![]() |
Penulis puisi |
Sebab jabatan tertinggi sebuah bangsa bukan soal tentang sastra
Semua ada seni dalam segala panggung yang di peran
Kau tak mampu melihat dari setiap aksara yang tercetus di setiap media
Sebab ia hanya mampu di baca dan tertafsir oleh si pembaca tanpa kata tanpa aksara
Kau berkata sang penyair dan sastrawan adalah jauh dari kata politik?
Baiklah cinta
Kau membangunkan jiwaku yang kemarin waktu spat mati suri dalam imaji
Kau memanggil kembali jiwa kritis dalam sastra intuisi puisi
Kau menghasut aksara mati yang siap menerjang jiwa para penghuni birokrasi
Kau memanggilku kembali naik di atas panggung literasi
Tak perlu ku urai dalam frasa mana sebagai pembukti
Namun fajar merah selalu menghadirkan makam wiji tukul dalam setiap prosa yang ia senandungkan
Sebagai majemuk tatapan kepada penghiatan politik negeri
Bahwa yang berkuasa adalah kemutlakan dari kebenaran
Frasa-frasa tak mampu mampu mengetuk dinding dan pintu istana
Apalagi pintu hati penguasa yang sedang duduk di atas singgahsana
Hingga terurai kata tanpa makna
Hanya makna para penyair yang bisa memperdalam
Hikayat penyair adalah aksara politea
Kau berkata tak perlu bicara tentang politis?
Penyair adalah jiwa yang jauh dari kata oligarki?
Sungguh indah prosa itu
Bahkan secangkir kopi tak mampu menafsirkannya
Karena da banyak hal intuisi yang masih tak terjamah
Menghadirkan sebuh kalimat di ujung puisi
Lakon sang pemimpin wajib untuk di timpali dengan nada sinis sebuah krikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk