajar Undang-undang
Ada yang sedang belajar pakai dasi
Ada yang gerah memakai kemeja mahal
Ada yang tidur di pinggir trotoar
Ada yang sedang menulis puisi

Sebentar lagi
Sebelum pertiwi meringus payah
Bijih-bijih perutnya di gerogoti robot teknologi

Sebentar lagi
Setelah ikrar di depan mahkamah konstitusi
Aturan kembali di revisi
Limbah pabrik siap mengotori
Ikan-ikan punah akibat cemaran limbah

Sebentat lagi
Aktivis menagih janji
Setelah berkoar dengan orasi
Kita akan dapati amplop di bawah laci

Sebentar lagi
Rakyat kembali dikibuli
Jalan rusak jangan peduli
Yang penting hutan bisa di reboisasi
Setelah jagung di bagi gratis untuk petani
Kini pencitraan kembali ke persoalan erosi
Setelah daerah otonomi sendiri-sendiri
Pemerintah sibuk mencari-cari
Siapa yang dengan sudi
Menanam investasi
Untuk hasil bumi
Di kebiri

Ginanjar Gie
16 April 2019
Pena langit di bumi pai
Inspirasi pulau ular

INGAT MATI

Foto : ibu dok
Kehadiran maut merupakan isyarat bahwa kehidupan di dunia akan di lanjutkan dengan kehidupan yang Hakiki. Mautlah yang akan membangunkan manusia yang sedang terlena dengan kesenangan sementara, hingga paham bahwa kesenangan dunia adalah sesuatu yang fana dan yang akan memberi ganjaran siksa ketika berada pada fase pertanggung jawaban di dalam kuburan.

Kubur merupakan tempat kediaman, Tanah adalah tempat pembaringan, Cacing menjadi taman, Mungkar dan Nangkir sebagai sahabat yg menilai amalan, dan yang siap menjadi pemberi dan memperlihat segala sesuatu yang akan kita sdrapatkan setelah hari pembalasan di hari kiamat nanti.

Hari kiamat merupakan waktu yang telah di janjikan, yang akan datang tanpa manusia tau dan pasti akan meluluhlantakkan dunia dan segala macam isi dalam semesta. Sedangkan syurga dan Neraka merupakan rumah masa depan bagi setiap jiwa manusia..!

Maka dari itu, sesungguhnya hanya insan yang berakalah yang bisa memahami bahwa kehidupan yang hakiki adalah kehidupan sesudah mati setelah yaumil mahsyar atau yang kita kenal dengan hari pembalasan.

Jadi marilah kita mengingat bahwa Kubur dan akhirat merupakan dua destinasi yg mesti di tempuh oleh setiap insan, yang menjadi tempat dan hunian abadi bagi jiwa semua manuasia. Jadi Hanya dengan menunduk dan beramal ibadah kepadaNyalah yang mampu menyelamatkan diri dari kesengsaraan hany hakiki di akhirat kelak

#Coretan_Malam
Oleh ibu dok

JANJI LAGI : KITA HIDUP DALAM BUALAN ILUSI (Cobra Sahara)

Foto : ilustrasi puisi
Dalam naungan waktu
Wajah terpaksa di tata berkamusflase
Untuk sebuah senyum sinis
Dari manisnya senyuman
Yang di hiasi lesung pipi yang indah
Dengan gigi mentimun
Menata bahasa agar di nikmati
Kepercayaan tentu yang paling di harap
Meski diri sendiri tak mempercayai
Apa yang ia ucap sendiri
Muak dengan politik janji
Atas nama rakyat dan kesejahteraan
Namun kesejahteraan hanya milik kaum malam di dalam kamar prostitusi
Sementara di kolong selokan bau amis mayat tertimbun
Di atasnya trotoar tempat Pena Langit menulis syair
Berdoa agar simiskin dan preman jalanan punya kesempatan
Mendapat surga di dunia pun di akhirat nanti

Janji lagi
Kita mati dalam bualan ilusi
Menikmati satu bahasa pemanis di ujung bibir dan lidah kobra sahara
Sementara lemari baja sedang di bobol para penjahat elit
Kita sedang tak waspada
Menikmati buaian mimpi para pemimpi yang hendak ingin jadi pemimpin

Nb: politik_buta_hati
Gie
14 April 2019
Pena langit di kota tepian air

ilo_peta

KHATULISTIWAKU YANG MANIS

Foto : ilustrasi puis
Buana semakin tua
Kita tetap pada kungkungan semesta
Perlindungan anak hanya sebuah asa
Perawan terobek dalam satu adegan asmara
Dimana Bhineka berkuasa?
Warna yang kita tawar berbeda selalu dan harus dengan paksa
Dimana lagi Pancasila tertanam dalam jiwa?
Berbeda keyakinan masih saling mencerca

Keharmonisan dalam berwarga negara
Cita-cita proklamator tercinta
Namun politik milenial memaksa
Merumuskan sendiri tentang makna
Hak asasi terjual di ujung senjata
Bahkan berjenggot di cap teroris musuh negara
gila....!!!!!

Kiri di tuduh sosial komunis
Kanan di tuduh neoliberalis
Di ajak berdiskusi malah bilang sudah finis
Rasa optimis telah di rombak menjadi pesimis
Miris

Lihatlah dalam kacamata paris
Menara tinggi sang borjuis
Makin tinggi jadi tempat strategis
Menumpuk dada para feminis
Stadium lima kata para pakar psikologis
Yang kecil di luar garis
Ambil aja kartu sembako gratis

Katulistiwaku yang manis
Indonesiaku humoris
Negaraku yang makin narsis
Generasi ku yang makin miris
Tiris
Lalu aduk bumbu supermasi
Baris-berbaris menunggu terpanggil antri
Para calon raja saling tawarkan janji
Kartu sehat, kartu sembako, kartu gila, kartu maling, juga kartu polusi

Gie
14 April 2019
Ilo peta
Pena langit di kota tepian air

JIKA ENGKAU MERASA MISKIN MAKA MENIKAHLAH

Foto : Ilustrasi tulisan
Kisah ini berawal dari, ketika saya berkunjung ke karib dulu, kenalan waktu merantau di jakarta. Berawal dari pertemuan tak sengaja di sebuah minimarket yang ada Jakarta Selatan, waktu membeli akhirnya saya dengan teman lama yang akrab di panggil juang bertemu dan mulai bernostalgia kembali mengenang masa lalu waktu bersama-sama menimba ilmu di sebuah fakultas di Jogja.
"kamu dah lama di jakarta mas" tanya dia membuka percakapan di antara kami
"saya di Jakarta hampir setahun mas" jawab ku.
"tinggal dimana?"
"di cikini mas"
"oh iya, saya sering kesana, kalau jemput istri yang pulang kerja, dari stasiun manggarai ke cikini"
"oh ya??" dengan nada bertanya aku melajutkan pertanyaan, "emang mas tinggal di mana?"
"saya tinggal di daerah salemba mas" jawabnya lagi. Akhirnya setelah berbincang lama dan bercerita tentang masa-masa jadi orang akademisi di jogja kami pun berangkat menuju rumahnya ujang karena di tawarin sama ujang untuk berkinjung sekalian melihat buah hatinya yang baru seminggu lahir.

Berangkatlah kami menuju rumah mas ujang yang berada di salemba, laju roda empat di tengah keramaian jalanan kota yang tiap titik merupakan sumber petaka macet, yang sellau menjadi warna kehidupan masyarakat jakarta. Menyusuri jalan salemba yang padat oleh roda dua dan roda empat. Jam 20:23 akhirnya kmi tiba di sebuah rumah sederhana, namun mempunyai halaman luas. Di sebelahnya terparkir 4 unit mobil avanza, 2 unit Agia dan 3 unit feroza.

Kami berdua pun masuk kedalam rumah sederhana tersebut, terlihat seorang eanita cantik yang menyambut suaminya dengan senyuman ramah. Menyiapkan baju ganti lalu menyiapkan air putih seperti biasanya. Lalu seorang pembantu rumah tangga datang menawarkan dan menanyakan minuman apa yang mau di suguhkan padaku.
Minum apa Tuan?"
*Kopi Hitam saja mbak" jawabku
Sellang beberapa waktu, sang bedinde datang memabawa kopi hitam dengan setoples makanan ringan. Sambil menunggu mas ujang yang ganti pakaian. Aku menikmati kopi yang di suguhkan oleh mbak minem yang menjadi pembantu di rumah mas ujang tersebut.

"Sorry mas Gie, agak lama menunggu"
"iya gak apa-apa mas, santailah mas"
"Iya, sorry di suguhin makanan seadanya"
"Waduh, ini sudah lebih dari cukup mas, lagiankan silaturahmi tidak di ukur dengan makanan bukan"
"Iya memang mas Gie"
"Tapi kehidupan mas sudah meningkat jauh yah?"
"Alhamdulillah di percayakan oleh Allah untuk sebuah tanggung jawab yang sabgat besar ini"
"Iya juga, tapikan ini bukanlah sebuah hal yang mudah untuk di dapatkan Mas"
"Butuh perjuangan dan pengorbanan yang besar untuk mencapai ini semua mas"
"Iya mas, tapi tidak lepas dari doa seorang istri yang saleh kalau menurut yang biasa saya dengar"
"Jika engkau merasa miskin maka menikahlah"
"Maksudnya gimana mas?"
"Saya percaya dengan ayat tersebut dan saya meyaikini dan mengimaninya hingga yang Esa memberikan apa yang kita ingin dan yang kita butuhkan"
"Bisa ceritakan kepada saya b
Apa ayatnya dan bagaimana perjuangan nya mas"
"Bisa"
Bolehlah saya dengarkan sebagai motivasi hidup saya, karena saya lihat, berbeda sekali kehidupan mas waktu kita pertama kali bertemu di masjid waktu mas menjadi penjaga masjid dengan kehidupan mas ujang sekarang"

"iya jadi begini ceritanya :"

Ayat ini mungkin banyak sekali yang telah membuktikan dan menceritakan bagaimana   manjurnya khasiat ayat ini jika kita berpegang teguh terhadap apa yang menjadi janji Allah SWT dalam firmannya. Ini merupakan kebenaran dari Agama yang saya anut, untuk terus saya pegang dalam meraih kebahagiaan dunia dan juga kebahagiaan akhirat.

Di dalam (QS. An-Nur : 32) :
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Di dalam arti dan makna ayat tersebut, terdapat makna yang Ustadz saya uraikan "Jika engkau merasa miskin maka menikahlah." dari situ saya selalu memegang teguh kalimat tauhid tersebut hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk menikah.

Namun sebelum saya menikah, saya melewati banyak kisah dan peristiwa yang coba saya uraikan dalam tulisan ini. Saya mencoba menggagas tulisan ini supaya teman-teman, saudara-saudari yang ingin menikah namun merasa minder untuk kemudian menikah di karenakan keterbatasan finansial atau belum punya pekerjaan yang layak untuk menghidupi pasangannya.

Sungguh tak ada niat untuk menyebarkan aib atau memuji diri dalam tujuan menulis kisah ini, saya hanya menceritakan sebagian perjalanan hidup saya, agar mungkin kiranya teman-teman tidak menunda atau mengingkari apa yang telah di sunahkan oleh rasullah dalam sebuah riwayat :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮﻥ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺧﻠﻘﻪ ﻓﺰﻭﺟﻮﻩ ﺇﻻ ﺗﻔﻌﻠﻮﻩ ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ
ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻓﺴﺎﺩ ﻛﺒﻴﺮ

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi).

Menikah juga menjauhi kita dari keinginan berzinah, karena bagaimanapun ketika kita mulai masuk pada aqil baligh, mau tak mau, suka tak suka, sadar tak sadar bahwa nafsu syahwat remaja cenderung ingin melakukan hubungan intim.
Faktor biologis menurut para ahli mengatakan demikian. Menurut dokter Nugroho dalam satu artikel online di "detik health.", "Remaja ini organ seksualnya sudah matang, tetapi secara psikoseksual belum sehingga memperbesar kemungkinan melakukan perilaku seksual yang berisiko ataupun seks pra nikah,". Bahkan dalam hal ini, seorang remaja yang tidak terkendali oleh pemahaman agama dan ditanamkan ilmu aqidah yang sepadan maka cenderung melakukan masturbasi sendiri, hal itu juga di kemukan dokter Nugroho ahli spesialis andrologi dalam artikelnya
"Biasanya anak-anak menemukan sendiri  bermasturbasi". Saat itulah orang tua perlu menjelaskan kepada anak apa yang sebenarnya dia alami. Orang tua harus terbuka kepada anak dan sebaliknya, jadi orang tua sebaiknya menjadi teman anak-anaknya agar anak mau berkomunikasi secara terbuka,"

 Saya adalah seorang sarjana muda lulusan dari sebuah universitas jogja yang hidupnya pas-pasan dan tak ada apapun harta yang harus saya banggakan atau untuk sekedar mencukupi kebutuhan hidup dalam keseharian saya.

Saya adalah seorang sarjana muda yang tak lagi punya orang tua, saya yatim piatu, bahkan untuk kuliah dan mendapat gelar sarjana, saya harus banting tulang untuk membayar iuran SKS dan Pembayaran kampus lainnya.

Setiap hari setelah pulang dari kampus, saya menjual es cendol dengan gerobak milik seorang tetangga kos. Setelah sore, sekitar ba'da ashar saya pulang mengembalikan gerobak tetangga. Lalu saya pergi ke majelis untuk mengikuti kajian islam rutin setiap habis ashar sampai menjelang magrib. Bergelut dengan buku, mengikuti kajian-kajian islam adalah aktifitas keseharian saya.

Meski kehidupan yang serba pas-pasan dan harus banting tulang setiap hari, saya berusaha bertawakal dan yakin dengan janji Allah, sebab salah satu Sifat Allah SWT adalah tidak pernah berbohong dan tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya yang taat.  Dalam ayatnya Allah berfirman dengan tegas bahwa orang yang sabar akan diberi ganjaran Kemuliaan di sisiNya.

والصابرين في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka mengintegrasikan orang-orang yang benar (imannya), dan mereka menghubungkan orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah: 177].

Sebab itu, aku selalu ingin terus menjaga kesabaran dan ketabahan hati ini untuk tetap istiqomah di jalan-Nya, agar menjadi hamba yang selalu bersyukur atas keputusan dari takdir yang telah di tentukannya.

Setelah sekian lama aku berusaha dalam menggapai gelar sarjana ku, meskipun penuh perjuangan dan keringat untuk mendapat gelar itu. Dan pada akhirnya, di tanggal 27 september 2014 akhirnya aku yudisium dan seminggu setelahnya. Aku memakai toga dan di sah kan menjadi seorang sarjana.

Lalu aku mencoba beradu nasib di Ibu kota, aku mencoba mencari kehidupan dan penghidupan di tengah kejamnya ibu kota yang tanpa peduli memperdulikan orang-orang di sekitarnya.

Beberapa bulan setelah hidup di jakarta, namun tak juga aku mendapatkan pekerjaan. Aku akhirnya berada di ujung tanduk, uang tabungan makin menipis dan lowongan pekerjaan belum juga ada.

Hingga pada suatu hari di saat aku menyelesaikan kewajiban empat rakaatku saat matahari tepat di kepala, di masjid istiqlal kota jakarta, seorang imam masjid menghampiriku dan mengajak untuk duduk berdiskusi di beranda masjid. Hingga akhirnya ia menawarkan diriku kepada seorang gadis yang menitipkan tanggungjawab kepadanya agar di carikan calon imam yang baik untuknya.

"Aku telah melihat dan memperhatikanmu setiap hari, kau sangat taat kepada Allah, karena yang ku lihat kau selalu tepat waktu melakukan sholat jamaah di masjid ini.
"iya ustadz, semua yang ustadz lihat belumlah tentu itu adalah kebenaran, karena setiap perbuatan manusia hanya Allah Azza wazalah yang bisa menilainya."
"tapi bukankan setiap manusia punya hak untuk menilai orang lain?"
"memang begitu adanya, namun harus kita tahu, bahwa semua dunia itu semu, yang kita lihat sebagai permata dengan mata telanjang, tapi masih asa juga yang imitasi ketika di periksa dengan alatnya untuk mendapatkan kebenaran dari keasliannya."
"Tapi aku percaya kau untuk mendampingi dan menjaga keponakanku, karena dari perilakumu bahwa kau adalah sosok imam bagi wanita muslimah.
"Tapi pak." ujarnya sambil tak percaya bahwa yang telah di dengar olehku.
"Sudahlah, hargailah keinginanku dan hargailah aku."
"Insyaallah pak." jawabnya

Sesuai waktu yang telah di tentukan akhirnya kami pun menikah dan di nikahkan. Dengan mahar 1/2 gram cincin dan 250.000,- uang tunai, aku di depan penghulu mengikrarkan janji suci, dengan di saksikan oleh puluhan orang kampung setempat. "saya terima nikahnya niara binti mahmud dengan mahar seperangkat alat sholat di bayar tunai" jaeabku setelah wali nikah dari sang istri mengucapkan "saya nikahkan dan kaein engkau dengan anakku dengan mahar seperangkat alat dholat di bayar tunai". Setelah ikrar berpautan kedua saksi nikah serentak mengucapkan sah, dan di iringi oleh doa penghulu. Bahagia seluruh hadirin undangan yang menghadiri acara ramah tamah kami pun terpancar dari rona wajah tiap-tiap insan yang datang. Rahmat Tuhan dalam rahman dan rahimNya menguraikan kasih bersama sorak dan teriak syukur yang di lafazkan dengan kata Aamiin setelah penghulu selesai melafazkan Doa.

Di tengah kebahagian yang tengah asyik di nikmati, suara motor yang di paksa stater lalu ketika menyala, motor itu dengan suara besar dan berlari kencang keluar dari masjid yang membuat orang yang berada di masjid kaget, yang pada saat itu tengah asyik menikmati jamuan makanan ringan karena waktu telah masuk sesi istirahat, suara motor tersebutpun tak ada lagi yang hirau katena telah jauh dari kebisingan suaranya, katena mereka tengah berbicara, dan entah lagi ngegosipin mempelai wanitanya yang teramat cantik dan keberuntunganku yang bisa menikahi gadis secantik dia.
"Ah.... Sungguh bahagia tak terkira bagiku hari ini" ucap syukurku di dalam hati.

Setelah acara di tutup oleh "MC", para tamu undangan berhburan pulang dan kami dengan keluarga baru juga bersiap-siap untuk pulang kerumah, tapi bukan main terkejutku, ketika tiba di tempat parkiran masjid, kudapati motor yang baru seminggu ku beli tidak ada di tempat yang tadi ku simpan buat parkir. Tapi aku tak sesudzon itu, aku masih mencari siapa tahu aku lupamenyimpannya di tempat lain atau karena motor ramai dan banyak di tempat parkiran masjid, mungkin saja motorku di pindahkan oleh orang ke tempat yang lain karena motor yang memarkir paling belakang, supaya mereka bisa juga mengeluarkan motornya. Namun setelah berkeliling mencari dari ujung ke ujung masjid, kudapati kehampaan yang sesak, motor yang ingin ku jadikan sebagai alat untuk mencari modal ternyata telah hilang.

Sesak itu hadir, dan kudapati istriku datang memeluk dan mengusap bahuku dengan perkataan lembut yang membuat pikiran sedikit tenang.
"Yang sabar sayang, Mungkin Allah punya rencana lain dalam episode kehidupan dan garis tangan takdir yang harus kita jalani dalam menjalani bahtera rumah tangga ini."
"Terima kasih istriku"
"Terima kasih Ya Allah telah memberikan sesosok bidadari yang penuh perhatian dan kelembutan hingga aku yang tengah dalam kegelisahan ini menjadi tenang dengan kelembutan kata-kata dan belaian kasih sayangnya" gumamku.
"Ia suamiku sama-sama  mari kita pulang, mama papa menunggu untuk pulang"
"Ayo kita pulang" ajakku pada istriku.
Kami pun pulang dengan di gonceng oleh sanak saudara istri karena tidak punya lagi motor untuk menggonceng istriku.

Perjalanan panjang dengan hidup yang di selimuti kata miskin menghantui, tak ada pekerjaan dan motor hilang adalah cobaan Allah padaku tak membuat aku berpaling dariNya, justru aku semakin percaya bahwa ini adalah ujian untuk mencapai sebuah kesuksesan karena ada pepatah mengatakan "Di balik kegagalan kecil selalu tersimpan dan terselip kesuksesan besar"

Mas ujang kembali menyeruput kopi yang di bawakan oleh mbak minem, lalu melanjutkan cerita awal kesuksesannya padaku. Aku yang sedari tadi menyimak dan berusaha mengingat semua kata-kata yang di ucapkannya. Sambil menyerut kopi yang mulai dingin, dan membakar rokok yang ku mintai ijin sama mas ujang, karena mas ujang di samping menjadi pengusaha rental sukses dia juga tidak merokok.

"selama berbulan-bulan saya bersileweran mencari dan terus mencari pekerjaan namun tidak ada, karena pada saat itu terjadi pembengkakan ekonomi nasional hingga menyebabkan perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya. Akhirnya saya memutuskan untuk meminta kepada istri saya untuk di gadaikan emasnya untuk modal"

Lalu saya pun pergi ke pegadaian untuk menggadaikan emas pemberian orang tuanya kepada istri saya, karena memang soal harta dan benda-bebda berharga seperti itu. Dengan perasaan yakin untuk membuka usaha dan tekad yang kuat akhirnya saya beranikan diri menggadai benda kesayangan istri ku tersebut.

Setelah mendapat modal sebanyak Rp. 1.750.000,- dari hasil gadaian emas istri di pegadaian, akhirnya kami pun bersepakat untuk membeli gerobak somai dan membuka usaha dagang somai keliling dengan gerobak. Kebetulan istriku jago dalam hal membuat dan membikin somai, akgirnya kami pun memulainya dengan penuh tawakal dan mengucap bismillah. Kami membuka usaha dagang kecil tersebut.

Berjalan dua tahun, akgirnya kami bisa membeli motor dari hasil jualan somai tersebut. Kemudian kami membuka warung somai di depan kontrakan dan membayar satu karyawan untuk membantu karena pada saat itu, istri saya sedang hamil tua. Seiring berjalannya waktu dan sekitar 3 tahun kami buka cabang di ousat pasar, lalu akhirnya kami mencoba untuk sebuah cabang usaha yang besar, alu kami membeli sebuah tanah lapang ini. Sebelum di romvak menjadi garasi mobil semuanya dulu kami sempat membuka warnet dan juga rental PS. Namun karena kebetulan saya punya banyak kenalan dengan bos-bos besar dan teman-teman tersebut di usulkan oleh teman-teman saya untuk mengkredit mobil untuk di rentcar. Dan alhamdulillah kami hidup dari hasil dari mobil-mobil tersebut.

Malam telah larut, sekitar jam 3 pagi. Tak terasa karena asyik mendengar cerita kesuksrsan seorang penjaga masjid yang telah menjadi bos rentcar di wilayah jakarta pusat tersebut. Akhirnya kami menutup pembicaraan dan aku berpamitan pulang, karena jam 7: 00 harus standby di kantor.


Gie
13 April 2019
Pena langit di kota tepian air

ADIK-ADIKKU BACALAH AL-QUR'AN

Foto : ilustrasi puisi
Alunan lagu bersenandung di sebuah rumah
Hingga bulu setiap telinga yang mendengar berdiri bersama tartil yang sempurna
Fatimah Binti Khatab sedang terpada bersama sa'ad bin zaid di dalam kamar
Lalu Umar datang bersama kebengisan pedangnya
Hendak membunuh sang adik yang telah mengkhianati kaumnya sendiri
Namun potongan kalimat suci yang selalu di jaga oleh langit tak menghendaki umar untuk membunuh fatimah bersama adik iparnya
Umar bahkan berikrar salawat ketika mendengar alunan potongan ayat suci yang di bacakan oleh fatimah

Puisi-puisi yang di lantunkan meluluhlantakkan makna Umar
Hendak membunuh namun kebengisan hati mampu di lunakkan oleh huruf-huruf suci
Kedangkalan iman umar mampu tercerahkan oleh lantunan syahdu
Demikianlah indah dan saktinya Al-Qur'an
Maka bacalah adik-adikku

Adik-adik ku
Ayat pertama telah memerintahkan sang baginda Syaidina Muhammad untuk membaca
Al-alaq adalah jalan untuk pengetahuan adik-adikku
Maka bacalah atas nama Tuhanmu

Bacalah
Ayat-ayat Alquran itu terasa indah menggetarkan hati
Menyejukkan jiwa
Menentramkan segala pikiran kacau

Saat kau latunkan dengan nada Tartil
Dengan Makhroj hurufmu yang Begitu fasih
Juga Hafalanmu yang begitu mengesankan hati

Duhai Adikku
Pelajarilah AlQuran Karena Allah
Mencintainya juga karena Allah
Dan Hafalkan juga untuk Allah

Sebab, Kenapa?
Karena Dia yang mengizinkanmu mampu menghafal

Aduhai Adikku…..
Al-Quran itu tinggi derajatnya
Dekatilah dan berteman dengannya
Jangan pernah berteman asal-asal saja
Sebab Dia takkan rela menggiringmu keNeraka

Aduhai Adikku....
Hiasilah Dunia ini dengan Syair-syair indah Allah
Terangilah Dunia ini dengan cahaya Al-Qur'an
Lengkapilah ilmu pengetahuamu dalam memahami isi Al-Qur'an

LUAPAN EMBUN KASIH

Foto : ilustrasi puisi
Aku ingin dirimu manjing dalam satu kata
Cinta yang aku tawar pada satu satu isyarat
Memegang teguh satu kata
Atas sejumput prahara yang menyerang
Menantang lautan matamu

Mayat-mayat nista jangan tautkan
Sebab jiwa telah lama mati dalam diam-nya mata waktu
Terenggut butir demi butir luapan embun kasih
Menerima phobia dalam mencoba
Semoga samudra kasih tercurah pada kerontangku

Ikhtisyarku
Pacakmu
Mengajakku
Melewati buas samudra hantu pada matamu
Mata-mata mematai
Phobia masih bergeming
Ingin tak mengulang
Jauh ingin menjadi
Dilema

Seraut wajah dalam maya
Memberi bubuhan aksa pada imaji
Bertautku pada lentera
Lilinku sunyi tanpamu
Akulah jelmaannya
Ikhlas hilang dalam sebuah keheningan
Demi satu cahaya jalanmu
Penghambaan
Majazi

Mukhlisku
Memberi tanpa jawab
Memintamu sangat jauh
Sebab jarak adalah kata pasti
Bagiku juga cintamu
Hampa

MIMPI RAHMAH

Foto : Rahmah
Menjadi-jadi
Sejak kecil ingin membangun bangsa
Keadilan di tegakkan dalam sistem
Harus
Tegak se - tegak-tegaknya

Mimpi Rahmah
Hendak merubah rakyat pada sri asri
Merombak semua pragmatis pada jiwa rakyat
Demokrasi yang merata
Terbasic ilmu pada setiap kepala
Intelektual dalam memilah
Memilih yang mampu
Menyampaikan inspirasi juga aspirasi
Harus
Di terapkan dalam dada rakyat indonesia

Burung menangis dalam mimpinya
Kicaunya melantunkan sebaris doa dalam tangisan
Terbang tanpa tau arah
Menuju timur menuntut ilmu
Dalam kesepian burung tetap bernyanyi di tiap pagi
Tersudut di ujung timur nusantara
Mimpi harus tetap terbeli sesuai impi
Asa harus terbang menjumpai lazuardi
Menggapai biru yang sejati
Warna ku dan warnamu harus sama
Bijak dalam segala warna

Mimpi Rahmah
Terbeli oleh rasa
Ingin sekali
Namun
Kacau semakin merapat
Mendekap dalam nafas Demokrasi
Kongsi dagang konglomerat membunuh
Kapitalisasi semua istansi

Mimpi Rahmah terhampa
Terhambat
Bekrkatanya dalam hati
Aku belum mati
Hanya saja sebentar terhenti
Untuk sebuah konsolidasi
Menunjukkan pada negeri
Bahwa aku memang layak duduk diatas kursi
Singgah sana para elit
Lihatlah
Akan terbukti
Nanti

Revolusi belum jadi
Menunggu seseorang meminangnya menjadi istri
Akan terbit semua orasi kiri
Semua sajak berbunyi dalam puisisasi
Jalan silahkan menjadi saksi
Sebab kami akan merubah wajah negeri
Paradigma indonesia yang masih tetep berdikari
Kami hadir untuk para buruh, nelayan dan tani
Untuk kesejahteraan dalam mimpi
Pasti

Gie
12 April 2019
Kamar kos penembakan
Pena Langit di Kota tepian air

HIJAU TETAP HIJAU

Bangkitlah hijau hitamku
Selamat pagi
Salam kopi
Cerita ini hari
Turun ke sawah petani
Rerumputan di pematang sawah pak madi
Ingin tumbuh bersama sang padi

Tak elok
Hijau tetap hijau
Satu warna tak satu pikiran
Parasit tetap di luar
Tak indah hijau yang akan menguning kemudian menghitam
Hilang di rampas parasit-parasit buta
Pergi saja

Kita sekandung
Tidak dalam satu kandang
Kau hijau yang indah
Aku hijau yang elok
Kita sama-sama indah
Tapi itu hanya terlihat di balik senyum sinis
Ambisi menguasai mengalir dalam darahmu
Sedang aku
Ingin berliterasi
Agar indonesia maju
Merubah paradigma untuk membangun negeri
Untuk kita tunjukkan pada dunia

Gie
11 April 2019
Kamar kos penembakkan
Kota tepian air

SEBAB MEKARMU HANYA SEKALI

SAJAK GADIS SUCI
Foto : ilustrasi puisi
Suara gaok di atap rumah
Seorang ibu masih terlihat belum sadar
Terjatuh saat mendengar berita
Seorang anak sedang hamil muda

Aduh

Siapa ayahnya?
Jaddah
Jawab hati yang sedang miris
Menatap ironi jaman kini
Moral telah kritis
Hamil luar nikah jadi idaman hati

Seorang gadis terpasung
Dalam kamar ia gegaok
Meratap menunggu jawab sang penista
Memasang kelamin tanpa kasih
Pada perawan yang terenggut
Malam pertama hilang dalam satu pertemuan
Hangat malam hening
Kamar kosong tanpa penghuni
Kasihan ibu pertiwi
Tanah ternista oleh air mani

Kembali
Ingin bunuh diri
Namun rahim tak kosong lagi
Dua nyama terenggut dalam satu tragedi

Berpikir dua kali
Lebih baik yang belum lahir korban peristiwa ini
Jadilah darah berceceran di malam sepi
Bayi suci kini telah mati
Gadis manis yang sudah tak suci
Membunuh dengan aborsi

Sajak gadis suci
Yang terenggut perawan oleh bualan janji
Terpasung dalam mimpi-mimpi
Sementara sang kekasih telah pergi
Hilang setelah menikmati
Indah dan harumnya melati

Melati layu dalam buaian mata keranjang
Hilang di atas ranjang
Dengan nafsu garang
Singkirkan keindahan sarang

Sayang

Sebab mekarmu hanya sekali
Mekar merekah telah hilang dengan satu mimpi
Di persunting untuk menjadi
Istri terkasih kini hanya korban janji
Kepastian tanpa pasti
Harus ada yang mati

Adab biadab

Gie 10 April 2019
Kamar kos Penembakan
Pena langit di kota tepian air

KATA-KATA HAMPA

Foto : penulis sedang membuat lampu tidur
Aku bukan perangkai kata
Tapi aku hanyalah pengagum aksara
Kata-kata ku hampa jenderal
Aku tak mampu berimaji dalam prosamu
Aku adalah makna yang tak dapat ku artikan
Aku adalah diriku yang dalam kehampaan
Aku adalah ketiadaan

Aku bukan tuan bagi diriku
Pikiranku tak tertandingi oleh imajiku
Aku liar dalam semua warasku
Aku adalah sesuatu yang tak bisa terkendali

Aku masihlah waras
Namun kewarasnku bukan untukmu
Tidak juga untukku
Namun hanya untuk maknaku
Makna puisi yang tengah ku rangkai
Untukmu
Juga hatiku

Belum ada judul #masih amburadul

Jatuh cinta adalah sesuatu yang wajar bahkan lumrah, namun untuk memberikan cinta yang benar-benar tulus atau yang di sebut dengan cinta sejati adalah hal yang paling rumit dan sulit, sebab kepastian dalam menjlaaninya sering kita jumpai kebanyakan dari srtiap insan selalumemikirkan akal rasio dari pada memikirkan apa yang di rasakan oleh hati, lalu bermunculan ribuan petanyaan apakah itu cinta?
Banyak yang coba menjawab dengan bentuk peryanyaan juga.
"Apa itu cinta? Apakah hanya sebatas letupan rasa di ujung netra yang menelanjangi raut dan kemolekan postur tubuh lawan jenis?"
"Apa itu cinta? Apakkah dua kedipan mata yang salaibg bertatapan dengan senggama tangan yang bercengkrama di sudut malam dengan kesepian yang mencekam lalu menelanjangi imajinasi pada satu frasa surga?"

Sebenarnya apa itu cinta?.

ementara kita menunggu cinta yang akan di mulai, tanpa kita sadar itu adalah akhir dari penantian karena mereka telah dimiliki oleh pemilik. Cinta itu telah hilang bersama penantian kita yang tak mau mengutarakan dan mengungkapkan cinta yang kita punya terhadap orang yang kita inginkan.

Tak ada sesuatu yang bisa hadir dan datang tanpa ungkapan, sebab bagaimanapun cinta harus di ungkapkan dan wanita butuh itu, yaaaa... Butuh kepastian terhadap seorang pria yang mau mengatakan langsung dengan lantang yang menjejal di telinganya. Wanita butuh kepastian, wanita butuh pria yang jantan, sebab itu bijaklah dalam mencintai seorang wanita, karena mereka adalah hal terumit dari segala soal. Mereka adalah pemusnah logika filsafat, penghapus rumus fisika dan pembunuh rumus kimia, sebab mereka selalu lebih rumit dari segala rumus yang di ciptakan oleh para ahli ilmu pengetahuan. Mereka adalah Rumusan masalah yang tak punya sokusi dalam mencari kodrat dan hakikatnya, sebab mereka adalah rumusan Tuhan bukan rumus sains dan IPTEK.




JANGAN BILANG : KITA AKAN HILANG

Foto : Bupati Bima
Tanah subur dalam segala macam dedaunan
Tumbuh dalam adat yang saling peduli
Menasehati lalu saling membantu
Musyawarah dan gotong royong
Cerita masa lalu
Dalam dongeng sebelum tidur
Tanah tempat pijakan mantan perawan
Kini menjadi janda ganas dalam mengais rupiah
Puas-puaslah rakyat yang masih rindu akan kegilaan

Maja Labo Dahu kini jadi boikot jalan dengan palang
Ngaha aina ngoho kini jadi subsidi bibit jagung
Nggahi rawi pahu kini jadi hutan-hutan tumbang
Kemana kita harus pulang?

Tiada Rumah tanah kita sedang lapang
Tanah ombak kini jadi gudang
Para elit kini jadi dalang
Kita rakyat malang
Jangan bilang
Kita semua Hilang
Tak ada suara lagi di jalanan
Mimbar jalanan kini di pinjam partai politik
Elektabilitas kepetingan pribadi prioritas ideologi


Sarjana Hukum kini jadi Kepala Dinas Kominfo
Sarjana Pendidikan kini jadi Buruh di pasar
Sarjana tanpa bejana
Bukankan izasah telah ada?
Hahaha dongengin aja K dua
Mereka adalah orang suka bekerja
Meski tidak punya gaji untuk sekedar membeli pulsa
Salah siapa?

Buta huruf 
Buta mata
Buta hati
Punya mereka
Bukan aku
Apalagi kita
Karena kita telah menjadi kami
Yang terhianati setelah bilik suara di peroleh
Jangan bilang
Kita akan hilang


Gie
09 April 2019
Pena langit di kota tepian air

KOLOSAL RASA

Foto : Ibu Doktor (Sang Inspirator)
Terpisah dalam bentala
Petala yang tak mampu di lipat
Terkam bengis tak mampu tertepis
Tajam yang menyayat dalam
Jauh antara antero dan jagat dimensi surga
Kolosal rasa yang tak mampu tertera
Dengan kata apa yang tak tau bagaimana
Pada haru kasih Tuhan yang wanginya tak tercium

Untuk kekasih hayalku
Yang hadirku bukan apa dan siapa
Memagari tidurmu dengan do'a
Agar kau selamat dalam perjalanan jauhmu

Sungguh

Merangkul langit inginku
Mengutuk matahari bukan aku
Merawat bulan citaku
Meredam luka hidupku
Menghapus ego nuraniku

Namun

Kata-kata ku tersendak
Kalimatku hampa
Aku tak mampu berucap
Hanya intuisi yang ku rangkai dalam puisi
Mampu ku untuk menguntai
Setelahnya
Aku tak lagi punya
Tenaga dan kekuatan untuk menggerakkan
Segala aksara adalah ketiadaan
Dan
Aku bisu

Suatu apa yang hendak tertanya
Hilang akal dalam menjawab
Pikiran tanpa arah kemana
Kini semu mati terjerambab

Kemana apa aku siapa
Rasaku adalah mata tanpa kata
Kelana kala senja
Mengejar gelagat silau lentera
Bermunajatku Pada semesta
Hadirmu yang sementara
Jangan lagi memberi luka
Sebab hati telah lama kenyang dengan sayatan cinta

Salam malam dalam kelam
Mengusikmu dengan kalam
Semoga kau dapat mengkhatam
Segala luka yang telah lama ku pendam
Agar tak lagi kau buat legam

Semoga engkau adalah Doa
Yang terucap oleh semesta
Saat mendengar ratapan hati
Pada jiwa yang telah lama sunyi

#pengagum buta
Gie
09 April 2019
Pena langit di  kota tepian air

MIMPI SANG AKTIVIS

Foto : Aktivis Inspirasi
Aku belajar dalam sunyi, memahami dilema-dilema manusia yang mendekap dan memeluk tubuhnya sendiri demi bisa berpikir menyikapi segala persoalan yang ia hadapi. Dilema dalam sunyi memberi isyarat hati agar tetap tenang dan tetap mengenang di setiap inci arah putaran jarum jam yang kita lewati, memahami semua, merangkai semuanya menjadi sesuatu yang bermakna meski itu hanyalah sebuah ilusi belaka yang tak pernah tenang ketika tersentak dalam kesadaran dimensi sendiri.

Sementara bagi para filsuf langit, mereka berdilema dalam satu fase pertapaan sunyi, membezakan semua yang hak dan yang batil, memaknai semua skenario langit, yang kemudian mereka wakafkan tubuhnya pada penghambaan yang hakiki, dan menjadi majazi sejati pada Tuhan dan keyakinan yang mereka yakini.

Bukankah Kita adalah orang-orang yang berjalan di luar nalar manusia, kita tak mengikuti pandangan siapapun, namun kebenaran yang kita anggap benar adalah jalannya jalan yang harus kita tempuh.


Ah, mimpi kadang tak indah jika sudah terbangun dalam pelukan tempat tidur. Kita adalah pemimpi untuk mencapai hal yang sama bukan? Bermimpi melihat Nusantara jaya dalam segala hal yang akan menjadi cerminan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia?

Ya.... Seharusnya kita adalah orang yang akan sangat bahagia, tanpa harus melibatkan lingkaran hitam yang ada di setiap mata kita, karena tidak tidur karena menahan pilu dalam rindu. Menjejali malam dengan sumpah serapah yang mematikan malam tanpa kehadiran sang terkasih ketika rasa ingin bertemu itu hadir di dalam hati dan pikiran kita.

Seharusnya masa depan kita adalah cerah, sebab tak saling memikirkan antara satu sama lain,  yang kian membuat kita buta. Tapi kita lebih memilih untuk tetap pada satu pendirian yang meyakini bahwa kita berjodoh namun doa kita belum terpaut dalam tangan Tuhan yang akan menyatukan kita. Kita memilih untuk saling bercinta dengan teori-teori dunia yang memecahkan kepala, lalu berdiskusi di atas meja kedai kopi sambil mengisap batangan rokok yang mungkin kita bagi satu sama lain dalam satu batang.

Seharusnya kita sadar kita adalah garda terdepan Bangsa yang akan membawa perubahan bangsa kita kepada arah pembaharuan yang lebih maju. Memikirkan setiap gerak dan geopolitik dan kestabilan Negara, pun jua keamanan dalam kancah dunia. Namun kita terlalu sibuk memikirkan hal-hal besar untuk berlangsungnya umat manusia dengan penerapan juga penyatuan teori-teori barat dan timur agar terpadu dan terciptanya keseimbangan informasi, sehingga dalam penerapan wacana untuk kemajuan peradaban mampu kita langsungkan dengan sebuah pergerakan pada mimbar jalanan.

Seharusnya masa depan kita selalu dan akan cerah, menuai mimpi dengan penyatuan hati pada satu cita dan cinta yang akan di saksikan oleh para petani. Kita berdua dalam satu altar mengikrarkan satu janji suci di depan para wali. Bercerita tentang perjuangan kita masa lalu sambil menanam benih-benih padi di sawah, lalu berjalan bergandengan tangan di pematang sawah hingga para petani lain cemburu melihat kita.

Seharusnya pernikahan dan masa depan kita  tak serumit jaman ini, tak perlulah kita memasang pelaminan yang megah, juga memboikot dan memblokir jalanan kota dengan tenda, tanpa memikirkan hati para pengguna jalan yang getam karena pesta kita mengganggu perjalanannya.

Seharusnya pelaminan kita adalah padi yang menguning, yang menjadi bunga pengantin atas restu alam pada mimpi kita. Dan Seharusnya kita adalah dua hati anak petani yang akan bermadu kasih di atas pematang sawah setelah para petani memberikan doa restu pada upacara sakral kita.
Seharusnya kita
Semoga

Gie
08 April 2019
Pena langit di ujung senja

JIKA SESUATU BUKAN SESUATU

Foto : penulis
Adalah jika sesuatu bukan bumi
Adalah sesuatu bukan matahari
Adalah jika sesuatu bukan bulan
Adalah jika sesuatu bukan planet
Adalah jika sesuatu bukan kita
Adakah lagi yang akan kita kenali?
Kita terkungkung dalam satu bait kolosal
Zigot mati tertimbun tanah di bumi
Matahari hilang cahaya di terpa api
Planet berhamburan ingin pergi
Kemana kita berpangku
Kita tak pernah sampai pada satu
Kenikmatan murni ada pada jasad semesta
Lalu kita akan berkata masih belum, atau sudah tidak?
Bukankah kelahiran adalah dari ketiadaan yang ada? Lalu kenapa kehadiran selalu menjadi sakit ketika perjumpaan berada di ujung kata pulang yang tak akan kembali?
Bukankah bumi, matahari, dan ribuan penghuni galaksi adalah milik semua pemilik?
Lalu apa hak kita memaknai pemilik dengan penentuan?
Tidak.....!!!!!!
Kita adalah sesuatu yang fana
Dan yang abadi adalah keberadan

Gie
07 april 2019
Pena langit di kota tepian air

RINDU YANG TERBENTANG DI ATAS LANGIT

Foto : Rena
Wahai rindu yang membentang di atas langit yang tak bertepi
Kuingin menggapai dirimu di atas sana
Ku terbangkan apolo-apolo kepastian tuk menggapai hatimu yang tak bertiang

Betapa
Pun hati ini telah terpaut oleh sosok yang bersemayam dalam jiwamu
Ku ingin merajut dua kalimat dalam satu kata untuk aksara-akasa butaku
Untuk semua intuisi yang menghadirkan raut wajahmu dalam pikiranku

Matamu multatuliku
Aku kerontang dalam syahadat cintaku
Aku terkulai layu dalam binar matamu
Aku tergores hatiku ingin merangkulmu
Aku ingin kau jadi bagian dari diriku

Tatapan matamu membentur dinding kalbuku
Terasa ada gemuruh yang tak mampu terelakan
Dalam hatiku yang ingin berontak menerjang untuk pergi merangkulmu
Namun didi diriku tak sanggup melakukannya

Ratapan kasihku pada sosokmu
Sosok yang sekali bertemu namun menyimpan sejuta kenangan
Kenangan pada binar matamu yang indah
Yang memenjara jiwa bebasku untuk tetap terkungkung di bawah majazi oleh senyummu

Rangkain kataku tak mampu menerawang
Sedalam apa endapan terpendam dalam hatiku yang inginkan dirimu
Namun yakinku
Aku sudah tak tau lagi diriku
Sejak aku menatap matamu
Aku mati dalam hadirmu

Gie
TAMAN AMAHAMI
06 April 2019
Pena Langit di kota tepian air


MENULISLAH MAKA ENGKAU AKAN ABADI

Foto : 2LBC (Tule Baca)
Lintas Literasi Bima Comunity
"Belajarlah menulis sampai kau lupa kapan waktunya  harus berhenti menuangkan guratan aksaramu di atas kertas" Gie

Mengapa harus "Nulis?" karena setiap orang setidaknya harus menanam sebatang pohon, memiliki anak atau menulis sebuah buku agar abadi. Ketiga hal tersebut akan melampaui batas usia kita, memastikan bahwa kita tetap di kenang. Kata di atas diucapkan oleh seorang pejuang revolusioner sekaligus penyair, "Jose Marti." dan kata tersebut sudah di setujui dan itu mewakili kesepakatan banyak orang, bahwa buku diciptakan supaya kemanusiaan tidak lenyap begitu saja.

Memang dengan adanya buku, pikiran dan gagasan seseorang akan selalu di kenang. Manusia dari zaman ke zaman dapat terus menikmati kehadiran seseorang melalui ide yang tertulis di buku. Bahkan dalam sebuah peribahasa Latin di kenal dan sudah tidak asing lagi di telinga kita tentang bahasa ini, "Verba Volant, scripta manent" yang artinya : "Kata akan melayang pergi, sementara tulisan tinggal menetap".

Menulislah maka engkau akan abadi dan di kenang oleh sejarah meski pun kau tak punya keturunan yang akan meneruskan nama sekte dan gelar garis keturunan, tapi dengan buku semua itu terlampui. Tentunya tulisan dan pernyataan ini mempunyai rujukan yang jelas, karena kita hampir semua tahu bahwa "Tan Malaka" dan Penyair terkenal kita "Kahlil Gibran", tidak pernah menikah dan tidak punya keturunan, namun melalui karya tulisan dan pikiran-pikiran indahnya. Maka nama mereka tetap abadi sampai sekarang bahkan di gunakan dan di sebut di setiap ada pertemuan dan diskusi forum ilmiah.

Jika kita hanya mengandalkan teori dan kata-kata saja tanpa mengabadikan pikiran tersebut dalam sebuah wadah yang bernama kertas atau dalam milenial ini kita sebut dengan kertas putih bening yang bernama layar LCD Hand Phone (HP), maka pikiran itu hanyalah pikiran tanpa arah dan tujuan yang akan terurai dan ter-erupsi oleh waktu laksana banjir bandang yang membawa sampah-sampah ke laut ketika banjir bandang datang pada satu wilayah atau daerah.

Budaya menulis di Indonesia masih sangat rendah, dukungan pemerintah kepada penulis juga sangat kurang bahkan bisa dibilang tidak ada. Padahal, menulis itu sebuah pekerjaan yang sangat penting dan sangat di butuhkan agar ada keseimbangan informasi yang di dapatkan di dalam bernegara dan berbangsa. Kita bisa melihat Sejarah dan bisa ditelusuri dan dipahami juga karena adanya bukti tertulis dalam prasasti-prasasti yang ditemukan. Juga coba kita lirik kembali bagaimana sejarahnya Tan Malaka, Kahlil Gibran dan banyak lagi yang lainnya. Kedua tokoh tersebut di atas sengaja di ambil sebagai sampel dan di sebut berulang kali dalam tulisan ini karena mereka adalah orang yang abadi namanya dalam menulis meskipun tidak pernah menikah ataupun punya keturunan untuk menceritakan kehidupannya, namun melalui pikiran dan tulisannya, para lingkup intelektual masih saja gencar membahas dan menceritakan sejarah mereka. Ini adalah bukti bahwa menulis adalah bagian dari cara kita mengabdi dan mengabadikan diri terhadap generasi dan sejarah.

Budaya literasi di Indonesia sekali lagi belum memenuhi standar baik itu mutu, baik itu dukungan, baik itu kualitas, baik itu kwantitas dan sebagainya. Terlebih lagi minimnya pendidikan dasar yang di terapkan,dan juga jurangnya komunitas atau sanggar sebagai wadah yang akan mengapreseasi pikiran dan karya para penukis pemula, sehingga sadar atau atau tidak sadar hal itu telah membunuh kemauan dan semangat penulus pemula, sebab minimnya perhatian pemerintah yang mendongkrak juga menyambut kreatifitas dan kemampuan generasi dalam budaya literasi.

Negara lain, tidak udah disebuah sebagai negara maju, karena semua negara sama saja, tidak ada itu negara maju atau negara berkembang, semua negara punya cita-cita sama dan berlomba menjadi negara yang baik di mata rakyatnya dan di mata dunia. Kembali lagi kepada literasi, pemerintahan di negara lain banyak yang sudah memiliki lembaga yang khusus menangani masalah buku, penulis atau sebut saja sebagai literasi. Negara tetangga kita saja, memiliki dewan buku, kerjaan mereka jelas, membantu penulis-penulis untuk menciptakan buku-buku yang bagus. Buku bagus itu yang bagaimana? Buku bagus itu yang ditulis dengan hati senang, ditulis dengan tenang, artinya penulis mendapatkan dana riset, dana penelitian, uang kopi, uang listrik, uang makan dan tetek bengeknya, emang nulis nggak perlu biaya?

Standar hidup penulis di Indonesia tidak tinggi-tinggi amat kok, penulis Indonesia ini hampir semuanya sederhana, standarnya juga simple, ketika penulis keluar rumah anak dan istri di rumah tersenyum, itu saja standarnya. Walapun profesi penulis belum bisa dijadikan sandaran hidup, tetapi banyak penulis yang berani mengambil keputusan dan sikap, sebagai penulis full time, tidak menjadikan penulis sebagai sampingan. Resikonya? Resikonya tidak ada asalkan bisa mengatur management, kapan penulis dapat uang, kapan penulis mengelola uang dan kapan penulis harus memikirkan untuk mendapatkan uang lagi dan lagi dari tulisannya.

Jangan mengandalkan satu titik, fokus boleh hanya pada buku, tetapi cobalah merambah dunia literasi lainnya. Oh ya, apaan sih literasi itu? Ational Institute for Literacy, mendefinisikan Literasisebagai "kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifatnya yang "multiple Effect" atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian. Buta huruf, bagaimanapun, adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik terutama kesadaran masyarakat indonesia yang berdemokrasi. Sebagaimana yang di ucapkan oleh pengamat politik Indonesia dalam acara ILC " Infrastruktur tidak membangun Demokrasi, karena Demokrasi itu adalah jalan pikiran bukan jalan tol" maksud yang di tanamkan disana ialah budaya literasi atau kebiasan membaca dan menulis serta intelektual yang rendah maka akan menyebabkan masyarakat demokrasi yang apatis dan tidak mau tau tentang stabilitas Negara dan akan ada kecenderungan terhadap praktik money politic.

Untuk kesekian kalinya, mari kita menulis dan menulis agar indonesia maju dan oubya warna baru dalam sejarah, agar terlahir generasi milenial yang mampu bersaing di kancah sastra bahkan keilmuan di tingkat dunia

Ginanjar Gie
Taman Ama Hami
Kota

HARUS MERDEKA

KITA MAPERA
Foto : Masa aksi penuntut Hak Asasi
Surga yang terpintal cahaya
Tertelanjang oleh peluh peluk perkosa
Hilang nilai adab semesta
Langit menangis di atas pangkuan prosa

Asta kalimat telah tertoreh
Singkaplah semua semu oleh-(oleh)
Kata-kata majusi kembali tertoreh
Unjuk tunjuk siapa yang sangat boleh

Aduhai kalimatku tercekik
Si sakit gila terisak pelik
Kalimat mu adalah pacak
Sangat sakti bak penulak balak
Bagai bajingan tengah memalak
Buas dan ganas sangat galak

Sang merak
Yang lagi marak
Bagai burung gagak
Datang memberi ketakutan pada jarak
Hentak
Gertak

Suara sayu terdengar serak
Mimbar jalanan memulung sorak
Siapa sangka kalah menelak-telak
Kata yang tertinggal hanya cerita usang sang jalak

Tragedi..!!!!!
Bangsa yang memendam ribuan misteri
Mitos-mitos lama masih tercitra rapi
Sastra-sastra ibu kota ingin di jamak kembali

Yaaaaaa

Kata-kata yang tersusun rapi
Bagi buku dalam rak perpustakaan pasai
Indah dan dalam bagai alam mimpi
Literasi kiri
Kepalan tangan kiri
Melawan tirani
Ploretariat melawan borjuasi
Merdeka atau mati
Ucap sang orator di ujung orasi

Hahahahha

Ternyata memang adalah mimpi
Tempat nujumnya para borjuasi
Kalembo ade ibu pertiwi
Kami masih berjuang untuk ini
Untuk kemerdekan bagi setiap hak asasi
Bagi setiap warga NKRI
Kesetaraan hak untuk bernapas lega di atas negeri

Negeri tercinta 
Indonesia Raya
Nusantara
Pancasila
Bhineka Tunggal ika
Merdeka
Dan
Harus merdeka
Kita Mapera

Gie
05 April 2019
Happy Cell
Pena langit di bumi pertiwi
Kota tepian air menggugat

TERIMA KASIH INSOMNIA

Foto : ilustrasi puisi
Terima kasih insomnia
Kau telah membuat aku nyaman dalam hening dan dinginnya malam bersama seorang gadis pujangga yang tengah ku puisikan indah wajahnya.

Terima kasih insomnia
Kau telah ajarkan ku menyusuri dingin dan heningnya malam tuk menyingkap tabir dari tirai gelap yang selalu menyelimuti kehidupan manusia

Terima kasih insomnia
Kau adalah teman yang selalu memberi rasa sakit pada dinginnya kesepian yang melanda jiwa. Ketika mimpi ingin merambat pada satu titik semu yang kian memudar.

Terima kasih insomnia
Kau telah mengajarkan segala sunyi.
Darimu aku mengerti bahwa rindu adalah jiwa merana yang selalu terkungkung di bawah naungan amor dan selalu setia pada majazi cinta yang hakiki

Terima kasih insomnia
Aku adalah kawan yang selalu setia menemani dan mengabadikanmu, sebab aku adalah malam tanpa bintang yang selalu menyongsong pagi dengan mata yang ingin melihat keheningan tanpa suara siapa dan apa-apa.

Sekali lagi
Terima kasih insomnia
Jiwa sunyiku adalah dirimu
Insomniaku
Jiwa pecinta malam
Pun berandal malam

Gie
04 Maret 2019
Pena langit di kota tepian air