![]() |
Foto : Ilustrasi tulisan |
"kamu dah lama di jakarta mas" tanya dia membuka percakapan di antara kami
"saya di Jakarta hampir setahun mas" jawab ku.
"tinggal dimana?"
"di cikini mas"
"oh iya, saya sering kesana, kalau jemput istri yang pulang kerja, dari stasiun manggarai ke cikini"
"oh ya??" dengan nada bertanya aku melajutkan pertanyaan, "emang mas tinggal di mana?"
"saya tinggal di daerah salemba mas" jawabnya lagi. Akhirnya setelah berbincang lama dan bercerita tentang masa-masa jadi orang akademisi di jogja kami pun berangkat menuju rumahnya ujang karena di tawarin sama ujang untuk berkinjung sekalian melihat buah hatinya yang baru seminggu lahir.
Berangkatlah kami menuju rumah mas ujang yang berada di salemba, laju roda empat di tengah keramaian jalanan kota yang tiap titik merupakan sumber petaka macet, yang sellau menjadi warna kehidupan masyarakat jakarta. Menyusuri jalan salemba yang padat oleh roda dua dan roda empat. Jam 20:23 akhirnya kmi tiba di sebuah rumah sederhana, namun mempunyai halaman luas. Di sebelahnya terparkir 4 unit mobil avanza, 2 unit Agia dan 3 unit feroza.
Kami berdua pun masuk kedalam rumah sederhana tersebut, terlihat seorang eanita cantik yang menyambut suaminya dengan senyuman ramah. Menyiapkan baju ganti lalu menyiapkan air putih seperti biasanya. Lalu seorang pembantu rumah tangga datang menawarkan dan menanyakan minuman apa yang mau di suguhkan padaku.
Minum apa Tuan?"
*Kopi Hitam saja mbak" jawabku
Sellang beberapa waktu, sang bedinde datang memabawa kopi hitam dengan setoples makanan ringan. Sambil menunggu mas ujang yang ganti pakaian. Aku menikmati kopi yang di suguhkan oleh mbak minem yang menjadi pembantu di rumah mas ujang tersebut.
"Sorry mas Gie, agak lama menunggu"
"iya gak apa-apa mas, santailah mas"
"Iya, sorry di suguhin makanan seadanya"
"Waduh, ini sudah lebih dari cukup mas, lagiankan silaturahmi tidak di ukur dengan makanan bukan"
"Iya memang mas Gie"
"Tapi kehidupan mas sudah meningkat jauh yah?"
"Alhamdulillah di percayakan oleh Allah untuk sebuah tanggung jawab yang sabgat besar ini"
"Iya juga, tapikan ini bukanlah sebuah hal yang mudah untuk di dapatkan Mas"
"Butuh perjuangan dan pengorbanan yang besar untuk mencapai ini semua mas"
"Iya mas, tapi tidak lepas dari doa seorang istri yang saleh kalau menurut yang biasa saya dengar"
"Jika engkau merasa miskin maka menikahlah"
"Maksudnya gimana mas?"
"Saya percaya dengan ayat tersebut dan saya meyaikini dan mengimaninya hingga yang Esa memberikan apa yang kita ingin dan yang kita butuhkan"
"Bisa ceritakan kepada saya b
Apa ayatnya dan bagaimana perjuangan nya mas"
"Bisa"
Bolehlah saya dengarkan sebagai motivasi hidup saya, karena saya lihat, berbeda sekali kehidupan mas waktu kita pertama kali bertemu di masjid waktu mas menjadi penjaga masjid dengan kehidupan mas ujang sekarang"
"iya jadi begini ceritanya :"
Ayat ini mungkin banyak sekali yang telah membuktikan dan menceritakan bagaimana manjurnya khasiat ayat ini jika kita berpegang teguh terhadap apa yang menjadi janji Allah SWT dalam firmannya. Ini merupakan kebenaran dari Agama yang saya anut, untuk terus saya pegang dalam meraih kebahagiaan dunia dan juga kebahagiaan akhirat.
Di dalam (QS. An-Nur : 32) :
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Di dalam arti dan makna ayat tersebut, terdapat makna yang Ustadz saya uraikan "Jika engkau merasa miskin maka menikahlah." dari situ saya selalu memegang teguh kalimat tauhid tersebut hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk menikah.
Namun sebelum saya menikah, saya melewati banyak kisah dan peristiwa yang coba saya uraikan dalam tulisan ini. Saya mencoba menggagas tulisan ini supaya teman-teman, saudara-saudari yang ingin menikah namun merasa minder untuk kemudian menikah di karenakan keterbatasan finansial atau belum punya pekerjaan yang layak untuk menghidupi pasangannya.
Sungguh tak ada niat untuk menyebarkan aib atau memuji diri dalam tujuan menulis kisah ini, saya hanya menceritakan sebagian perjalanan hidup saya, agar mungkin kiranya teman-teman tidak menunda atau mengingkari apa yang telah di sunahkan oleh rasullah dalam sebuah riwayat :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮﻥ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺧﻠﻘﻪ ﻓﺰﻭﺟﻮﻩ ﺇﻻ ﺗﻔﻌﻠﻮﻩ ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ
ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻓﺴﺎﺩ ﻛﺒﻴﺮ
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi).
Menikah juga menjauhi kita dari keinginan berzinah, karena bagaimanapun ketika kita mulai masuk pada aqil baligh, mau tak mau, suka tak suka, sadar tak sadar bahwa nafsu syahwat remaja cenderung ingin melakukan hubungan intim.
Faktor biologis menurut para ahli mengatakan demikian. Menurut dokter Nugroho dalam satu artikel online di "detik health.", "Remaja ini organ seksualnya sudah matang, tetapi secara psikoseksual belum sehingga memperbesar kemungkinan melakukan perilaku seksual yang berisiko ataupun seks pra nikah,". Bahkan dalam hal ini, seorang remaja yang tidak terkendali oleh pemahaman agama dan ditanamkan ilmu aqidah yang sepadan maka cenderung melakukan masturbasi sendiri, hal itu juga di kemukan dokter Nugroho ahli spesialis andrologi dalam artikelnya
"Biasanya anak-anak menemukan sendiri bermasturbasi". Saat itulah orang tua perlu menjelaskan kepada anak apa yang sebenarnya dia alami. Orang tua harus terbuka kepada anak dan sebaliknya, jadi orang tua sebaiknya menjadi teman anak-anaknya agar anak mau berkomunikasi secara terbuka,"
Saya adalah seorang sarjana muda lulusan dari sebuah universitas jogja yang hidupnya pas-pasan dan tak ada apapun harta yang harus saya banggakan atau untuk sekedar mencukupi kebutuhan hidup dalam keseharian saya.
Saya adalah seorang sarjana muda yang tak lagi punya orang tua, saya yatim piatu, bahkan untuk kuliah dan mendapat gelar sarjana, saya harus banting tulang untuk membayar iuran SKS dan Pembayaran kampus lainnya.
Setiap hari setelah pulang dari kampus, saya menjual es cendol dengan gerobak milik seorang tetangga kos. Setelah sore, sekitar ba'da ashar saya pulang mengembalikan gerobak tetangga. Lalu saya pergi ke majelis untuk mengikuti kajian islam rutin setiap habis ashar sampai menjelang magrib. Bergelut dengan buku, mengikuti kajian-kajian islam adalah aktifitas keseharian saya.
Meski kehidupan yang serba pas-pasan dan harus banting tulang setiap hari, saya berusaha bertawakal dan yakin dengan janji Allah, sebab salah satu Sifat Allah SWT adalah tidak pernah berbohong dan tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya yang taat. Dalam ayatnya Allah berfirman dengan tegas bahwa orang yang sabar akan diberi ganjaran Kemuliaan di sisiNya.
والصابرين في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka mengintegrasikan orang-orang yang benar (imannya), dan mereka menghubungkan orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah: 177].
Sebab itu, aku selalu ingin terus menjaga kesabaran dan ketabahan hati ini untuk tetap istiqomah di jalan-Nya, agar menjadi hamba yang selalu bersyukur atas keputusan dari takdir yang telah di tentukannya.
Setelah sekian lama aku berusaha dalam menggapai gelar sarjana ku, meskipun penuh perjuangan dan keringat untuk mendapat gelar itu. Dan pada akhirnya, di tanggal 27 september 2014 akhirnya aku yudisium dan seminggu setelahnya. Aku memakai toga dan di sah kan menjadi seorang sarjana.
Lalu aku mencoba beradu nasib di Ibu kota, aku mencoba mencari kehidupan dan penghidupan di tengah kejamnya ibu kota yang tanpa peduli memperdulikan orang-orang di sekitarnya.
Beberapa bulan setelah hidup di jakarta, namun tak juga aku mendapatkan pekerjaan. Aku akhirnya berada di ujung tanduk, uang tabungan makin menipis dan lowongan pekerjaan belum juga ada.
Hingga pada suatu hari di saat aku menyelesaikan kewajiban empat rakaatku saat matahari tepat di kepala, di masjid istiqlal kota jakarta, seorang imam masjid menghampiriku dan mengajak untuk duduk berdiskusi di beranda masjid. Hingga akhirnya ia menawarkan diriku kepada seorang gadis yang menitipkan tanggungjawab kepadanya agar di carikan calon imam yang baik untuknya.
"Aku telah melihat dan memperhatikanmu setiap hari, kau sangat taat kepada Allah, karena yang ku lihat kau selalu tepat waktu melakukan sholat jamaah di masjid ini.
"iya ustadz, semua yang ustadz lihat belumlah tentu itu adalah kebenaran, karena setiap perbuatan manusia hanya Allah Azza wazalah yang bisa menilainya."
"tapi bukankan setiap manusia punya hak untuk menilai orang lain?"
"memang begitu adanya, namun harus kita tahu, bahwa semua dunia itu semu, yang kita lihat sebagai permata dengan mata telanjang, tapi masih asa juga yang imitasi ketika di periksa dengan alatnya untuk mendapatkan kebenaran dari keasliannya."
"Tapi aku percaya kau untuk mendampingi dan menjaga keponakanku, karena dari perilakumu bahwa kau adalah sosok imam bagi wanita muslimah.
"Tapi pak." ujarnya sambil tak percaya bahwa yang telah di dengar olehku.
"Sudahlah, hargailah keinginanku dan hargailah aku."
"Insyaallah pak." jawabnya
Sesuai waktu yang telah di tentukan akhirnya kami pun menikah dan di nikahkan. Dengan mahar 1/2 gram cincin dan 250.000,- uang tunai, aku di depan penghulu mengikrarkan janji suci, dengan di saksikan oleh puluhan orang kampung setempat. "saya terima nikahnya niara binti mahmud dengan mahar seperangkat alat sholat di bayar tunai" jaeabku setelah wali nikah dari sang istri mengucapkan "saya nikahkan dan kaein engkau dengan anakku dengan mahar seperangkat alat dholat di bayar tunai". Setelah ikrar berpautan kedua saksi nikah serentak mengucapkan sah, dan di iringi oleh doa penghulu. Bahagia seluruh hadirin undangan yang menghadiri acara ramah tamah kami pun terpancar dari rona wajah tiap-tiap insan yang datang. Rahmat Tuhan dalam rahman dan rahimNya menguraikan kasih bersama sorak dan teriak syukur yang di lafazkan dengan kata Aamiin setelah penghulu selesai melafazkan Doa.
Di tengah kebahagian yang tengah asyik di nikmati, suara motor yang di paksa stater lalu ketika menyala, motor itu dengan suara besar dan berlari kencang keluar dari masjid yang membuat orang yang berada di masjid kaget, yang pada saat itu tengah asyik menikmati jamuan makanan ringan karena waktu telah masuk sesi istirahat, suara motor tersebutpun tak ada lagi yang hirau katena telah jauh dari kebisingan suaranya, katena mereka tengah berbicara, dan entah lagi ngegosipin mempelai wanitanya yang teramat cantik dan keberuntunganku yang bisa menikahi gadis secantik dia.
"Ah.... Sungguh bahagia tak terkira bagiku hari ini" ucap syukurku di dalam hati.
Setelah acara di tutup oleh "MC", para tamu undangan berhburan pulang dan kami dengan keluarga baru juga bersiap-siap untuk pulang kerumah, tapi bukan main terkejutku, ketika tiba di tempat parkiran masjid, kudapati motor yang baru seminggu ku beli tidak ada di tempat yang tadi ku simpan buat parkir. Tapi aku tak sesudzon itu, aku masih mencari siapa tahu aku lupamenyimpannya di tempat lain atau karena motor ramai dan banyak di tempat parkiran masjid, mungkin saja motorku di pindahkan oleh orang ke tempat yang lain karena motor yang memarkir paling belakang, supaya mereka bisa juga mengeluarkan motornya. Namun setelah berkeliling mencari dari ujung ke ujung masjid, kudapati kehampaan yang sesak, motor yang ingin ku jadikan sebagai alat untuk mencari modal ternyata telah hilang.
Sesak itu hadir, dan kudapati istriku datang memeluk dan mengusap bahuku dengan perkataan lembut yang membuat pikiran sedikit tenang.
"Yang sabar sayang, Mungkin Allah punya rencana lain dalam episode kehidupan dan garis tangan takdir yang harus kita jalani dalam menjalani bahtera rumah tangga ini."
"Terima kasih istriku"
"Terima kasih Ya Allah telah memberikan sesosok bidadari yang penuh perhatian dan kelembutan hingga aku yang tengah dalam kegelisahan ini menjadi tenang dengan kelembutan kata-kata dan belaian kasih sayangnya" gumamku.
"Ia suamiku sama-sama mari kita pulang, mama papa menunggu untuk pulang"
"Ayo kita pulang" ajakku pada istriku.
Kami pun pulang dengan di gonceng oleh sanak saudara istri karena tidak punya lagi motor untuk menggonceng istriku.
Perjalanan panjang dengan hidup yang di selimuti kata miskin menghantui, tak ada pekerjaan dan motor hilang adalah cobaan Allah padaku tak membuat aku berpaling dariNya, justru aku semakin percaya bahwa ini adalah ujian untuk mencapai sebuah kesuksesan karena ada pepatah mengatakan "Di balik kegagalan kecil selalu tersimpan dan terselip kesuksesan besar"
Mas ujang kembali menyeruput kopi yang di bawakan oleh mbak minem, lalu melanjutkan cerita awal kesuksesannya padaku. Aku yang sedari tadi menyimak dan berusaha mengingat semua kata-kata yang di ucapkannya. Sambil menyerut kopi yang mulai dingin, dan membakar rokok yang ku mintai ijin sama mas ujang, karena mas ujang di samping menjadi pengusaha rental sukses dia juga tidak merokok.
"selama berbulan-bulan saya bersileweran mencari dan terus mencari pekerjaan namun tidak ada, karena pada saat itu terjadi pembengkakan ekonomi nasional hingga menyebabkan perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya. Akhirnya saya memutuskan untuk meminta kepada istri saya untuk di gadaikan emasnya untuk modal"
Lalu saya pun pergi ke pegadaian untuk menggadaikan emas pemberian orang tuanya kepada istri saya, karena memang soal harta dan benda-bebda berharga seperti itu. Dengan perasaan yakin untuk membuka usaha dan tekad yang kuat akhirnya saya beranikan diri menggadai benda kesayangan istri ku tersebut.
Setelah mendapat modal sebanyak Rp. 1.750.000,- dari hasil gadaian emas istri di pegadaian, akhirnya kami pun bersepakat untuk membeli gerobak somai dan membuka usaha dagang somai keliling dengan gerobak. Kebetulan istriku jago dalam hal membuat dan membikin somai, akgirnya kami pun memulainya dengan penuh tawakal dan mengucap bismillah. Kami membuka usaha dagang kecil tersebut.
Berjalan dua tahun, akgirnya kami bisa membeli motor dari hasil jualan somai tersebut. Kemudian kami membuka warung somai di depan kontrakan dan membayar satu karyawan untuk membantu karena pada saat itu, istri saya sedang hamil tua. Seiring berjalannya waktu dan sekitar 3 tahun kami buka cabang di ousat pasar, lalu akhirnya kami mencoba untuk sebuah cabang usaha yang besar, alu kami membeli sebuah tanah lapang ini. Sebelum di romvak menjadi garasi mobil semuanya dulu kami sempat membuka warnet dan juga rental PS. Namun karena kebetulan saya punya banyak kenalan dengan bos-bos besar dan teman-teman tersebut di usulkan oleh teman-teman saya untuk mengkredit mobil untuk di rentcar. Dan alhamdulillah kami hidup dari hasil dari mobil-mobil tersebut.
Malam telah larut, sekitar jam 3 pagi. Tak terasa karena asyik mendengar cerita kesuksrsan seorang penjaga masjid yang telah menjadi bos rentcar di wilayah jakarta pusat tersebut. Akhirnya kami menutup pembicaraan dan aku berpamitan pulang, karena jam 7: 00 harus standby di kantor.
Gie
13 April 2019
Pena langit di kota tepian air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk